Senin, 01 Desember 2014

Cermin Keresahan

Siswa dan Guru Dukung Tinjau Ulang Kurikulum 2013

 
Pendidikan - - Kamis, 13/11/2014 - 23:08:40 WIB






PEKANBARU, situsriau.com- Penerapan kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum 2006 diharapkan menjadi harapan baru untuk perbaikan kualitas pendidikan ditanah air. Sayangnya, penerapan dilapangan masih menemui banyak kendala. Salah satunya masih banyak guru yang belum memahami kurikulum 2013 tersebut, sehingga dikhawatirkan bakal mempengaruhi kualitas pendidikan dikemudian hari.

Berangkat dari kenyataan tersebut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berencana meninjau kembali kurikulum yang dibuat di zaman Menteri M Nuh tersebut. Dunia pendidikan di Pekanbaru pun menyambut positif langkah tersebut karena menilai kurikulum 2013 tersebut rumit sehingga sulit dipahami siswa maupun guru.

Kenyataan tersebut diungkapkan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia(PGRI) Provinsi Riau Prof Isjoni, Kamis (13/11). "Ada perubahan mendasar dari kurikulum 2006 ke 2013 seperti sistim penilaian dan peran guru dalam penyampaian materi ajar. Serta yang  paling mendasar dan menjadi permasalahan di lapangan bahwa memang banyak guru yang belum memahami kurikulum yang baru ini. Jangankan siswa, guru saja banyak yang belum bisa memahaminya dengan baik. Inikan akan berdampak pada kualitas pendidikan kita yang akan bermasalah juga nantinya," terang Mantan Dekan FKIP UR ini.

Kenyataan tersebut juga diamini salah seorang Guru SMP 40 Pekanbaru, Nova. "Kurikulum 2013 lebih menekankan kepada siswa agar kreatif dan banyak melihat, bertanya dan bernalar dalam menimba ilmu sesuai dengan acuan dasar yang diberikan guru. Peran guru hanya mengarahkan, berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih banyak menekankan peran guru, andai memang akan ditinjau ulang atau ada perubahan jangan sampai hal pokok, karena nantinya harus menyesuaikan dari awal lagi. Sementara yang sekarang saja guru-guru belum semuanya dapat memahami kurikulum 2013 ini," jelas Nova.

Sementara itu, siswa kelas VIII SMP 23 Tampan, Yadi berharap ada perubahan dari Kurikulum 2013 yang ada sekarang. "Kurikulum baru ini sedikit lebih rumit, karena lebih banyak kriteria yang dicantumkan
dalam pemberian nilai terhadap mata pelajaran dan ada juga guru yang belum sepenuhnya memahami metode kurikulum baru ini. Jadi kalau memang dirubah harapannya metode yang tidak rumit serta bisa dipahami siswa serta guru namun tetap transfer ilmu bisa berjalan maksimal kepada siswa," terang Yadi.

Sejumlah Artikel Soal PTK

Apa itu PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ?

Di kutip dari artikel Bang Qohar:
 A.  Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal.  Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.  Sementara itu, penelitian tindakan didefinisikan sebagai studi sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut (Hopkin dalam Emzir, 2008:234). Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran secara sistematik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
PTK menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti yang diungkapkan Mills dalam Creswell (2011:577), yaitu action research designs are systematic procedures done by teachers (or other individuals in an educational setting) to gather information about, and subsequently improve, the ways their particular educational setting operates, their teaching, and their student learning. Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran di kelas.
B.  Tipe Penelitian Tindakan Kelas
Dalam buku Educational Research yang  dibuat oleh Cresswell (2012), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Research Design terbagi menjadi dua jenis yaitu penelitian tindakan praktis (action research practical) dan penelitian tindakan partisipan (action research partisipatory). Dalam pembagian ini Penelitian Tindakan Kelas yang kita kenal merupakan action research practical. Menurut Schumuk dalam Cresswell penelitian tindakan praktis bertujuan untuk meneliti keadaan sekolah tertentu untuk lebih meningkatkan keahlian. Penelitian ini terfokus untuk meningkatkan kemampuan guru dan meningkatkan wawasan atau pembelajaran siswa.
C.  Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fraenkel, dkk (2012:596) menyebutkan sekurang-kurangnya lima manfaat penelitian tindakan kelas, yaitu:
  1. PTK dapat dilakukan oleh hampir semua ahli di semua tipe sekolah, semua level, guru kelas baik secara individu maupun berkelompok, ataupun pimpinan sekolah.
  2. PTK dapat memperbaiki praktik pendidikan; membantu praktisi pendidikan (guru, pimpinan sekolah) dalam meningkatkan kompetensi terhadap apa yang mereka lakukan.
  3. PTK memberi ruang kepada guru atau praktisi lain untuk mengadakan penelitian mereka sendiri sehingga dapat mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mempraktikkan keahlian-keahlian mereka sendiri.
  4. PTK membantu guru mengidentifkasi masalah-masalah dan isu-isu secara sistematis.
  5. PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi penelitian ilmiah di dalam sekolah itu sendiri
D.  Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut (Muslich, 2010:12-13)
1. Masalah PTK berawal dari guru: Masalah yang ditemukan guru di dalam kelas sebagai pelaku pembelajaran dapat menjadi topik utama dalam melakukan penelitian
2.Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran: Implikasi dari tujuan ini adalah guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena sedang melakukan PTK.
3. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif: Seorang guru dapat berkolaborasi dengan dosen tenaga ahli ataupun teman sejawat dalam melaksanakan PTK, sehingga dapat saling memberikan masukan tentang prosedur pelaksanaan PTK dengan benar
4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas: Tindakan-tindakan ini dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran, pemakaian media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau hal-hal inovatif lainnya.
5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan: Hal ini terjadi karena dengan melakukan PTK berarti seorang guru dapat membuktikan apakah sebuah teori pembelajaran dapat diterapkan secara efektif atau tidak di kelasnya, sehingga ia dapat memperoleh balikan yang bagus untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
Sementara itu, Ary (2010:514) menyebutkan tiga karakteristik utama dari Penelitian tindakan, yaitu:
  1. The research is situated in a local context and focused on a local issue. (Penelitian tindakan digunakan dalam konteks lokal dan difokuskan pada sebuah isu lokal)
  2. The research is conducted by and for the practitioner (Penelitian tindakan dilaksanakan oleh dan untuk praktisi).
  3. The research results in an action or a change implemented by the practitioner in the context (Hasil penelitian tindakan adalah sebuah tindakan atau sebuah perubahan yang diimplementasikan oleh praktisi dalam konteks tertentu).
E.  Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas meliputi (Arikunto, S: 2006) :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
2.Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai
3. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur S-Strength(kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat(ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
4. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut.
5. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Kata SMART yang artinya cerdas mempunyai makna dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah : S–specific, khusus, tidak terlalu umum,  M–Managable, dapat dikelola, dilaksanakan, A-Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau, R-Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan. T-Time-bond, diikat oleh waktu, terencana.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus a)Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik b)Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya. c)Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya d)Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan.
F.   Kategori Masalah-Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Ary, dkk (2010:520) menyebutkan lima kategori masalah yang dapat diangkat dalam penelitian tindakan, yaitu:
  1. Masalah yang timbul dari keinginan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bisa berputar di sekitar kebutuhan yang dirasakan perlu, seperti meningkatkan perbaikan lingkungan kelas untuk belajar, meningkatkan interaksi interpersonal di antara siswa, atau peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan refleksi diri.
  2. Masalah yang muncul akibat keinginan untuk memperbaiki kurikulum. Pertanyaan yang bisa diajukan peneliti seperti bagaimana mengintegrasikan antar mata pelajaran, atau seperti bagaimana menggunakan teknologi dalam kurikulum pembelajaran.
  3. Masalah yang muncul dari keinginan untuk mengadaptasi strategi-strategi pengajaran atau penilaian (asesmen). Pertanyan-pertanyaan yang ada seperti bagaimana mendorong pembelajaran aktif, membimbing siswa dalam mengevaluasi diri, atau mengimplementasikan sebuah pendekatan pembelajaran khusus.
  4. Masalah yang muncul dari keinginan seseorang untuk mencari hubungan antara keyakinan dan praktik dalam kelas atau untuk menguji keterkaitan cara mengajar dengan apa atau siapa yang mempengaruhi cara mengajar terebut.
  5. Masalah yang timbul dari isu-isu dalam konteks sekolah yang lebih besar atau masyarakat. Pertanyaan mungkin berurusan dengan program pengembangan sekolah, implementasi, atau evaluasi; cara untuk melibatkan keluarga dan anggota-anggota komunitas di sekolah; atau pendekatan untuk menyelesaikan ketegangan antara kelompok-kelompok di sekolah atau masyarakat yang mempengaruhi fungsi sekolah.
G. Model Penelitian Tindakan Kelas
Pada umumnya, tiap-tiap siklus penelitian tindakan berisi kegiatan: perencanaan →tindakan→observasi→evaluasi/refleksi. Berikut ini dipaparkan model-model penelitian tindakan yang telah dikembangkan beberapa ahli.
Model Kurt Lewin
Planning
Acting
Observing
Reflecting
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai sikulus yang dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Siklus PTK Model Kurt Lewin (Kusumah dan Dedi, 2011:20)
Model Kemmis dan Mc Taggart
Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi–refleksi. Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti  tindakan. Model Kemmis dan Taggart dapat disimak pada Gambar 2 berikut ini.
 
Gambar 2. Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti  sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan hasil belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.
Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus  pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil.
Model Riel
Model Riel (dalam Mulyatiningsih, 2007) membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: (1)  studi dan perencanaan; (2) pengambilan tindakan; (3) pengumpulan dan analisis  kejadian; (3) refleksi. Kemajuan pemecahan masalah melalui tindakan penelitian diilustrasikan pada Gambar 3 berikut ini.
 
Gambar 3. Siklus PTK Model Riel
Riel (dalam Mulyatiningsih, 2012) mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan perencanaan. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung tindakan (media,RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai disusun dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan. Setelah dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil analisis  tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi dengan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada. Putaran tindakan ini berlangsung terus, sampai masalah dapat diatasi.
Model DDAER
Beberapa model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan evaluasi  sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model DDAER  (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection)
Dalam model tersebut, penelitian tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis, peneliti  mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur  pada model PTK yang lain.
H.  Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar dari beberapa model PTK yang telah dijelaskan di atas, terdapat 4 tahapan yang biasa dilalui pada PTK yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Adapun perincian dari tiap tahap adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti, kemudian membuat perangkat pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data dan fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Secara rinci tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah. Masalah tersebut harus diangkat dari permasalah di lapangan, masalahnya harus penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran.
2)Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan menjadi latar belakang PTK Merumuskan masalah secara jelas, berupa kalimat pertanyaan.
3) Menentukan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah dan memilih tindakan yang paling tepat.
4) Membuat intrumen pengumpul data dan menentukan indikator keberhasilan tindakan.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, strategi dan rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan, dilaksanakan. Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa yang dirumuskan dalam rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.
Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama  pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prentasi, nilai tugas dll) atau data kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu diskusi yang dilakukan, kreatifitas siswa dll).
Refleksi
Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Ary, Donald., et al. 2010. Introduction to Research in Education (8th ed). Wadsworth: Cengage Learning.
Asikin, Moh. Khoirul Anwar, dan Pujiadi. 2009.  Cara Cepat & Cerdas Menguasai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru. Semarang : Manunggal Karso.
Creswell, John W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Boston: Pearson Education.
Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Fraenkel, Jack R.,et al. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education (8th). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kemmis, Stephen and McTaggart, Robin.1988. The Action Research planner,  3rd Edition, Geelong: Deakin University.
Mulyatiningsih, Endang.2012.Modul Penelitian Tindakan Kelas. (online) (diakses 16 Maret 2013)(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endang-mulyatiningsih-mpd/8cmetode-penelitian-tindakan-kelas.pdf)
Muslich, Masnur. 2010. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara

karakteristik, manfaat dan tujuan penelitian tindakan kelas


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Saat ini perkembangan masyarakat dan tuntunan pendidikan yang berkualitas begitu cepat. Akibatnya, tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidikan pun harus meningkat lebih cepat. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks layanan di kelas[1]. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan karena adanya masalah yang dihadapi pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut, jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki dan kesulitannya dapat segera diatasi, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat. Selain itu, Penelitian Tindakan Kelas dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru, apakah selama ini metode, strategi dan teknik yang digunakan sudah sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik. Sehingga hasil belajar peserta didik dapat menjadi lebih baik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa karakteristik Penelitian Tindakan Kelas?
2.      Apa tujuan Penelitian Tindakan Kelas?
3.      Apa manfaat Penelitian Tindakan Kelas?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
2.      Untuk mengetahui tujuan Penelitian Tindakan Kelas
3.      Untuk mengetahui manfaat Penelitian Tindakan Kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik tersendiri jika dibangdingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam kellasnya
Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada sesuatu dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi, dan ia terpanggil untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan jika, guru memang sejak awal menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas, kemudian dari persoalan itu guru menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk diperoleh secara professional. Jika guru merasa bahwa apa yang dia praktikkan sehari-hari di kelas tidak bermasalah maka PTK tidak diperlukan.
2.      Refleksi Diri
Refleksi merupakan cirri khas PTK yang paling esensial[2]. Refleksi yang dimaksud disini adalah refleksi dalam pengertian melakukan intropeksi diri, seperti guru mengingiat kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan sebagainya. Atas dasar refleksi yang seperti itu, maka guru dimungkinkan untuk memeriksa dirinya sendiri, terutama terkait kelemahan dan kelebihan dari pola pembelajaran yang telah ia praktikkan. Kemudian, dari situ ia berusaha mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
3.      Kolaboratif
Kolaboratif yang dimaksud disini merupakan upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau kepala sekolah. Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-basi, tetapi harus tampil dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.
4.      Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas
Kelas yang dimaksud disini tidak sebatas pada sebuah ruang tertutup yang dibatasi dinding dan pintu. Kelas yang sesungguhnya adalah semua “tempat” dimana terjadi proses pembelajaran antara guru dan siswa. Jadi, boleh-boleh saja PTK dilakukan di ruang terbuka, seperti dalam pelajaran olahrarga yang dilakukan dilapangan, yang terpenting dalam PTK bukanlah kelas atau ruangnya, tetapi fokus perhatian penelitian kepada proses pembelajaran dalam bentuk interaksi guru dan siswa[3].
5.      Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara terus menerus.
PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan secara terus-menerus selama PTK dilakukan[4]. Siklus demi siklus di dalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai. Siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Tentu, hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh lebih baik dari pada siklus sebelumnya.
B.     Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan[5].
Menurut MCNiff (dalam Suharsimi Arikunto, dkk) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan disini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran.
Penelitian yang menggunakan ancangan Penelitian Tindakan Kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:
1.      Memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran
2.      Menumbuh kembangkan budaya penelitian bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran
3.      Menumbuh dan meningkatkan produktifitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khusunya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
4.      Meningkatkan kolaborasi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.
Dalam hal ini, Borg (dalam Suharsimi Arikunto, dkk) juga menyebut secara eksplesit bahwa tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas ialah pengembangan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk mencapai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.[6]
C.     Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru dan skolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
1.      Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan haisl belajar siswa. Kuduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.
2.      Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a.       Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif
c.       Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
d.      Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan mengembangkan alternative masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.
3.      Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara professional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena meningkatkan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.[7]
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik tersendiri jika dibangdingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam kellasnya
2.      Refleksi Diri
3.      Kolaboratif
4.      Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas
5.      Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara terus menerus.
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu sebagai berikut:
1.      Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
2.      Manfaat bagi guru
3.      Manfaat bagi sekolah
B.     Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
            Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya
            Arikunto, Suharsimi, et al. 2006 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
            Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-Contohnya. Yogyakarta: Gava Media
            Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press


[1] Suharsini. Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006) hlm. 106
[2] Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011) hlm. 24
[3] Ibid, hlm. 29
[4] Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindaka Sekolah Besrta Contoh-contohnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6
[5] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. YRAMA WIDYA, 2006) hlm. 18
[6] Suharsini Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT: Bumi Aksara, 2006) hlm. 106
[7]Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta contoh-contohnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6