Rabu, 26 November 2014

Format RPP Terbaru

Format RPP Pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran

Format RPP pada kurikulum 2013 mengalami beberapa perubahan. Format RPP sebelumnya diatur pada permendikbud Nomor 81A tentang implementasi kurikulum. Format RPP dalam permendikbud nomor 81A adalah sebagai berikut:
IDENTITAS
A. Kompetensi Inti (KI)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. KD Pada KI-1
2. KD Pada KI-2
3. KD Pada KI-3
Indikator:___
4. KD Pada KI-4
Indikator:___
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
E. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar
F. Metode Pembelajaran
G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
H. Penilaian.
Selain itu format RPP juga diatur dalam permendikbud nomor 58 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMP dan Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMA. Di permen 58 tahun 2014 format RPP mengalami perubahan dari permendikbud 81A, yaitu dihilangkannya Tujuan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran. Sedangkan di permendikbud nomor 59 tahun 2014 format RPP beragam masing-masing mata pelajaran, ada yang tetap seperti permendikbud nomor 81A/2013 ada pula yang menghilangkan Tujuan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran. Ketika saya mengikuti Bimtek wakasek kurikulum di Surabaya, instruktur menyatakan bahwa di permendikbud nomor 59/2014 banyak sekali kontroversi sehingga kami diminta untuk menelaah untuk usulan revisi permen 59/2014.
Selanjutnya diterbitkan permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran. Permendikbud itu merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk jenjang SD, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Salah satu isi permendikbud nomor 103/2014 adalah format RPP seperti di bawwah ini:
IDENTITAS
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI-1
2. KD Pada KI-2
3. KD Pada KI-3
4. KD Pada KI-3
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI-1
2. Indikator KD Pada KI-2
3. Indikator KD Pada KI-3
4. Indikator KD Pada KI-3
D. Materi Pembelajaran
E. Kegiatan Pembelajaran
F. Penilaian, Remidial dan Pengayaan
G. Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar
Perbedaan format RPP pada permendikbud 81A/2013 dan permendikbud 103/2014 adalah:
1. Di permendikbud 81A/2013 terdapat tujuan pembelajaran dan Metode Pembelajaran sedangkan di permendikbud 103/2014 tidak ada.
2. Di permendikbud 81A/2013 hanya ada Penilaian sedangkan di permendikbud 103/2014 dilengkapi Penilaian, Remidial dan Pengayaan
3. Di permendikbud 81A/2013 indikator hanya untuk KD pada KI-3 dan KD pada KI-4 sedangkan di permendikbud 103/2014 indikator untuk KD pada KI-1 sampai KD pada KI-4.
Di format RPP pada permendikbud 103/2014 juga ditegaskan bahwa kegiatan saintifik (5M) tidak harus muncul dalam satu pertemuan.
Untuk mengunduh permendikbud 103/2014 klik di sini

Selamat Hari Guru

Peringatan Hari Guru telah berlalu. Sudah 2 hari Bloger yang berprofesi selaku guru ini mencari insfirasi untuk dapat menuangkan sejumlah gagasan soal guru dalam momentum peringatan hari guru tersebut. Akhirnya sebuah kejadian menggelitik pemikiran Blogger.

Seorang sahabat yang juga seorang guru suatu sore mengeluh soal betapa beratnya beban seorang guru di masa kini. Beban pendidikan telah demikian berat sehingga siswa harus belajar di sekolah menengah ini dari pagi hingga sore, hampir seluruh waktu telah tersita. Tiada waktu bagi jiwa muda yang kreatif dan penuh imajinasi dan petualangan itu untuk tidak berkutat dibangku yang sama dan "meringkuk" dengan rutinitas yang menyita dan membuat mereka semakin dilanda kebosanan dan semakin jauh dari realitas dunia. Demikian pula tugas seorang guru semakin melilit dan mulai ke titik "tidak masuk akal" yang mustahil dijalani tanpa sedikit tekanan perasaan dan beban mental.

Sang teman lalu menceritakan apa yang ia sampaikan dengan siswanya yang tampak kelelahan bosan dan mengantuk tersebut " Bosan kalian nak? ketahuilah jika kalian bosan melihat wajah Ibuk, maka Ibuk lebih bosan lagi melihat wajah kalian", la hawlawala quwwata illa billah,... demikianlah, tanpa berpretensi yang bukan-bukan dan menghakimi, Bloger menjadikan penggalan kalimat dialog tersebut sebuah ungkapan nestapa menjadi guru saat ini dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai sebuah puncak gunung es dari beratnya persoalan yang menghadang dunia pendidikan kontemporer dewasa ini dan besarnya tanggung jawab dan rintangan yang harus dihadapi guru.

Menjadi guru di era kontemporer ini sungguhlah berat. Tuntutan demi tuntutan semakin menghimpit sehingga guru senantiasa terbebani oleh perasaan bersalah. Dan itu diperburuk lagi oleh atmosfer bahwa setiap ada kegagalan di dalam pencapaian standarisasi mutu pendidikan, "biang keroknya" adalah selalu guru, selalu guru yang dituding sebagai penyebab semua kegagalan.  Guru sekarang ini selalu "diuber-uber" oleh berbagai supervisi dan pemeriksaan administratif yang semua mempunyai dead line yang tidak masuk akal. Di sinilah anehnya, sistem pendidikan di negara ini semakin hari semakin bersifat verbalistik dan formalistik. Verbalistik di sini maksudnya orang hanya peduli dengan polesan kata-kata yang miskin fakta dan miskin kejujuran. Kita saksikan saban tahun laporan penuh "rasa bangga" akan capaian UN yang fantastis dari para pemegang kebijakan pendidikan. Padahal semua tahu bahkan sang pemegang kebijakan itu sendiripun tahun betapa buruknya pelaksanaan UN tersebut dan betapa tidak mewakili gambaran sebenarnya dari kemampuan para siswa dan pelajar. Formalistik berarti capaian pendidikan telah berubah sekedar laporan di atas kertas, serta hanya tinggal pada level administratif yang penuh dengan "kepalsuan". Kebijakan-kebijakan semakin tidak realistis dan semakin labil dan tidak adaftif.

Dahulu ada banyak waktu untuk berbincang dengan siswa berbicara dari hati ke hati dengan mereka. Sekarang saat jam kosong guru akan segera tenggelam oleh tugas dan administrasi yang seakan tiada habis-habisnya dan mulai ketitik "mustahil" untuk dituntaskan. Mereka juga sudah tidak punya waktu lagi berkiprah dimasyarakat, mereka juga sangat merasa kepayahan menyesuaikan profesionalitas mereka dengan hak keluarganya sendiri yang mulai terabaikan. Mereka juga sangat kepayahan mencuri-curi waktu untuk bisa shalat jamaah di masjid dan melakukan shalat Sunnah. Masyarakat tiap hari hanya melihat sosok yang tampak serba terbirit-birit ke sana ke mari dalam keadaan bergegas dan resah dengan wajah tegang yang tampak tertekan. Semua perangkat administrasi ini jika benar-benar dilaksanakan, benar-benar menghabiskan kertas begitu banyak (itupun jika sang guru tidak ingin terus menerus ada di depan laptop yang membuat mata mereka semakin membutuhkan kaca mata yang tebal) sehingga tiada hari tanpa menulis dan mencatat serta print ini print itu. Bahkan untuk mengatasi itu semua, sebagian guru terpaksa membawa tugas-tugas administrasi tersebut ke kelas demi laporan administratif nan sempurna bahwa proses pembelajaran telah purna mencapai tujuannya dan sukses.

Zaman dahulu guru adalah sosok sederhana yang selalu digugu dan ditiru. Mereka adalah orang yang sangat dihormati di masyarakat. Meskipun mereka hidup dalam keadaan memprihatinkan secara ekonomi, mereka adalah orang-orang yang merdeka dan melakukan banyak hal yang bermakna. Jiwa merdeka ini justru melahirkan sosok-sosok bertanggung jawab dan mempunyai integritas.

Dewasa ini menjadi guru adalah sebuah derita batin yang berat ketika himpitan demi himpitan standarisasi pendidikan yang serba "karbitan" dan "kebijakan-kebijakan" yang serba membingungkan. Begitu banyak perubahan yang harus dilakukan oleh guru, begitu banyak sebenarnya target yang tidak masuk akal yang mereka kejar, ibarat kendaraan, guru-guru dewasa ini sering disuruh lewat diberbagai jalan dan medan yang terkadang kendaraan tersebut tidak dirancang untuk mereka. Terkadang  begitu banyak belitan tugas administratif yang diderita oleh para guru ini seolah dirancang untuk membunuh "hati nurani" mereka. Ketika guru senantiasa dikejar-kejar dan senantiasa "meras bersalah" dan dilanda "beban mental telah berbuat tidak benar" maka saat itu mereka dalam posisi tawar yang kecil dan mudah untuk di otak-atik, atau bahkan dijadikan kelinci percobaan ataupun sebagai kambing hitam atas berbagai "uji coba" reformasi pendidikan tanpa banyak kritik dan komentar lagi.

Kesejahteraan ekonomi semakin diperbaiki, namun begitu banyak otonomi dan harga diri mereka dipangkas.Meskipun guru-guru dewasa ini telah banyak memiliki kendaraan mobil pribadi dan tampak makmur, namun sekarang, siswa sekalipun akan berani bicara yang bukan-bukan dengan mereka yang jika dibandingkan zaman dahulu, seorang siswa akan menghindar berpapasan dengan seorang guru karena wibawa dan rasa hormat.

Kita saksikan juga tumpang tindihnya antara politik dan pendidikan telah menyebabkan institusi pendidikan diarahkan oleh politikus. Banyak sekali kepala dinas bahkan menteri sejatinya bukanlah seorang praktisi atau orang yang profesional di bidang pendidikan namun hanya orang tertentu yang menjadi perpanjangan para penguasa.

Mengapa wibawa dan harga diri guru terus menerus mengalami degradasi dewasa ini? apakah semua ini konsekuensi dari pola sistem pedidikan itu sendiri yang telah kehilangan arah?

Wudhu'

Bersentuhan dengan isteri membatalkan wudhu’

Berikut pendapat ulama mengenai bersentuhan dengan isteri dapat membatalkan wudhu’, antara lain :
1.Berkata Imam Syafi’i :
“Apabila seorang laki-laki memegang isterinya atau bersentuhan sebagian tubuhnya dengan sebagian tubuh isterinya, tanpa dinding kain, dengan syahwat atau tidak dengan syahwat, maka wajib atasnya dan isterinya berwudhu’.1

2.Berkata Imam an-Nawawi :
“Yang membatalkan wudhu’ yang ketiga adalah bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan kecuali mahram ”.

Selanjutnya al-Mahalli dalam mensyarah pernyataan an-Nawawi tersebut, menyebut dalilnya, yaitu firman Allah : أو لامستم النساء dan makna dari hukum runtuh wudhu’ dengan sebab bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan adalah bersentuhan itu merupakan madhannah (diduga berpotensi) kelezatan yang dapat mengarah kepada syahwat.2

Seorang isteri tentunya berpotensi syahwat bagi seorang suami, karena isteri bukan mahram bagi seorang suami. Kalau seorang isteri menjadi mahram bagi suaminya, tentunya suami tersebut tidak boleh nikah dengannya. Oleh karena itu, bersentuhan tubuh isteri dengan suami dapat membatalkan wadhu’, sama seperti bersentuhan dengan wanita lain.
Ayat di atas, lengkapnya adalah sebagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (Q.S. An-Nisa’ : 43)

Penafsiran لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ dengan arti bersentuhan didukung oleh hadits Ibnu Umar, yaitu :
عن سالم بن عبد الله عن أبيه عبد الله بن عمر أنه كان يقول قبلة الرجل امرأته وجسها بيده من الملامسة فمن قبل امرأته أو جسها بيده فعليه الوضوء
Artinya : Dari Salim bin Abdullah, dari bapaknya, Abdullah bin Umar, beliau berkata, Ciuman laki-laki atas isterinya dan memenyentuh dengan tangannya adalah termasuk “mulamasah”. Maka barangsiapa mencium isterinya atau menyentuh dengan tangannya, maka wajib ia berwudhu’(H.R. Malik).3

Al-Nawawi mengatakan tentang hadits di atas :
“Isnad ini sangat shahih sebagaimana kamu perhatikan”. 4

Sebagian umat Islam berpendapat tidak membatalkan wudhu’ karena bersentuhan antara kulit suami dan isteri. Mereka berargumentasi dengan antara lain :
1. Hadits dari Aisyah r.a. ;
ان النبي صلعم قبل بعض نسائه ثم خرج الى الصلاة ولم يتوضأ
Artinya : Sesungguhnya Nabi SAW pernah mencium isterinya, kemudian keluar melaksanakan shalat dan beliau tidak berwudhu’ lagi.(H.R. Ahmad) 5

Hadits ini telah dinyatakan dha’if oleh Bukhari, 6 Sufyan al-Tsury, Yahya bin Sa’id al-Quthan, Ahmad bin Hanbal, Abu Daud, Abu Bakar al-Naisabury, Darulquthny, Baihaqi dan lainnya. Ahmad bin Hanbal, Abu Bakar al-Naisabury dan lainnya mengatakan :
“Hubaib tersalah dari ciuman orang berpuasa kepada ciuman orang berwudhu’.7

Imam al-Nawawi mengatakan :
“Yang shahih dari hadits Aisyah hanyalah “Sesungguhnya Nabi SAW mencium isterinya dan beliau dalam keadaan berpuasa”.8

Hal senada juga disampaikan oleh Baihaqi. Beliau mengatakan :
“Hadits yang shahih dari Aisyah hanyalah tentang ciuman orang berpuasa. Perawi-perawi dha’if yang mempertempatkan kepada meninggalkan wudhu’ dari ciuman”.9

Dengan demikian, maka hadits ini tidak tepat dijadikan sebagai hujjah tidak membatalkan wudhu’ bersentuhan antara kulit suami dan isteri.

2.Hadits dari Abu Rauq dari Ibrahim al-Taimy dari Aisyah ;
ان النبي صلى الله عليه وسلم كان يقبل بعد الوضوء ثم لا يعيد الوضوء
Artinya : : Sesungguhnya Nabi SAW pernah mencium isterinya sesudah berwudhu’ , kemudian beliau tidak mengulangi wudhu’ lagi (H.R. Baihaqi 10 dan Darulquthny 11)

Menurut Baihaqi, hadits ini mursal, karena Ibrahim al-Taimy tidak mendengar riwayat dari Aisyah. Lagi pula Abu Rauq dalam sanad tersebut menurut Abu Daud adalah lemah. Yahya bin Mu’in dan lainnya telah melemahkannya. 12

3.Hadits dari Abu Qutadah al-Anshary ;
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُصَلِّي وَهْوَ حَامِلٌ أُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah SAW shalat sambil mengendong Umamah binti Zainab, cucu beliau sendiri.(H.R. Bukhari)13

Imam al-Nawawi menyebut beberapa jawaban terhadap argumentasi dengan hadits ini, yaitu antara lain :
a.mengendong tidak berarti bersentuhan kulit.
b.Umamah pada waktu itu masih anak-anak. Kalaupun bersentuhan kulit, tetap tidak membatalkan wudhu’, karena anak-anak tidak membatalkan wudhu’
c.Umamah adalah cucu Rasulullah sendiri dari anak beliau, Zainab. Dengan demikian masih muhrim Rasulullah SAW. Bersentuhan kulit dengan muhrim tidak membatalkan wudhu’ 14
4.Hadits dari Aisyah ;
لَقَدْ رَأَيْتُنِي وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي وَأَنَا مُضْطَجِعَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَسْجُدَ غَمَزَ رِجْلَيَّ فَقَبَضْتُهُمَا.
Artinya : Sesungguhnya aku melihat Rasulullah SAW melakukan shalat, sedangkan aku berbaring diantara beliau dan qiblat. Apabila beliau ingin sujud, beliau mengisyaratkan kepada dua kakiku, maka aku menarik keduanya (H.R.Bukhari)15

Dalam riwayat al-Nisa’i, hadits ini dengan redaksi :
إن كان رسول الله صلى الله عليه و سلم ليصلي وأني لمعترضة بين يديه اعتراض الجنازة حتى إذا أراد أن يوتر مسني برجله
Artinya : Jika Rasulullah SAW melakukan shalat, sedangkan aku berbaring di antara hadapannya seperti jenazah sehingga apabila beliau merencanakan witir, beliau menyentuhku dengan kakinya (H.R. al-Nisa’i)16

Menurut al-Nawawi kedua hadits di atas ihtimaal (boleh jadi) mengisyarat dengan menyentuh dengan ada lapiknya. Bahkan dhahirnya, bersentuhan tersebut adalah dengan lapik, karena Aisyah r.a. pada saat itu dalam keadaan berbaring di atas tempat tidur, biasanya tentu dalam keadaan berselimut 17. Sedangkan dalil yang ihtimal, sebagaimana dimaklumi menggugurkannya sebagai dalil, apalagi apabila diperhatikan konteks hadits ini, maka dhahirnya, bersentuhan tersebut adalah dengan ada lapik. Maka dengan demikian, kedua hadits di atas tidak dapat menjadi dalil tidak membatalkan wudhu’ bersentuhan kulit suami dan isteri.

DAFTAR PUSTAKA
1.Syafi’i, Al-Umm, Juz I, Hal 14
2.Jalaluddin al-Mahalli, al-Mahalli, dicetak pada hamisy Qalyubi wa Umairah, Juz. I, Hal. 32.
3.Imam Malik, al-Muwatha’, Dar Ihya al-Turatsi al-Araby, Mesir, Juz. I, Hal. 43
4.Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 30-31
5.Ibnu Hajar al-Asqalany, B ulughul Maram, al-Mathba’ah al-Salafiyah, Mesir, Hal. 37
6.Ibnu Hajar al-Asqalany, B ulughul Maram, al-Mathba’ah al-Salafiyah, Mesir, Hal. 37
7.Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 32
8.Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 32
9.Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Maktabah Syamilah, Juz I, Hal. 126
10.Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Maktabah Syamilah, Juz I, Hal. 126, No. Hadits : 624
11.Darulquthny, Sunan Darulquthny, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 256, No. Hadits : 501
12.Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Maktabah Syamilah, Juz I, Hal. 126, No. Hadits : 624
13.Bukahri, Shahih Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 137, No. Hadits : 516
14.Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 33
15.Bukhari, Shahih Bukhari, Maktabah Syamilah, Juz. I, Hal. 138, No. Hadits : 519
16Al-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i, Maktabah Syamilah, Juz. I, No. Hadits : 101, No. Hadits : 166
17.Al-Nawawi, Majmu’ Syarah al-Muhazzab, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 33

Minggu, 09 November 2014

Public Lecture Sang Peraih Nobel Fisika


Masih Banyak Misteri di Alam Semesta

Adalah pemenang hadiah Nobel Fisika tahun 2011 Prof. Brian Schmidt berkenan datang ke Indonesia menghadiri perhelatan ilmiah ICMNS yang diadakan di ITB setiap tahun. Beliau datang selaku qey note speaker serta berkenan juga memberikan kuliah umum yang diperuntukkan untuk para audiens umum seperti para guru dan siswa sekolah menengah serta siswa dan masyarakat umum pemerhati fisika dan astronomi modern. 

Alhamdulillah Bloger berhasil menghadiri  acara tersebut yang berlangsung pada hari minggu 2 November 2014 jam 3.30 sore yang di langsungkan di Aula Barat ITB yang memang biasa digunakan untuk tempat tampilnya sejumlah tokoh penting membicarakan berbagai topik aktual di ITB. Meskipun semenjak hari Jum'at 2 hari sebelumnya kondisi fisik bloger kurang fit dan mengalami demam panas, namun bloger tetap bela-belain hadir di seminar tersebut. Bahkan tepat di hari acara seminar berlangsung panas dalam tersebut berubah menjadi radang tenggorokan yang cukup serius sehingga Blogger tidak dapat menelan nasi sehingga hanya bisa memakan makanan yang berkuah serta minum susu.

Salah satu kebahagiaan yang Blogger rasakan meskipun hanya selaku guru di sekolah menengah ini adalah Blogger sering punya kesempatan untuk dapat melihat secara langsung dan bahkan dapat bertatap muka dan berkenalan dengan para Ilmuwan Fisika yang memang keseharian mereka bertungkus lumus dengan riset ilmiah di tapal batas terakhir perkembangan fisika kontemporer. Kesempatan seperti ini jelas jarang di miliki oleh rekan-rekan penulis yang mengajar sains di sekolah menengah. Beberapa di antara mereka penulis kenal secara pribadi serta pernah duduk dibangku kuliah mengikuti kuliah mereka, di antaranya Dr. rear. nat. M. Farchani Rosyid, Mirza Satriawan PhD, Prof. Dr. Bobby Eka Gunara, Prof. Dr. Freddy Zen, Prof. Dr. Triyanta, Dr. Husin al Attas, dan lain-lain. Lain kesempatan Blogger akan mengulas sedikit soal para Ilmuwan dan Guru Besar Fisika ini.  Yang jelas para Ilmuwan ini mempunyai banyak kelebihan dan sisi positif yang menurut Blogger sangat penting di ambil untuk menjadi bahan pertimbangan bagaimanakah selayaknya sebuah kurikulum dan pembelajaran fisika dibangun agar menghasilkan tokoh-tokoh seperti mereka. Bagaimana menciptakan siswa-siswa yang punya mentalitas dan kecendrungan "pembelajar" serta "periset seperti mereka".

Artinya dengan merasakan secara langsung semangat, kegairahan dan visi mereka soal sains kita akan memperoleh suatu materi yang sangat banyak soal pendidikan sains di sekolah menengah ketimbang kita duduk di bangku kuliah yang berkutat dengan teori pendidikan. Karena kita tahu persis cara dan metode mereka berhasil sedangkan metode dan teori didaktik yang terkadang sangat rumit dan serba berbau formalitas kebijakan sangat sulit diuji validitas keberhasilannya. Penulis teringat dengan saran guru penulis waktu di UGM Dr. rear. nat M. Farchani Rosyid bahwa untuk mengerti cara buat patung, kita sebaiknya belajar kepada seorang pembuat patung sejati, jangan belajar kepada, katakanlah misalkan pada penjual patung. Boleh jadi sang penjual patung tampak mengesankan argumentasinya soal patung tersebut, namun membuat patung yang sebenarnya belum tentu mereka bisa. Salah satu kesempatan cukup langka juga untuk lebih merasakan "aura" saintifik sejati adalah hadir di perkuliahan yang dibawakan langsung oleh seorang pemenang hadiah Nobel.

Brian Paul Schmidt AC, FRS (lahir 24 Februari 1967) adalah a Distinguished Professor, Australian Research Council Laureate Fellow and astrophysicist di The Australian National University Mount Stromlo Observatory dan Research School of Astronomy and Astrophysics dan beliau dikenal dengan risetnya soal supernova (supernovae) yang dimanfaatkan sebagai perunut kosmologis. Baru-baru ini beliau menjabat Australia Research Council Federation Fellowship dan dipilih dalam keanggotaan Royal Society di tahun 2012.[2] Schmidt berbagi  Shaw Prize in Astronomy 2006 dan  Nobel Prize in Physics 2011 dengan Saul Perlmutter dan Adam Riess yang berhasil memberikan bukti bahwa pengembangan alam semesta berlangsung dipercepat (expansion of the universe is accelerating).

Berdasarkan amatan mereka, semenjak alam semesta mengembang setelah BigBang, pengembangan  berlangsung dipercepat. Sebelum temuan tersebut, para Fisikawan memperkirakan bahwa semestinya laju pengembangan akan diperlambat.

Temuan ini mengarahkan kepada penerimaan luas akan teori energi gelap (dark energy), yaitu suatu teori yang memprediksikan adanya gaya misterius yang menolak gravitasi. Pengukuran astrofisika memperkirakan bahwa energi gelap 74 persen dari semua kandungan alam semesta.

Namun lebih dari satu dekade sesudah temuan bernilai hadiah Nobel ini, para ilmuwan masih berkutat dengan kajian apakah energi gelap itu sejatinya dan berusaha memecahkan persoalan yang disebut-sebut para ahli sebagai "persoalan paling penting" dalam sejarah fisika modern.
Astrofisikawan Saul Perlmutter menganalisis kecerlangan yang berasal dari supernova, seperti yang ditunjukkan oleh gambar ini, untuk mengukur seberapa cepat alam semesta mengembang.
 Berikut penjelasan Physics World

Mengembang Melawan Gravitasi

Hanya 25 tahun yang lalu sebagian besar ilmuwan percaya bahwa alam semesta dapat digambarkan oleh model yang sederhana dan elegan dari  Albert Einstein dan Willem de Sitter tahun 1932 pada mana gravitasi lambat laun akan menghentikan laju pengembangan ruang.

Meskipun demikian, semenjak pertengahan tahun 1980an sederetan pengamatan telah dilakukan yang mana hasilnya nampaknya tidak sesuai dengan teori standar. Hal ini menyebabkan sejumlah orang mengusulkan membangkitkan kembali konsep lama yang di sesali Einstein yaitu Konstanta Kosmologi agar supaya menjelaskan data baru ini lebih baik.

Konstanta ini pertama kali diperkenalkan oleh  Einstein di tahun 1917 untuk mengimbangi gaya tarik gravitasi, karena beliau percaya akan alam semesta yang bersifat statik. He considered it a property of space itself, but it can also be interpreted as a form of energy that uniformly fills all of space; if lambda is greater than zero, the uniform energy has negative pressure and creates a bizarre, repulsive form of gravity. However, Einstein grew disillusioned with the term and finally abandoned it in 1931 after Edwin Hubble and Milton Humason discovered that the universe is expanding.

In 1987 physicists at the Lawrence Berkeley National Laboratory and the University of California at Berkeley initiated the Supernova Cosmology Project (SCP) to hunt for certain distant exploding stars, known as type Ia supernovae. They hoped to use these stars to calculate, among other things, the rate at which the expansion of the universe was slowing down.
Deceleration was expected because in the absence of lambda, many people thought that "ΩM", which is the amount of observable matter in the universe today as a fraction of the critical density, was sufficient to slow the universe's expansion forever, if not to bring it to an eventual halt.
In 1998, after years of observations, two rival groups of supernova hunters – the High-Z Supernovae Search Team led by Schmidt and Riess and the SCP led by Perlmutter – came to the conclusion that the cosmic expansion is actually accelerating and not slowing under the influence of gravity as might be expected.
The two teams came to this conclusion by studying type Ia supernova where they found that the light from over 50 distant supernovae was weaker than expected. This was a sign that the expansion of the universe was accelerating.
In order to account for the acceleration, about 75% of the mass-energy content of the universe had to be made up of some gravitationally repulsive substance that nobody had ever seen before. This substance, which would determine the fate of the universe, was dubbed dark energy.
It is now thought that dark energy constitutes around 75% of the current universe, with around 21% being dark matter and the rest ordinary matter and energy making up the Earth, planets and stars.
"The findings of the 2011 Nobel Laureates in Physics have helped to unveil a universe that to a large extent is unknown to science," stated the Academy. "And everything is possible again."
"My involvement in the discovery of the accelerating universe and its implications for the presence of dark energy has been an incredibly exciting adventure," says Riess. "I have also been fortunate to work with tremendous colleagues and powerful facilities. I am deeply honored that this work has been recognized."

New problems

Cosmologist Michael Turner from the University of Chicago says that the award to Perlmutter, Riess and Schmidt is "well deserved". "The two competing teams is a wonderful story in science – the physicists vs the astronomers," says Turner. "The biggest surprise to both teams was that the other team got the same answer. Each team believed the other didn't know what they were doing."
Turner adds that before the discovery, cosmology was in some disarray with astronomers having a model of the universe based on cold dark matter and inflation, but with not enough matter to make the universe flat – a key prediction of inflation.
"Dark energy and cosmic acceleration was the missing piece of the puzzle," says Turner. "Moreover, in solving one problem, it gave us a new problem – what is dark energy? I think that is the most profound mystery in all of science."
Robert Kirshner from Harvard University who supervised both Schmidt and Riess when they were PhD students says the decision by the Nobel committee is "great" as it will mean "no more waiting". "We did a lot of foundational work at Harvard and my postdocs and students made up a hefty chunk of the High-Z Team," says Kirshner. "[Riess] did a lot after the initial result to show that there was no sneaky effect due to dust absorption and that, if you look far enough into the past, you could see that the universe was slowing down before the dark energy got the upper hand, about five billion years ago."
Kirshner adds that Perlmutter is also "very deserving" of the prize. "[Perlmutter] was persistent even when his programme was moving slowly and, despite getting a contrary result in 1997, was convinced of cosmic acceleration during 1998 by comparing his own extensive data set of distant supernovae with the nearby supernovae measured by the group in Chile."
Peter Knight, president of the Institute of Physics, which publishes physicsworld.com says the work has "triggered an enormous amount of research" on the nature of dark energy. "These researchers have opened our eyes to the true nature of our universe. They are very well-deserved recipients," says Knight.

Leading lights

Born in Champaign-Urbana, Illinois, in 1959, Perlmutter graduated from Harvard University in 1981 receiving his PhD from the University of California, Berkeley in 1986 where he worked on robotic methods of searching nearby supernovae. He then moved to the Lawrence Berkeley National Laboratory and the University of California, Berkeley. Perlmutter now heads the SCP based at Lawrence Berkeley National Laboratory.
Schmidt was born in Missoula, Montana, in 1967. He graduated from the University of Arizona in 1989 and received his PhD from Harvard University in 1993 on using type II Supernovae to measure the Hubble Constant. During postdocs at Harvard, Schmidt, together with Nicholas Suntzeff from the Cerro Tololo Inter-American Observatory in Chile, formed the High-Z Supernovae Search Team. In 1993 Schmidt then went to the Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics for a year before moving to the Australian National University where he is currently based.
Riess is also a former member of the High-Z Supernovae Search Team where he lead the 1998 study that reported evidence that the universe's expansion rate is now accelerating. He was born in Washington, D.C in 1969 and graduated from The Massachusetts Institute of Technology in 1992. Riess received his PhD from Harvard University in 1996 researching ways to make type Ia supernovae into accurate distance indicators. In 1999 he moved to the Space Telescope Science Institute at Johns Hopkins University.

Keutamaan Para Sahabat ra menurut para Sufi

Sahabat Nabi

Betapa agung keutamaan yang diperoleh para sahabat. Mereka menduduki tingkat shiddiqiyyah. Tiada kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan shiddiqiyyah, kecuali nubuwwah (kenabian). Kebaikan tersebut datang kepada mereka silih berganti; inayah Allah menyertai mereka.

Seorang sahabat dapat melampaui seratus ribu maqam dalam sesaat. Derajat mereka lebih tinggi dari pada orang yang melihat Nabi SAW (bloger: secara yaqadhah) setelah beliau wafat. Sebab, para sahabat melihat Nabi dalam rupa yang sempurna. Sedangkan para wali maksimal melihat Nabi di alam lain. Para sahabat meraih kedudukan itu tanpa usaha yang berarti. Pagi hari mereka masih kafir, masuk waktu Ashar mereka telah mencapai derajat Shiddiqiyyah. (Dalam sebuah syair)


Wahai Ibnu Lasbaath, banjir membasahi tanah berdebu
Waktu dhuha berlalu, sore hari telah hijau semua

Alangkah bodoh orang yang beradab buruk terhadap para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Seorang murid bertanya kepada Syeikhnya, "Siapakah yang lebih utama: Juneid bin Muhammad atau Sahabat Nabi." Gurunya menjawab, "Seorang sahabat paling rendah lebih utama dari 70 Juneid."

Jika qadha dan qadar (bloger: maksudnya fitnah peperangan antara para sahabat ra) berlaku kepada salah seorang dari mereka, maka sesungguhnya mereka memperoleh udzur, atau pahala. Semoga Allah mengaruniai kita kecintaan kepada al Habib shallallahu'alaihi wa sallam dan para sahabatnya ra.
(Kumpulan wasiat dan Nasihat mu'alif simtud dhuror) 


1800 liter tinta dari sang Pendekar Ilmu

(Bloger) Akhir-akhir ini berkembang suatu kecendrungan bahwa semua yang modern itu pastilah lebih hebat dan meyakinkan, hingga sampai kepada sikap meremehkan para pendahulu, khususnya para ulama yang selama ini menjadi rujukan umat dan pegangan dalam parameter ukuran seberapa dekatkah kita dengan alQur'an dan Sunnah. Sehingga ada keyakinan, untuk memahami alquran dan sunnah itu, kita langsung atau cukup merujuk para ulama modern yang seolah dianggap jauh lebih berakal dan faham soal ini. Sikap ini karena kurangnya "bercermin diri" dan mengukur "bayang-bayang sepanjang badan". Dalam kesempatan hikmah kali ini mari kita bercermin dan mengukur bayang-bayang sepanjang badan dibanding para ulama terdahulu. Adakah sedikit kemiripan antara mereka dengan diri kita atau orang kontemporer yang kita sanjung setinggi langit itu?

KISAH ULAMA TERDAHULU

Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabari, yang diakui sebagai mujtahid mutlak setelah Imam Syafi'i, mampu menghafal buku sebanyak yang dibawa 80 ekor onta, salah satunya adalah 700 jilid buku dalam ilmu tafsir. Al-Hafizh Ibnu Syahin menulis 330 judul buku, di antaranya adalah 1000 jilid kitab tafsir Qur'an dan 1600 jilid kitab al-Musnad. Di akhir hayatnya, ketika jumlah tinta yang ia gunakan untuk menulis ditimbang. Ternyata ia telah menghabiskan 1800 liter tinta. 
(Kumpulan Nasihat & Wasiat Habib Ali al Habsy)