Kamis, 31 Juli 2014

The Biggest lie in Stock Market History Revealed

Israeli War Machine Concentrating Women and Children into UN Schools Before Killing Them - C4News  

(Mesin Perang Israel Sengaja Mengkonsentrasikan wanita dan anak-anak Palestina untuk Berkumpul di sekolah-sekolah yang di dirikan PBB sebelum membantai mereka-C4News)

(Blogger Comment: Dari situs market oracle, di situs Bisnis dan Pasar yang tidak memihak dan obyektif media barat ini, tersingkapkanlah sebuah rancangan keji dan menjijikkan dari bangsa yang pernah dikutuk Allah SWT menjadi kera ini, yaitu menggiring anak-anak Palestina untuk berlindung di perlindungan sekolah-sekolah yang dilindungi dan dibangun PBB untuk lebih melancarkan pembantaian secara lebih massiv dan "hemat" akan "amunisi dan arsenal" dari misi genocida mereka, semoga Allah melindungi kaum muslimin dari kejahatan para Dajal baik dari luar maupun dajal dalam ini) 

Politics / Israel Jul 25, 2014 - 11:02 AM GMT
By: Videos
Politics
A representative of Israel's Ministry of Propaganda attempts to divert blame for the bombing of another UN School killing many women and children as reported on by Channel 4 News on the ground in the Gaza concentration camp.
(Terjemahan Bloger: Perwakilan kementrian Propaganda Israel tengah mencoba sebuah usaha kambing hitam dengan menyalahkan pihak lain karena ulah mereka kembali membom sekolah yang dibangun PBB dan menewaskan wanita dan anak-anak sebagaimana dilaporkan oleh Channel 4 News di bawah tanah camp konsentrasi Gaza)
The Israeli war machines strategy appears to be to force palestinian populations to flee into designated 'safe' areas such as UN Schools and then fire tank shells and missiles at the heavily concentrated population's of mostly women and children.
And then expect the world to swallow propaganda that these children are attacking Israeli soldiers in justification for their extermination.
(Terjemahan Bloger: Strategi mesin perang Israel tampaknya tengah memaksa penduduk Palestina untuk melarikan diri ke daerah-daerah yang konon dikatakan sebagai "aman" seperti sekolah-sekolah yang didirikan PBB lalu menghantamnya dengan peluru meriam serta missil di daerah yang padat penduduk tersebut yang umumnya terdiri dari wanita dan anak-anak. 

Lantas mereka berusaha "mencekoki" dunia dengan propaganda bahwa anak-anak ini menyerang tentara Israel dan mencari pembenaran atas usaha pemusnahan mereka ini )

© 2005-2014 http://www.MarketOracle.co.uk - The Market Oracle is a FREE Daily Financial Markets Analysis & Forecasting online publication.

Kalam Hikam

 

 

Kalam Para Wali Allah


"Kekayaan itu adalah ketidak butuhanmu kepada sesuatu.

Sedangkan kebutuhanmu terhadap sesuatu itu disebut kefakiran."

(al-Imam Asy- Syafi'i)




Kalam Berisi

Kalam Hikmah Para Wali Allah

"Barang siapa perhatiannya 

Hanya pada apa yang masuk ke dalam perutnya,

maka nilai orang tersebut

tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya."

(Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra)


Komposisi kotoran alias "bunduong" manusia

kalam berisi

Kalam Hikmah Para Wali Allah


"Orang yang paling disukai manusia adalah orang yang tidak butuh kepada sesamanya.
Sedangkan orang yang paling dibenci oleh manusia lainnya
adalah orang yang membutuhkan orang lain dan mengemis kepada mereka
Adapun orang yang yang paling dicintai Allah SWT
adalah orang yang mengemis kepadaNya
dan tidak membutuhkan kepada selainNya.
Sedangkan manusia yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah
orang yang tidak merasa butuh kepadaNya
namun justru meminta-minta kepada makhlukNya
(al Imam Fudhail ibn 'Iyyadh)



Para Pecinta

BAYARAN UNTUK SANG GURU


Tuhan menawarkan kepada seorang guru anugerah harta dunia. Tapi dia justru malah berkata:
"Mengapa aku harus minta dibayar untuk jatuh cinta pada Tuhan?"
Seorang pelayan minta imbalan atas apa yang dikerjakan.
Namun pecinta hanya ingin mencintai samudera yang kedalamannya tak kan pernah terukur.

Jalaludin Rumi



Kecerdasan para sahabat Nabi

KECERDASAN SAYYIDINA ALI RA

(Tulisan berikut admin Bloger ambil dari Blognya Hubabah Halimah Alaydrus)
RasulAllah SAW seringkali memuji sahabatnya atas hal yang berbeda-beda.
Abu bakar RA misalnya, dipuji beliau atas keimanan yang kuat mengakar di jiwanya.
Umar RA dipujinya atas kemampuannya menegakkan yang hak tanpa takut dicela.
Utsman RA dipujinya atas sifat malunya yang bahkan membuat malaikatpun menjadi malu padanya, dan Ali bin Abi Thalib dipujinya atas kecerdasan, ilmu dan pengetahuan yang menjadikannya gerbang ilmu jika diibaratkan Nabi Muhammad adalah kotanya.
Kawan, akan kuceritakan padamu sekelumit kisah,  setetes dari lautan ilmu Sahabat nabi kita ini..

Seorang wanita di zaman kekhalifahan Abu bakar RA melahirkan padahal dia baru menikah 6 bulan sebelumnya. Dan hal tersebut menimbulkan fitnah dan pergunjingan di masyarakat. Merekapun menuduhnya berzina, dan menuntut pemerintah untuk merajam perempuan tersebut. Maka sebuah sidang diadakan untuk memutuskan apakah anak tersebut adalah hasil zina sehingga perempuan tersebut harus dihukum rajam ataukah dia adalah anak yang sah. Ali RA yang merupakan hakim pada masa tersebut pun didatangkan untuk membuat sebuah keputusan.
“Bayi itu adalah anak yang sah! Nasab dan waris diikutkan kepada ayahnya“
“Atas dasar apa keputusan itu kau buat wahai Ali?“ tanya sang khalifah
“Atas dasar Al-Quran firman Allah SWT, cobalah baca Quran surat Al-Ahqaf ayat 15 Allah SWT berfirman

     (وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا)
    (..hamil dan menyusui adalah 30 bulan.. )
    
Sementara dalam ayat yang lain Allah berfirman :
   
    (وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْ)
   (..dan wanita menyapih anak yang disusuinya setelah berusia 2 tahun..)
Dua tahun adalah 24 bulan. Maka jika hamil dan menyusui adalah 30 bulan dan menyusui adalah 24 bulan, bukankah berarti kehamilan itu adalah 6 bulan? Maka, hamil 6 bulan adalah mungkin dengan penyaksian Al-Quran.
Dan khalifahpun memutuskan seperti yang telah disampaikan oleh Sayyidina Ali RA.

Kisah lain tentang kecerdasan beliau

Di masa kekhalifahan Sayyidina Umar RA, dua orang perempuan melahirkan di waktu yang hampir bersamaan di rumah seorang bidan. Seseorang diantara mereka melahirkan bayi laki-laki dan seorang lagi melahirkan bayi perempuan. Namun sang bidan yang meletakkan kedua bayi itu berjejeran begitu saja tidak ingat betul siapa ibu bayi laki-laki dan siapa ibu untuk bayi yang perempuan. Dan masalah menjadi pelik tatkala kedua ibu tersebut mengakui dan memperebutkan bayi laki-laki sebagai miliknya.

Masalah tersebut sampai di meja hijau kekhalifan Umar RA, dan beliaupun segera memanggil Sayyidina Ali RA untuk memberikan keputusan yang benar.
“Harap masing-masing dari kedua ibu tersebut mengeluarkan air susunya dan dimasukkan di gelas ini“

Kata beliau seraya menyerahkan 2 buah gelas kepada dua orang tersebut.
Setelah dua gelas tersebut berisi air susu dari masing-masing ibu baru itu dan diberi tanda agar tidak tertukar, beliaupun kemudian menimbang air susu tersebut dalam sebuah timbangan. Dan ternyata sesuai perkiraan beliau satu gelas susu itu lebih berat dari yang lainnya.

Beliau kemudian memutuskan bahwa pemilik susu yang berat adalah ibu dari bayi yang laki-laki, sementara ibu dengan air susu yang lebih ringan adalah ibu dari bayi yang perempuan. Tatkala ditanyakan dengan dalilnya. Beliaupun kemudian membacakan firman ALLAH SWT, An-Nisa ayat 11 :

(لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ ٱلْأُنثَيَيْنِ)
(..bagi laki-laki adalah dua kali jatah perempuan..)

Kisah yang ini terjadi di masa kekhalifahan beliau sendiri di tengah perselisihan dan perpecahan umat yang mulai berlangsung. Dan siang itu disaat khutbah jumat dengan beliau bertugas sebagai khatib, seorang munafik mengangkat tangan mengajukan tiga buah pertanyaan. Diawali dengan ucapan pedasnya : 
“Wahai khalifah, Nabi Muhammad mengatakan bahwa beliau adalah kota ilmu dan engkau adalah pintunya, maka jika engkau benar-benar pintu dari kota ilmu, tentulah semua pertanyaanku dapat engkau jawab dengan benar”
“Silahkan ajukan pertanyaanmu” kata Sayyidina Ali RA
“Pertanyaan pertama, berapa jarak antara timur dan barat bumi ini?”
Tanpa diam lama, Sayyidina Ali menjawab “Selama perjalanan matahari dari pagi hingga sore hari”
 Semua jamaah Jum'at berdecak kagum atas ketepatan jawabannya. Ya, bukankah matahari memang terbit di timur di waktu pagi dan tenggelam di barat saat sore hari?

“Pertanyaan kedua, apa yang sedang Allah SWT kerjakan saat ini?”
Sayyidina Ali RA tidak menjawab pertanyaan tersebut. Beliau malah turun dari mimbar kemudian naik kembali dan berkata
“Yang sedang Allah lakukan saat ini adalah menurunkan saya dari mimbar, menaikkan saya kembali, kemudian menjawab pertanyaanmu ini“

Dengan jawaban beliau yang tak terbantahkan itu, diapun menjadi terlihat kesal dan kemudian berkata
“Pertanyaan terakhir, kenapa di zaman khalifah Abu bakar dan Umar RA negeri ini aman dan damai, tidak ada perselisihan dan perpecahan, sementara di masa engkau memerintah ini negeri kita dipenuhi dengan huru-hara, keributan dan perselisihan antar sesama umat islam?”

Sayyidina Ali RA tersenyum mendapati pertanyaan yang bukan ilmu pengetahuan tapi perdebatan yang memojokkan beliau ini. Kemudian beliau berkata
“Ya, tentu saja di zaman khalifah Abu bakar dan Umar memerintah negeri kita damai, aman dan sejahtera sebab pemimpinnya adalah mereka dan rakyatnya adalah orang-orang seperti saya. Sementara di masa sekarang ini pemimpinnya adalah saya dan rakyatnya adalah orang-orang sepertimu“
Orang tersebut terdiam..







(Blogger: Sebuah situs Israel yang menjelaskan sebuah skema meraup untung "duniawi" dari kaum muslimin. Perhatikan juga rencana investasi melibatkan negara kita tercinta Indonesia, tentu saja sumbu syetan ini harus segera melakukan percepatan dalam merubah akidah kaum muslimin indonesia dari ahlussunnah waljamaah selama ratusan tahun menjadi varian menyempal, atau liberal sekuler sekalian,..semoga Allah melindungi bangsa ini)







Cooperation
Nochi Dankner. 'From West to East' Photo: Vardi Kahana
Nochi Dankner. 'From West to East' Photo: Vardi Kahana

Ynetnews on Facebook

Dankner sets up new investment fund with Saudis

Israeli business mogul says sees 'huge potential in emerging markets, which serve as long-term growth engine'
(Bloger: Dankner merencanakan investasi modal baru dengan Saudi.
Taipan bisnis Israel mengatakan lihatlah "kemunculan potensial luarbiasa dari pasar yang sedang bangkit, kebangkitan pasar ini akan menjadi mesin pertumbuhan jangka panjang bagi ekonomi Israel. ) 
Navit Zomer
Published: 08.15.10, 15:06 / Israel Business
An interesting collaboration between Israel and Saudi Arabia has come to light. IDB Group, chaired by Nochi Dankner, is establishing a $1 billion investment fund together with Saudi partners in Swiss bank Credit Suisse to invest in emerging markets in Latin America, Asia, Europe, the Middle East, and Africa.
(Bloger: Sebuah kerja sama apik antara Israel dan Saudi Arabia telah bersemi. Kelompok IDB, yang diketuai oleh Nochi Danker, tengah merancang sebuah pendanaan investasi senilai 1 Trilyun Dolar bersama rekanannya dari Saudi di bank kredit Swiss untuk menanam modal dalam pasar yang tengah tumbuh pesat baru-baru ini di Amerika Latin, Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika)
The fund will be called EMCO and will be the first investment collaboration of its kind between an Israeli company and a the Saudi investment company belonging to the Olayan family, a Qatari government investment company, and Swiss bank Credit Suisse, in which IDB holds 3.2% of its shares.
(Penanaman modal tersebut disebut sebagai EMCO dan merupakan investasi pertama seperti ini antara perusahaan Israel dan perusahaan penanaman modal Saudi yang merupakan milik keluarga Olayan, sebuah perusahaan milik pemerintah Qatar, dan bank kredit Swiss, padamana IDB mempertahankan 3,2 persen pembagiannya.)
IDB will invest $250 million in the fund in accordance with the rate of investment. The investments will be made via two of IDB's subsidiaries – Koor Industries and Clal Insurance.
The fund's first investment priority will be in crude oil, gas, and coal. One of its top countries for investment is Indonesia.
Nochi Dankner, who holds the controlling interest in IDB, said, "Being significant share holders in Credit Suisse for two years allows for a unique opportunity to establish a joint Credit Suisse fund with three of the bank's large shareholders.


"We see large potential in emerging markets, which are a long-term growth engine of the global economy. The strengthening of the emerging markets is part of a significant political-economic process occurring in the world – one of whose peaks was the financial crisis – which in its essence is the transfer of economic hegemony from the West to the East.
"This move is an important layer in our strategy to continually expand IDB's activities abroad while creating a balanced business mix of investments in developing markets and in emerging markets."

The Biggest lie in Stock Market History Revealed

China Rejects The US-Saudi-Israeli Plan For The Middle East (Cina menolak Rancangan Bagi Timur Tengah ke depan dari aliansi Amerika-Saudi-Israel)

(Blogger: artikel berikut dari http://www.marketoracle.co.uk/Article42131.html yang memberi gambaran apa sebenarnya yang tengah terjadi dari kaum muslimin, khsususnya di wilayah yang merupakan pusat-pusat dari kaum muslimin di timur tengah,..intinya adalah "meraup pundi-pundi duniawi" dengan "mengkhianati Allah dan Rasulnya", perhatikan "dua sumbu syetan" yang tengah mencengkeram kaum muslimin di muka bumi ini, dan perhatikan juga China sebagai sebuah negara adidaya baru lebih memilih sumbu syetan kedua dari varian Islam yang menyimpang juga, yaitu dari kaum Syiah Rafidhah, pelopor lama dari pengusung Ideologi Takfir, yaitu Iran dengan sohibnya Rusia dan konco2nya, suatu pojok lain dari perpanjangan protokoler Zion)

Politics / Middle East Sep 04, 2013 - 12:56 PM GMT
Politics
THE YINON PLAN LIVES ON
Named after Israel's minister of foreign affairs at the time of the 1982 invasion of Lebanon and occupation of Beirut, with about 25 000 dead, this divide-and-rule geostrategy plan for the MENA (Middle East and North Africa) lives on.

Already victims of this strategy since 2011 – operated by Israel, the US and Saudi Arabia – we have the divided and weakened states of Iraq, Libya, Yemen and Syria. Egypt and even Tunisia can also possibly be added to the list. Others can be identified as likely short-term target victim countries.
(Terjemahan Bloger: Rancangan Yinon terus berlangsung. Rancangan yang dinamai  menurut nama menteri luar negeri Israel ini di usulkan pada 1982 ketika berlangsung invasi Libanon serta pendudukan Beirut, di mana telah menewaskan sekitar 25000 jiwa, politik geostrategi memecah belah ini, "pecah belah lalu bagi-bagi" bagi wilayah MENA (wilayah timur tengah dan afrika utara) terus berlanjut bahkan hingga hari ini. 

Hasil dari operasi yang telah berlangsung semenjak tahun 2011--yang dioperasikan oleh Amerika Serikat dan Saudi Arabia serta Israel---telah memecah belah dan melemahkan negara-negara seperti Irak, Libya, Yaman, dan Syria. Mesir dan bahkan Tunisia juga mungkin dimasukkan di dalam daftar. Negara-negara lain dianggap sebagai negara target korban selanjutnya yang berjangka pendek saja.)


In February 1982 the foreign minister Oded Yinon wrote and published ‘A Strategy for Israel in the Nineteen Eighties‘, which outlined strategies for Israel to become the major regional power in the Middle East. High up the list of his recommendations was to decapitate and dissolve surrounding Arab states into sub-nations, warring between themselves. Called the peace-in-the-feud or simply divide and rule, this was part of Yinon's strategy for achieving the long-term Zionist goal of extending the borders of Israel, not saying where but potentially a vast region. His strategy was warmly and publicly supported by leading US policy makers with close ties to Israel, like Richard Perle, by the 1990s.
 (Blogger: Pada Februari 1982 menteri luar negeri Israel Oded Yinon menulis dan menerbitkan "sebuah strategi bagi Israel untuk tahun 1980an," pada mana ia merumuskan strategi agar Israel menjadi kekuatan regional utama di timur tengah. Inti dari pada rekomendasi ini adalah untuk mencabik-cabik dan melelehkan negara-negara arab sekitarnya menjadi sub-negara (negara kecil) yang saling bertempur satu sama lain. Strategi ini dikenal sebagai peace-in-the-feud atau simpelnya adu domba lalu kuasai. Ini merupakan bagian dari strategi Yinon untuk mencapai tujuan jangka panjang Zionis memperluas wilayah Israel Raya, memang tidak disebutkan namun berpotensi meliputi wilayah sangat luas. Strateginya disambut secara terbuka serta hangat oleh pemimpin2 Amerika Serikat yang membuat kebijakan yang sangat dekat dengan Israel, seperti Richard Perle, di tahun 1990an.)

This regional balkanization plan is centred on the exploitation of ethnic, religious, tribal and national divisions within the Arab world. Yinon noted the regional landscape of the MENA was “carved up” mainly by the US, Britain and France after the defeat and collapse of the Ottoman empire in 1917. The hastily traced and arbitrary borders are not faithful to ethnic, religious, and tribal differences between the different peoples in the region – a problem exactly reproduced in Africa, when decolonization started in the 1950s and 1960s. Yinon went on to argue this makes the Arab world a house of cards ready to be pushed over and broken apart into tiny warring states or “chefferies” based on sectarian, ethnic, national, tribal or other divisions.

(Terjemahan Bloger: Balkanisasi (upaya menjadikan suatu daerah bergolak seperti daerah Balkan) berpijak pada usaha untuk mengeksploitasi keragamaan suku, mazhab agama, serta kebangsaan di dunia Arab. Yinon juga mencatat bentang regional dari daerah timur tengah dan afrika utara telah sukses "dibagi-bagi sebagai ghanimah" oleh kekuatan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis pasca kekalahan dan keruntuhan kekhalifahan Turki Usmaniah pada 1917. Penelusuran yang tergesa-gesa dalam penentuan batasan wilayah tak menentu yang tidak mengacuhkan perbedaan suku, agama, dan kabilah antara berbagai kelompok orang yang berbeda di suatu wilayah --suatu problem yang muncul dengan nyata di afrika, terjadi ketika dekolonisasi berlangsung di tahun 1950an dan tahun 1960an. Yinon selanjutnya berpendapat bahwa potensialitas ini membuat dunia arab  bagaikan sebuah rumah yang tersusun dari kartu-kartu yang siap kapan saja di dorong sedikit lalu tercerai berai menjadi negara-negara yang saling bertempur satu sama lain  atau "pemimpin lokal" yang berdasar kepada mazhab, etnik, kebangsaan, kabilah, atau berbagai bentuk pemisahan lainnya)


Central governments would be decapitated and disappear. Power would be held by the warlord chiefs in the new sub-nations or ‘mini-states’. To be sure, this would certainly remove any real opposition to Israel's coming regional dominance. Yinon said little or nothing about economic “collateral damage”.

(Terjemahan Bloger: Pemerintahan yang memusat akan dicabik-cabik dari dunia arab serta dimusnahkan. Kekuasaan akan dipegang oleh semacam "pemimpin perang" di pecahan subnegara atau "negara mini" tersebut. Tentunya, hal ini memastikan hilangnya oposisi nyata apapun terhadap dominasi yang akan muncul dari Israel terhadap wilayah ini. Namun Yinon sedikit sekali atau tidak menyinggung soal "efek sampingnya" bagi ekonomi wilayah ini. )

To be sure, US and Saudi strategy in the MENA region is claimed to be entirely different, or in the Saudi case similar concerning the means – decapitating central governments – but different concerning the Saudi goal of creating a huge new Caliphate similar to the Ottoman empire. Under the Ottomans nations did not exist, nor their national frontiers, and local governments were weak or very weak.

(Bloger translate: Jelasnya, strategi Amerika Serikat dan Saudi di timur tengah dan afrika utara dikatakan sama sekali berbeda, atau dalam kasus strategi Saudi kesamaanya dengan strategi amerika hanyalah dalam usaha -memecah belah kekuasaan yang memusat--namun perbedaan terkait dengan strategi Saudi sendiri yang bertujuan hendak membangun sebuah kekhalifahan baru yang serupa dengan Kekhalifahan Turki Usmaniyyah. Di mana di bawah kekhalifahan Turki di masa itu, sekat-sekat kebangsaan, batas wilayah tidaklah wujud serta penguasa lokal mempunyai kekuasaan yang terbatas.)

ISLAMIC INSURGENCY IS WELL KNOWN IN CHINA

China knows plenty about Islamic insurgency and its potential to destroy the nation state. Even in the 1980s and 1990s, some 25 years ago, China had an “Islamic insurgency” threat concentrated in its eastern resource-rich and low population Xinjiang region. Before that, since the early days of the Peoples' Republic in the 1950s, China has addressed Islamic insurgency with mostly failed policies and strategies but more recently a double strategy of domestic or local repression, but aid and support to Islamic powers thought able to work against djihadi insurgents – outside China – has produced results.
(Cina sangat faham tentang watak pembrontak Islam serta potensialitasnya dalam menghancurkan negara bangsa. Bahkan di tahun 1980an dan tahun 1990an, kira-kira 25 tahun yang lalu, China mempunyai sebuah ancaman " Islami revolusioner" yang terkonsentrasi di bagian timur yang sumber dayanya kaya namun populasinya sedikit yaitu wilayah Xinjiang. Sebelum itu, semenjak zaman awal RRC tahun 1950an, China telah berkutat dengan Islamik insurgensi dengan kebijakan dan strategi yang sebgian besar gagal namun baru-baru ini suatu strategi ganda dari represi domestik atau lokal, namun didukung kekuatan Islam di luar China mampu menunjukkan hasil dalam menentang pembrontak muslim dalam menekan radikalisme )

The Chinese strategy runs completely against the drift of Western policy and favours Iran.
A report in 'Asia Times', 27 February 2007, said this: “Despite al-Qaeda's efforts to support Muslim insurgents in China, Beijing has succeeded in limiting (its) popular support..... The latest evidence came when China raided a terrorist facility in the country's Xinjiang region, near the borders with Pakistan, Afghanistan, Tajikistan and Kirgizstan. According to reports, 18 terrorists were killed and 17 were captured”.
(Strategi China sepenuhnya bertentangan dengan arus kebijakan barat dan mendukung Iran. Sebuah laporan di "Asia Times," 27 Februari 2007 menyatakan: "Meskipun al-Qaeda menyokong pembrontakan kaum muslimin di China, Beijing telah berhasil membatasi para penyokong populernya,....fakta terbaru adalah ketika China menyerbu sebuah fasilitas teroris di wilayah Xinjiang, dekat perbatasan Pakistan, Afganistan, Tajikistan dan Kirgistan. Menurut laporan tersebut, 18 orang teroris tewas dan 17 orang ditangkap)

Chinese reporting, even official white papers on defence against terror are notoriously imprecise or simply fabricated. The official line is there is no remaining Islamic insurgency and – if there are isolated incidents - China's ability to kill or capture militants without social blowback demonstrates the State's "hearts and minds" policy in Xinjiang, the hearth area for Chinese Muslims, is working. 

Chinese official attitudes to Islamic insurgency are mired with veils of propaganda stretching back to the liberation war against anti-communist forces. These featured the Kuomintang which had a large Muslim contingent in its Kuomintang National Revolutionary Army. The Muslim contingent operated against Mao Zedong's central government forces – and fought the USSR. Its military insurgency against the central government was focused on the provinces of Gansu, Qinghai, Ningxia and Xinjiang and continued for as long as 9 years after Mao took power in Beijing, in 1949.
Adding complexity however, the Muslim armed forces had been especially active against the Soviet Union in the north and west – and by 1959 the Sino-Soviet split was sealed. Armed hostilities by Mao's PLA against the Red Army of the USSR broke out in several border regions, with PLA forces aided by former Muslim insurgents in some theatres. Outside China, and especially for Arab opinion, Mao was confirmed as a revolutionary nationalist similar to non-aligned Arab leaders of the period, like Colonel Husni al-Zaim of Syria and Colonel Nasser of Egypt.
CHINA'S THREAT TO WESTERN STRATEGY IN THE MENA
Especially today, some Western observers feign “surprise” at China's total hostility towards UN Security Council approval for “surgical war” strikes against Syria. The reasons for this overlap with Russia's adamant refusal to go along with US, Saudi Arabian, Turkish and French demands for a UNSC rubber stamp to trigger “regime change” in Syria but are not the same. For China the concept of “regime change” with no clear idea - officially - of what comes next is anathema.
As we know, when or if al Assad falls, only chaos can ensue as the country breaks apart, but this nightmare scenario for China is brushed aside by Western politicians as a subject for “later decision”.
China's successful efforts to keep the global jihad from spreading into its territory is surely and certainly taken as a real challenge by Saudi-backed insurgents in western China. Various reports indicate the al-Qaeda organization trains about 1 000 mostly Xinjiang-origin Uighurs and other Chinese Muslims every year. Located in camps in Afghanistan, Pakistan, Kirgizstan and elsewhere, this terror training has continued since at least the mid-1990s, for a total of more than 15 years.
The focus on Xinjiang, formerly called Turkestan is no accident. The region's Russian influence is still strong, reinforced by Muslim migration from Russia in the 19th century, accelerated by the Russian Civil War and 1917 revolution.  During China's warlord era preceding Mao's rule, the USSR armed and supported the Muslim separatist East Turkestan Republic which only accepted Mao's rule when the PRC under the Chinese communists was fully established in 1949. The longstanding East Turkestan jihadi movement (ETIM) is highly active today after being relaunched in the early 2000's, especially since the Iraq war of 2003. It however mainly acts in “external theatres” such as Pakistan's Baluchistan province. The Baluchi of Pakistan have long-term rebellious relations with the central government in Islamabad, and are allied with Kurd nationalists in Iraq, Syria, Lebanon and Turkey.
The US Council on Foreign Relations in a 29 May 2012 briefing on Xinjiang noted that since the Chinese Qing dynasty collapse of 1912, the region has experienced various types of semi-autonomy and on several occasions declared full independence from China. The Council for example notes that in 1944, factions within Xinjiang declared independence with full support from the USSR, but then cites US State Dept. documents claiming that Uighur-related terrorism has “declined considerably” since the end of the 1990s and  China “overreacts to and exaggerates” Islamic insurgency in Xinjiang.
Notably, the US has declassified the ETIM Islamic movement – despite its terror attacks – as a terrorist organization. The ETIM was defined as such during the Bush administration years, but is no longer listed as a Foreign Terrorist Organization (FTO) in the State Dept. FTO list as from January 2012.
China has fully recognized the Islamic insurgency threat, with its potential for drawing in hostile foreign powers seeking to destroy national unity and break the national government. Its concern, shared by Indian strategists and policy makers is to “stop the rot” in the MENA.
THE CHINESE STRATEGY
Unofficially, China regards the US and Saudi strategy in the MENA and Central Asia as “devil's work” sowing the seeds of long-term insurgency, the collapse of the nation state and with it the economy. The US link with and support to Israel is in no way ignored, notably Israel's Yinon plan for weakening central governments and dissolving the nation state right across the MENA.
China's main concern is that Central Asian states will be affected, or infected by radical Islamic djihadi fighters and insurgents drifting in from the West, from the Middle East and North Africa.  These will back the existing Islamic insurgent and separatist movement in resource-rich Xinjiang. To keep Central Asian states from fomenting trouble in Xinjiang, China has cultivated close diplomatic ties with its neighbors, notably through the Shanghai Cooperation Organization which has a secretariat concerned with counter-insurgency issues.
US analysts however conclude, very hastily, that China “instinctively supports the status quo” and therefore does not have an active international strategy to combat djihadi violence and anarchy outside China. US analysts say, without any logic, that China will respond to and obediently follow initiatives from Washington and other Western powers – as it has starkly not done in the UN Security Council when it concerns the Western powers' long drawn out attempt to repeat, for Syria, their success in 2011 for getting UNSC approval to the NATO war in Libya!
China was enraged, and regarded it as betrayal when its support for limited action by NATO in Libya - a rare instance of China compromising on nonintervention - turned into an all-out “turkey shoot” to destroy the Gaddafi clan. Libya was handed over to djihadi militants, who subsequently declared war against central government, an accelerating process resulting in Libya, today, having no central government with any real authority. That experience certainly hardened Beijing's responses on Syria.
Post-Mao China has restored the concept of Chinese cultural continuity, with a blend of Confucian, Taoist and Buddhist strands which had been been weakened but not completely destroyed in the years of ideologically-driven Communism. For the Communists of Mao's era “history was bunk”, not even a mixed bag but an unqualified evil that must be smashed. The Chinese attitude to radical Islam as embodied in the ideologies of Wahabism and Salafism is the same – they are treated as a denial of world history and its varied cultures, with immediate and real dangers for China. Its counter-insurgency strategy against Islamic radicals is the logical result.
This strategy ensures closer Tehran-Beijing relations, usually described by Western analysts as a “balancing act” between ties to Washington and growing relations with Iran. China and Iran have developed a broad and deep partnership centered on China's oil needs, to be sure, but also including significant non-energy economic ties, arms sales, defense cooperation, and Asian and MENA geostrategic balancing as a counterweight to the policies and strategies of the United States and its local allies, Saudi Arabia and Israel. Chinese attention now focuses the Washington-Riyadh axis and its confused and dangerous MENA region geostrategy, resulting in a de facto proliferation of Islamic djihadi insurgents and the attack on the basic concept of the nation state across the region. The Chinese view is that Iran's version of “Peoples' Islam” is less violent and anarchic, than the Saudi version.
OPPOSING THE WASHINGTON-RIYADH AXIS
Both Chinese and Indian strategists' perceptions of the US-Saudi strategy in the MENA, and other Muslim-majority regions and countries is that it is dangerous and irresponsible. Why the Western democracies led by the US would support or even tolerate the Saudi geostrategy and ignore Israel's Yinon Plan – as presently shown in Syria – is treated by them as almost incomprehensible.
China is Tehran's largest trading partner and customer for oil exports, taking about 20% of Iran's total oil exports, but China's co-operation is seen as critical to the Western, Israeli and Arab Gulf State plan to force Iran to stop uranium enrichment and disable the capacity of its nuclear program to produce nuclear weapons. Repeated high-level attempts to “persuade Beijing” to go along with this plan, such as then-US Treasury Secretary Timothy Geithner's 2012 visit to Beijing, however result each time in Chinese hosts politely but firmly saying no. This is not only motivated by oil supply issues.
Flashpoints revealing the Chinese-US divide on Iran crop up in world news, for example the US unilateral decision in January 2012 to impose sanction on Chinese refiner Zhuhai Zenrong for refining Iranian oil and supplying refined products back to Iran. This US action was described by China's Foreign Ministry spokesman as “totally unreasonable”. He went on to say that “China (has) expressed its strong dissatisfaction and adamant opposition”.
At the same time, China's Xinhua Agency gave prominence to the statement made by Iran's OPEC delegate Mohamed Ali Khatibi: “If the oil producing nations of the (Arab) Gulf decide to substitute Iran's oil, then they will be held responsible for what happens”. Chinese analysts explained that China like India was irritated that Iranian oil sanctions opened the way for further de facto dominance of Saudi Arabia in world export supplies of oil, as well as higher prices.
Iran is however only the third-largest supplier of oil to China, after Angola and Saudi Arabia, with Russia its fourth-largest supplier, using EIA data. This makes it necessary for China to run sustainable relations with the Wahabite Kingdom, which are made sustainable by actions like China's Sinopec in 2012 part-funding the $8.5 billion 400 000 barrels-per-day refinery under construction in the Saudi Red Sea port city of Yanbu. 
The Saudi news and propaganda outlet Al Arabiya repeatedly criticises China and India for their purchase of Iranian oil and refusal to fully apply US-inspired sanctions. A typical broadside of February 2013 was titled “Why is China still dealing with Iran?”, and notably cited US analysts operating in Saudi-funded or aided policy institutes, such as Washington's Institute for Near East Policy as saying: “It’s time we wised up to this dangerous game. From Beijing’s perspective, Iran serves as an important strategic partner and point of leverage against the United States”. US analysts favourable to the Saudi strategy in the MENA - described with approval by President Eisenhower in the 1950s as able to establish a Hollywood style Saudi royal “Islamic Pope” for Muslim lands from Spain to Indonesia – say that Iran is also seen by China as a geopolitical partner able to help China countering US-Saudi and Israeli strategic action in the Middle East.
A 2012 study by US think tank RAND put it bluntly: “Isolated Iran locked in conflict with the United States provides China with a unique opportunity to expand its influence in the Middle East and could pull down the US military in the Gulf.”  The RAND study noted that in the past two decades, Chinese engineers have built housing, bridges, dams, tunnels, railroads, pipelines, steelworks and power plants throughout Iran. The Tehran metro system completed between 2000 and 2006 was a major Chinese engineering project.
THE BIG PICTURE
China's Iran policy and strategy can be called “big picture”. Iranian aid and support to mostly but not exclusively Shia political movements, and insurgents stretches from SE Asia and South Asia, to West and Central Asia, Afghanistan, the Caspian region, and SE Europe to the MENA.  It is however focused on the Arabian peninsula and is inevitably opposed to Saudi geostrategy. This is a known flashpoint and is able to literally trigger a third world war. Avoiding this is the big picture – for China.
Li Weijian, the director of the Research Center of Asian and African Studies at the Shanghai Institute for International Studies puts it so: “China’s stance on the Iranian nuclear issue is not subject to Beijing’s demand for Iranian oil imports, but based on judgment of the whole picture.” China is guided in foreign relations by two basic principles, both of them reflecting domestic priorities. First, China wants a stable international environment so it can pursue domestic economic development without external shocks. Second, China is very sensitive to international policies that ‘interfere in or hamper sovereign decisions”, ultimately tracing to its experience in the 19th and 20th centuries at the hands of Western powers, and the USSR, before and after the emergence of the PRC. It adamantly opposes foreign interference in Taiwan, Tibet, and Xinjiang.
This includes radical Islamist or djihadi interference, backed by any foreign power. While China has on occasions suspected Tehran of stirring Islamic insurgency inside its borders it sees the US-Saudi geostrategy of employing djihadists to do their dirty work as a critical danger, and as wanton interference. Indian attitudes although not yet so firm, are evolving in the same general direction. Both are nuclear weapons powers with massive land armies and more than able to defend themselves.
Claims by Western, mostly US analysts that China views Iran as exhibiting “unpredictable behaviour” in response to US-led sanctions and that Iran is “challenging China’s relations with its regional partners” can be dismissed. In particular and concerning oil, China is well aware that Iran will need many years of oil-sector development to return to anything like pre-Islamic revolution output of more than 5 million barrels a day. Unless oil sanctions are lifted, Iran's oil output will go on declining, further increasing the power of the Gulf States led by Saudi Arabia, and Shia-governed but insurgency threatened Iraq to dictate export prices.
China dismisses the claim that its policies have hampered US and other Western political effort to dissuade Iran from developing nuclear weapons capability.
China's distaste for toppling almost any central government, even those run by dictatorial strongmen springs from a deep sense of history – marked by insecurity about the uncertain political legitimacy of governments arising from civil war and revolution – like the PRC. At its extreme, this Chinese nightmare extends to fears that if the US-Saudi geostrategy can topple governments in the Middle East almost overnight, what will stop them from working to bring down China's government one day? Unlike almost all MENA countries minus the oil exporters, China has scored impressive victories in the fight against poverty. Its economy although slowing creates abundant jobs and opportunity.
For China, this is the only way to progress.
HARDENING POLICIES AND POSITIONS
The emerging Chinese anti-Islamist strategy also underlines a menacing reality for the US and other Western powers. China rejects the belief there is still only one superpower in today's world—the USA. The USA's weakened economy and uncontrollable national debt, its confused and cowardly drone war, its slavish support to Israeli and Saudi whims do not impress China – or India.
To be sure China's classic-conventional weapons development programs lag far behind the US. The Chinese military strategy for pushing back US dominance focuses global reach ballistic missiles, tactical nuclear weapons, drones, submarines, and military space and cyberwarfare capabilities.
With the PLA it possesses the biggest land army in the world. No US warmonger, at least saner versions would “take on China”.
China has invested heavily in Iraq, Saudi Arabia and other Gulf states, as well as Iran. It does not want to see its investment effort destroyed by deliberately promoted Islamic anarchy. Also, its Middle Eastern presence will continue due to the fact that while US dependence on oil imports is declining, China overtook the US as the world's largest oil importer on a daily basis, this year, several years ahead of analysts' consensus forecasts.
The likely result is that China is now poised and almost certain to strengthen relations with Iran. The intensifying Syrian crisis as well as the dangerously out of control US-Saudi-Israeli djihadi strategy, of fomenting sectarian conflict and destroying the nation state in the MENA, will likely prompt China to soon take major initiatives.
By Andrew McKillop
Contact: xtran9@gmail.com
Former chief policy analyst, Division A Policy, DG XVII Energy, European Commission. Andrew McKillop Biographic Highlights
Co-author 'The Doomsday Machine', Palgrave Macmillan USA, 2012
Andrew McKillop has more than 30 years experience in the energy, economic and finance domains. Trained at London UK’s University College, he has had specially long experience of energy policy, project administration and the development and financing of alternate energy. This included his role of in-house Expert on Policy and Programming at the DG XVII-Energy of the European Commission, Director of Information of the OAPEC technology transfer subsidiary, AREC and researcher for UN agencies including the ILO.
© 2013 Copyright Andrew McKillop - All Rights Reserved Disclaimer: The above is a matter of opinion provided for general information purposes only and is not intended as investment advice. Information and analysis above are derived from sources and utilising methods believed to be reliable, but we cannot accept responsibility for any losses you may incur as a result of this analysis. Individuals should consult with their personal financial advisor.
A

Mayoritas Kaum Muslimin

Maksud hadis “mengikuti al jamaah” adalah mengikuti golongan mayority umat islam dari dulu hingga kiamat (assawad al a’dzhom)

Janganlah mengasingkan diri dari mayoritas kaum muslim  
alfetih shalat
Potongan firman Allah ta’ala yang disalahgunakan oleh kaum Zionis Yahudi untuk menghasut atau melancarkan ghazwul fikri (perang pemahaman) agar kaum muslim tidak mentaati sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mengikuti as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) adalah yang artinya
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS Al An’Am [6]:116)
Padahal firmanNya selengkapnya adalah yang artinya
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS Al An’Am [6]:116)

 (Komentar Blogger: Dalam artikel berikut, yang admin kutip dari Blogg Abu Sallafi, makin memperkuat argumentasi dari admin sendiri bahwa perang pemikiran antara tamaddun barat sekular yang dibelakangnya di nakhodai oleh Zionisme, Ateisme, Liberalisme, Saintisme dan berbagai agen-agen yahudi yang mengusung faham sekularisme agnotisme dan ateisme di kebudayaan Barat dengan tamaddun Islam sangatlah nyata. Anehnya kaum Zionis ini terus menyerukan agar umat manusia semakin sekular dan ateis dengan mempromosikan pemikiran-pemikiran dan ide-ide sekuler serta ateis, di tambah lagi dengan penguasaan mereka akan sains kealaman dan ilmu sosial yang luar biasa, sehingga mendorong umat islam yang "bingung" untuk "mencontek" hal ihwal mereka, bahkan sampai "kelubang Biawak sekalipun" sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah SAW. 

Hari ini kita melihat infiltrasi dari kaum Zionis dengan protokol Zionisnya telah mencengkram hampir di semua lini kehidupan, mulai aspek ekonomi dengan sistem liberalisme ekonomi Ribawi, sistem politik sekular yang memisahkan agama dari negara, sistem nalar positivistik dalam hukum dan ketatanegaraan, nalar sekuler dan saintifik dalam bidang kependidikan, serta humanisme barat dibidang sosial dan kamsyarakatan.. aneh wal ajaib Yahudi sendiri, di mana para pemikirnya telah mempromosikan dengan gencar semua ide tersebut justru membentuk sebuah utopia yang luar biasa "agamis" di Israel. Undang-Undang ketatanegaraaan mereka bukan sekuler, tetapi undang-undang sangat "agamis", ide-ide dan pembaharuan mereka seperti membebaskan "tanah janjian" mendirikan "kuil Solomo" adalah ide-ide religius.  

Seolah dengan langkah seperti ini, sesuai dengan keyakinan mereka bahwa mereka adalah bangsa pilihan tuhan, maka mereka hendak "menyogok" Allah dengan tipu daya mereka, yaitu dengan menyeru Tuhan, "ya Tuhan kami, lihatlah semua manusia telah sekuler, mereka tidak mempedulikanMu, semua manusia telah Ateis, semua manusia telah mengagung-agungkan dirinya sendiri dan nalar sendirnya dan tidak mempedulikan wahyuMu, semua manusia telah memuja-muja nalar saintifik dan memandang remeh agama selain sekedar hanya embel-embel tidak penting, semua manusia telah memakan harta Riba, semua manusia telah kafir, tinggal kami satu-satunya bangsa "pilihanMu" yang tetap setia kepadaMu maka tolonglah kami untuk menghancurkan dan menguasai mereka,." demikianlah Bangsa Yahudi hendak menipu Allah sedangkan sejatinya mereka hanya menipu dirinya sendiri. 

Hari ini kita menyaksikan pembantaian terhadap kaum muslimin Palestina terjadi dengan dahsyat telah mencapai angka 1000an orang nyaris tanpa balas dan semua kaum muslimin hanya "melongo" menonton dengan hati yang "blong". Kita saksikan pula kaum muslimin sendiri di landa oleh berbagai pertikaian yang tidak berkesudahan sesama mereka, perang saudara dan pertikaian antara berbagai pemahaman hingga ke konflik bersenjata saling bunuh. Kita mengetahui riset-riset Orientalis yang nota bene adalah kaum Yahudi mayoritasnya telah mempelajari umat ini selama waktu yang lama dengan energi dan biaya tidak sedikit. Tentu saja riset ini memiliki kepentingan strategis. Dalam blog ini penulis juga hendak tunjukkan bagaimana riset-riset mereka telah menimbulkan suatu "gerakan penghancuran dari dalam" terhadapa barisan kaum muslimin.  Sehingga kaum muslimin untuk bisa merapatkan barisan dan saling bersaudara menjadi hampir mustahil terlaksana.

Wujud dari hasil riset ini adalah kesibukan kaum Zionis untuk "menyemai" dan "menumbuh kembangkan"  bibit perpecahan. Di antaranya mendanai dan menyokong para "nabi-nabi palsu", "imam-imam Mahdi palsu", para "mujaddid-mujaddid" palsu, agar menebar pemikiran merusak mereka di tengah umat sehingga semakin menjauhkan umat dari persatuan dan kesatuan dan semakin menyuburkan konflik saling bid'ah membid'ahkan, kafir mengkafirkan, syirik mensyirikkan, serta bunuh membunuh, saling membom, saling hujat menghujat, saling benci membenci. 

Coba kita renungkan, kita perhatikan semua gerakan "ekstrimis" yang berkembang hari ini, gerakan nabi palsu Ghulam Ahmad Ahmadiyyah kita perhatikan, dari mana mereka mendapatkan dana? sehingga sampai punya kemewahan dan bahkan punya stasiun Televisi sendiri yang berskala internasional untuk menyebar "nalar beracun mereka", dari mana didapatkan dana tersebut?kita ketahui pusat gerakan ini di inggris, cermati semua gerakan "menyempal" ini, kita perhatikan mereka menikmati "kemewahan duniawi" yang dahsyat dan luar biasa. 
Sebuah mesjid dari Jema'ah Ahmadiyyah di taman regent London, Inggris, dari mana mereka sebagai kaum minoritas mampu membangung masjid yang disebut-sebut sebagai terbesar di eropa barat ini? wallahua'lam


Pernah seorang "sahabat" yang dididik di sebuah lembaga ekstrim dari varian yang menyempal menceritakan, bahwa betapa sangat mewahnya mereka dalam 'nyantri" sampai-sampai untuk cuci tangan usai makan mereka malas gunakan air, mereka memakai air mewah, yaitu air minum "Coca Cola" dari sebuah perusahaan zionis yang begitu bermodal besar dan beromset luarbiasa. 

Pusat agama Baha'i sebuah varian menyempal lainnya dari kaum muslimin juga kita lihat dibesarkan dengan pusatnya di Haifa Israel. Perhatikan kemewahan yang luar biasa dan fasilitas yang diterima kelompok Baha'i ini. 
Pusat Agama Baha'i di Haifa Israel, perhatikan kemewahan bagaikan surgawi yang diterima oleh pengikut nabi palsu Baha'i ini dalam rangka menyempal ditengah kaum muslimin dan membentuk varian menyimpang

 )

Jadi yang dimaksud “kebanyakan orang-orang yang di muka bumi” adalah orang-orang yang mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” dan dari asbabun nuzul ayat tersebut mereka adalah yang menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.
Hadits yang disalahgunakan oleh kaum Zionis Yahudi untuk menghasut atau melancarkan ghazwul fikri (perang pemahaman) agar kaum muslim tidak mentaati sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mengikuti as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) adalah
Badaal islamu ghoriban wasaya’udu ghoriba kama bada’a fatuuba lil ghoroba“ ,
Islam datang dalam keadaan asing dan akan akan kembali asing maka beruntunglah orang-orang yang asing itu”.. (Hr Ahmad)
Kalau asing ditengah-tengah orang kafir atau orang yang sesat, tentulah hal yang benar namun asing ditengah-tengah as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) maka itulah yang dimaksud keluar seperti anak panah yang meluncur dari busurnya menjadi khawarij atau orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah at Tamimi An Najdi yang pemahamannya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham). Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar
Orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An Najdi , mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan muncul suatu sekte/firqoh/kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya”. (HR Muslim 1773)
Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan” artinya sholat mereka tidak sampai ke hati yakni sholatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar sehingga mereka semakin jauh dari Allah ta’ala
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45).
Contohnya pada masa sekarang mereka yang pemahamannya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) seperti pelaku bom atau pengrusakan masjid, pengrusakan kuburan kaum muslim, pelaku bom bunuh diri di negeri yang dipenuhi kaum muslim dan tidak pula dalam keadaan perang
Mereka bersikap radikalisme atau ekstremisme karena salah memahami firmanNya seperti yang artinya
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS At Taubah [9]:123)
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian”. (QS At Taubah [9]:5)
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu; dan fitnah” (QS Al Baqarah [2]:191)
Mereka bersikap radikalisme atau ekstremisme dikarenakan pembagian tauhid menjadi tiga (tauhid Rububiyyah, tauhid Uluhiyyah, tauhid Asma’ was Shifaat) sehingga berkeyakinan bahwa kaum muslim pada umumnya (as-sawad al a’zham) telah kafir, menyekutukan Allah, dan lepas dari tali tauhid
Mereka berakhlak buruk dapat ditimbulkan dari hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi bahwa “Tuhan adalah jauh” bertentangan dengan firmanNya yang artinya “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat”. (QS Al Baqarah [2]:186).
Mereka terindoktrinisasi bahwa Tuhan bertempat di suatu tempat yang jauh mengikuti aqidah Fir’aun sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan padahttps://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/09/14/terhasut-aqidah-firaun/
Sehingga mereka secara psikologis atau alam bawah sadar mereka menjauhkan diri dari Allah atau berpaling dari Allah sehingga terbentuklah akhlak yang buruk
Akhlak yang buruk adalah mereka yang tidak takut kepada Allah atau mereka yang berpaling dari Allah atau menjauhkan diri dari Allah karena mereka memperturutkan hawa nafsu.
Firman Allah ta’ala yang artinya
…Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..” (QS Shaad [38]:26)
Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56 )
Jadi orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim an Najdi adalah korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga mempergunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-orang kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang kaum muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati kelompok khawarij mengatakan: “Mereka menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-orang kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang orang-orang beriman”.[Lihat: kitab Sohih Bukhari jilid:4 halaman:197].
Oleh karena itu janganlah menyempal atau mengasingkan diri dari mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Ibnu Mas’ud radhiallahuanhu mewasiatkan yang artinya: ”Al-Jama’ah adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) walaupun tinggal seorang diri di suatu tempat yang terpisah. Hindarilah firqoh atau sekte yakni orang-orang yang mengikuti pemahaman seorang ulama yang telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham).
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama’ah, karena Allah tidak akan mengumpulkan umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah/sekte. Hindarilah semua firqah/sekte itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa Islam pada akhirnya akan asing pula sebagaimana pada awalnya karena pada umumnya kaum muslim walaupun mereka banyak dan menjalankan perkara syariat namun mereka gagal untuk sampai (wushul) kepada Allah atau mereka gagal mendekatkan diri kepada Allah ta’ala atau mereka gagal meraih maqom disisiNya
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]
Orang yang asing, orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak atau orang-orang shalih di antara banyaknya orang yang buruk, orang yang menyelisihinya lebih banyak dari yang mentaatinya”. (HR. Ahmad)
Islam pada awalnya datang dengan asing diantara manusia yang berakhlak buruk (non muslim / jahiliyah). Tujuan beragama adalah untuk menjadi manusia yang berakhlakul karimah.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad)
Firman Allah ta’ala yang artinya,
Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Imam Sayyidina Ali ra berpesan, “Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan akhlak mulia sebagai perantara antara Dia dan hambaNya. Oleh karena itu,berpeganglah pada akhlak, yang langsung menghubungkan anda kepada Allah
Salah satu tanda yang utama dari seorang muslim yang dekat dengan Allah adalah berakhlakul karimah sehingga akan berkumpul dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para Nabi, para Shiddiqin dan Syuhada
Firman Allah ta’ala yang artinya,
…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki…” (QS An-Nuur:21)
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS Shaad [38]:46-47)
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat. Bermacam-macam tingkatan shiddiqin sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan padahttps://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/maqom-wali-allah
Muslim yang bermakrifat atau muslim yang menyaksikan Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranNya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: “Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksikan) bahwa Allah selalu bersamanya, di mana pun ia berada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ رَآهُ بِقَلْبِهِ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas dia berkata, “Beliau telah melihat dengan mata hatinya.” (HR Muslim 257)
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Sebuah riwayat dari Ja’far bin Muhammad beliau ditanya: “Apakah engkau melihat Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?” Beliau menjawab: “Saya telah melihat Tuhan, baru saya sembah”. “Bagaimana anda melihat-Nya?” dia menjawab: “Tidak dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman.”
Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifat maka yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji dan mungkar hingga dia dekat dengan Allah ta’ala karena berakhlakul karimah meneladani manusia yang paling mulia Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Wassalam

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

kabar gembira bagi sunni pengikut imam 4 madzab :
Sabda Rasulullah SAW ketika menggali parit dalam peperangan Khandaq, “…Konstantinopel (kini Istanbul) akan jatuh ke tangan tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja, tenteranya adalah sebaik-baik tentera…” (Hadis riwayat Imam Ahmad)
(sultan alfateh turki usmani bermadzzab hanafi-aqidah asya’irah maturudiyah laa wahaby)

Tuduhan para Ideolog Takfir

Jawaban Atas Tuduhan Dlaif dan Bid’ah Qunut Salat Subuh

Share Button
Artikel sebelum ini iaitu kami telah menjawab penulis blog yang menulis tentang qunut subuh dibawah artikel bertajuk “Kesunnahan Qunut Subuh Secara Terus Menerus: Jawapan Buat Abul Jauzaa“. Kami menambah lagi perbahasan qunut ini dengan artikel terbaru ini, silakan baca dan sebarluaskan.
qunut
Jika kalimat Syaikh Albani di bawah ini dibaca oleh pengikut Madzhab Syafiiyah dan Nahdliyin maka mereka akan ragu untuk melakukan Qunut Subuh. Dan jika dibaca oleh pengikut Wahabi maka mereka akan keras memvonis bid’ah pada Qunut, yaitu:
فَأَقُوْلُ : قَدِ اسْتَقْصَيْنَا فِي هَذَا التَّحْقِيْقِ جَمِيْعَ الْوُجُوْهِ الْمُشَارِ إِلَيْهَا وَهِيَ كُلُّهَا وَاهِيَةٌ جِدًّا ، سِوَى الْوَجْهِ اْلأَوَّلِ ، فَإِنَّهُ ضَعِيْفٌ فَقَطْ ، وَلَكِنَّهُ مُنْكَرٌ لِمَا سَيَأْتِي بَيَانُهُ . (السلسلة الضعيفة – ج 3 / ص 237)
“Saya (al-Albani) berkata: Telah kami bahas secara tuntas dalam masalah ini semua riwayat hadis tentang Qunut, kesemuanya sangat dlaif, kecuali hadis yang pertama (dari Anas bin Malik). Ini hanya dlaif saja namun munkar (bertentangan dengan hadis yang lebih sahih) sebagaimana akan dijelaskan” (as-Silsilah adl-Dlaifah 3/237).
Percayakah anda pada perkataan Syaikh Albani? Benarkah semua hadis tentang Qunut salat Subuh adalah Dlaif? Ternyata Syaikh Albani bohong! Saya yakin ia tahu hadis berikut yang disampaikan oleh Amir al-Mukminin fi al-hadis, al-Hafidz Ibnu Hajar, yang bermadzhab Syafii, yaitu:
وَقَدْ وَجَدْنَا لِحَدِيثِهِ شَاهِدًا رَوَاهُ الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مِهْرَانَ عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ عَمْرٍو عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ : { صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى فَارَقْتُهُ ، وَخَلْفَ أَبِي بَكْرِ كَذَلِكَ ، وَخَلْفَ عُمَرَ كَذَلِكَ } . (التلخيص الحبير في تخريج أحاديث الرافعي الكبير – ج 1 / ص 479)
”Sungguh kami menemukan hadis penguat bagi hadis Qunut, yang diriwayatkan oleh Hasan bin Sufyan (dalam Musnadnya) dari Ja’far bin Mihran dari Abdulwaris dari Amr dari Hasan dari Anas, ia berkata: Saya salat bersama Rasulullah Saw, maka beliau selalu membaca Qunut dalam salat Subuh hingga saya berpisah dengan beliau, saya salat di belakang Abu Bakar juga seperti itu, dan di belakang Umar juga seperti itu” (at-Talkhish al-Habir 1/479)
Hadis ini sama sekali tidak disinggung oleh Syaikh Albani dalam kitab Silsilah-Silsilah apapun. Dlaifkah hadis tersebut? Murid Ibnu Taimiyah yang bernama Syaikh Ibnu Abdil Hadi menjawabnya:
قَالَ الْحَافِظُ أَبُوْ مُوْسَى وَجَعْفَرُ بْنُ مِهْرَانَ مِنْ جُمْلَةِ الثِّقَاةِ فَلَمْ يَبْقَ فِي هَذَا اْلإِسْنَادِ إِشْكَالٌ يُطْعَنُ بِهِ عَلَيْهِ (تنقيح التحقيق في أحاديث التعليق لابن عبد الهادي – ج 1 / ص 376)
“al-Hafidz Abu Musa berkata: Ja’far bin Mihran termasuk orang terpercaya. Maka tidak ada kejanggalan sedikitpun dalam sanad hadis ini yang bisa dijadikan cacatnya hadis tersebut” (Tanqih at-Tahqiq 1/376)
Namun anehnya di akhir kesimpulannya Syaikh Albani berkata:
( فَائِدَةٌ ) : جَاءَ فِي تَرْجَمَةِ أَبِي الْحَسَنِ الْكُرْجِي الشَّافِعِي الْمُتَوَفَّى سَنَةَ ( 532 ) أَنَّهُ كَانَ لَا يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ ، وَيَقُوْلُ : لَمْ يَصِحَّ فِي ذَلِكَ حَدِيْثٌ . قُلْتُ : وَهَذَا مِمَّا يَدُلُّ عَلَى عِلْمِهِ وَإِنْصَافِهِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى (السلسلة الضعيفة – ج 3 / ص 237)
“Faidah. Disebutkan dalam biografi Abu Hasan al-Kurji asy-Syafii (w 532 H) bahwa ia tidak melakukan Qunut dalam salat Subuh, ia berkata: “Tidak ada hadis sahih dalam Qunut”. Saya (Albani) berkata: “Ini menunjukkan keilmuan dan kehebatannya” (as-Silsilah adl-Dlaifah 3/237)
Inilah upaya tak terpuji dengan menyebut pengikut Madzhab Syafiiyah (Abu Hasan al-Kurji asy-Syafii) tidak melakukan Qunut dengan alasan hadisnya tidak ada yang sahih, sementara Syaikh Albani sendiri hanya mengomentari hadis-hadis dlaif tentang Qunut dan menyembunyikan riwayat yang sahih sebagaimana disampaikan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dan dikuatkan oleh Ibnu Abdil Hadis diatas.
Ini pulalah yang ditiru oleh wahabi disini, mereka mengaku awalnya adalah ‘Orang NU’ lalu bertaubat dan keluar dari NU, seperti pengakuan Ust Zainal Arifin yang berdebat dengan Ust Idrus Ramli beberapa waktu lalu di Batam, juga yang dilakukan oleh Mahrus Ali yang mengaku sebagai Mantan Kyai NU, dan lainnya, yang pada intinya mereka memberi propaganda agar keluar dari Madzhab Syafiiyah dan Nahdlatul Ulama.
Kesunahan Qunut Salat Subuh Dalam Madzhab Syafiiyah
Imam kita Muhammad bin Idris asy-Syafii tidaklah berijtihad secara dangkal, namun melalui sekian banyak penelitian terhadap hadis yang berkaitan dengan Qunut dalam salat Subuh, diawali dengan perkataan beliau:
(أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ) قَالَ (أَخْبَرَنَا الشَّافِعِي) قَالَ أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ مَعْقِلٍ أَنَّ عَلِيًّا رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَنَّتَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَهُمْ لَا يَرَوْنَ الْقُنُوْتَ فِي الصُّبْحِ وَنَحْنُ نَرَاهُ للِسُّنَّةِ الثَّابِتَةِ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَنَّتَ فِي الصُّبْحِ. (الأم – ج 7 / ص 177)
“Rabi’ telah mengabarkan kepada kami, ia berkata bahwa Syafii telah memberi kabar kepada kami, ia berkata Husyaim memberi kabar kepada kami dari Ma’qil bahwa Ali Ra melakukan qunut dalam salat Subuh, mereka tidak sependapat dengan Qunut salat Subuh dan kami berpendapat demikian, berdasarkan sunah yang sahih dari Rasulullah Saw, bahwa beliau melakukan Qunut dalam salat Subuh” (al-Umm 7/177)
Imam Kita, asy-Syafii juga menyebut bahwa sebelum adanya Qunut Nazilah, Rasulullah Saw sudah melakukan Qunut dalam salat Subuh dan tetap dilanjutkan hingga wafat bahkan dilanjutkan oleh para Khalifah yang empat:
وَيَقْنُتُ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ بَعْدَ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَتْرُكْ عَلِمْنَاهُ الْقُنُوْتَ فِي الصُّبْحِ قَطُّ وَإِنَّمَا قَنَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ جَاءَهُ قَتْلُ أَهْلِ بِئْرِ مَعُوْنَةَ خَمْسَ عَشَرَ لَيْلَةً يَدْعُوْ عَلَى قَوْمٍ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ فِي الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا ثُمَّ تَرَكَ الْقُنُوْتَ فِي الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا فَأَمَّا فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ فَلَا أَعْلَمُ أَنَّهُ تَرَكَهُ بَلْ نَعْلَمُ أَنَّهُ قَنَتَ فِي الصُّبْحِ قَبْلَ قَتْلِ أَهْلِ بِئْرِ مَعُوْنَةَ وَبَعْدُ. وَقَدْ قَنَتَ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعَلِيُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمْ كُلُّهُمْ بَعْدَ الرُّكُوْعِ وَعُثْمَانُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ فِي بَعْضِ إِمَارَتِهِ ثُمَّ قَدَّمَ الْقُنُوْتَ عَلَى الرُّكُوْعِ وَقَالَ لِيُدْرِكَ مَنْ سَبَقَ بِالصَّلَاةِ الرَّكْعَةَ. (الأم – ج 7 / ص 148)
“Imam (hendaknya) melakukan Qunut dalam salat Subuh setelah rakaat keduat. (Sebab) Rasulullah Saw tidak pernah meninggalkan Qunut dalam salat Subuh, sepengetahuan kami. Rasulullah Saw hanya melakukan Qunut ketika sampai kepada beliau kabar terbunuhnya penduduk sumur Maunah selama 15 hari, beliau mendoakan keburukan bagi satu kaum Musyrikin dalam semua salat, kemudian beliau meninggalkan Qunut dalam semua salat. Adapun dalam salat Subuh maka tidak saya ketahui beliau meninggalkannya, bahkan yang kami ketahui beliau sudah melakukan Qunut sebelum terbunuhnya penduduk sumur Maunah dan sesudahnya. Dan setelah Rasulullah, maka Abu Bakar, Umar dan Ali juga melakukan Qunut setelah rukuk. Sementara Utsman di sebagian masa kepemimpinannya memajukan Qunut sebelum rukuk, ia berkata: ’Supaya makmum yang terlambat menemukan rakaat salat’ (al-Umm 7/148)
Setelah sekian ratus tahun Madzhab Syafii ini berjalan, ada seorang ulama Syafiiyah yang mentarjih pendapat-pendapat imam Syafii, yaitu Imam Abu Zakariya an-Nawawi (631-676 H). Kalaulah pendapat Imam Syafii ini berdasarkan pada hadis yang lemah maka sudah pasti akan dianulir oleh Imam an-Nawawi sebagaimana dalam banyak masalah, diantaranya Imam an-Nawawi menguatkan pendapat Qaul Qadim Imam Syafii sebanyak kurang lebih 20 hukum, yang menurut an-Nawawi lebih kuat dasarnya dari pada Qaul Jadid. Dan ternyata masalah Qunut Subuh ini tetap dikuatkan oleh Imam an-Nawawi:
مَذْهَبُ الشَّافِعِيّ رَحِمَهُ الله أَنَّ الْقُنُوْتَ مَسْنُوْنٌ فِي صَلَاةِ الصُّبْح دَائِمًا ، وَأَمَّا غَيْرُهَا فَلَهُ فِيهِ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ : الصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ : أَنَّهُ إِنْ نَزَلَتْ نَازِلَةٌ كَعَدُوٍّ وَقَحْطٍ وَوَبَاءٍ وَعَطَشٍ وَضَرَرٍ ظَاهِرٍ فِي الْمُسْلِمِينَ وَنَحْوِ ذَلِكَ قَنَتُوا فِي جَمِيْعِ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَةِ وَإِلَّا فَلَا . وَالثَّانِي يَقْنُتُونَ فِي الْحَالَيْنِ . وَالثَّالِثُ : لَا يَقْنُتُونَ فِي الْحَالَيْنِ . وَمَحَلُّ الْقُنُوتِ بَعْدَ رَفْعِ الرَّأْسِ مِنْ الرُّكُوعِ فِي الرَّكْعَةِ الْأَخِيرَةِ . وَفِي اِسْتِحْبَابِ الْجَهْرِ بِالْقُنُوتِ فِي الصَّلَاةِ الْجَهْرِيَّةِ وَجْهَانِ : أَصَحُّهُمَا : يَجْهَرُ ، وَيُسْتَحَبُّ رَفْعُ الْيَدَيْنِ فِيْهِ ، وَلَا يَمْسَحُ الْوَجْهَ . وَقِيْلَ : يُسْتَحَبُّ مَسْحُهُ ، وَقِيْلَ : لَا يَرْفَعُ الْيَدَ . وَاتَّفَقُوا عَلَى كَرَاهَةِ مَسْحِ الصَّدْرِ ، وَالصَّحِيْحُ : أَنَّهُ لَا يَتَعَيَّنُ فِيْهِ دُعَاءٌ مَخْصُوْصٌ ، بَلْ يَحْصُلُ بِكُلِّ دُعَاءٍ . وَفِيْهِ وَجْهٌ : أَنَّهُ لَا يَحْصُلُ إِلَّا بِالدُّعَاءِ الْمَشْهُورِ : ( اللَّهُمَّ اِهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْت . . . ) إِلَى آخِره . وَالصَّحِيح أَنَّ هَذَا مُسْتَحَبٌّ لَا شَرْطٌ ، وَلَوْ تَرَكَ الْقُنُوتَ فِي الصُّبْحِ سَجَدَ لِلسَّهْوِ . وَذَهَبَ أَبُو حَنِيفَةَ وَأَحْمَدُ وَآخَرُونَ إِلَى أَنَّهُ لَا قُنُوْتَ فِي الصُّبْحِ ، وَقَالَ مَالِكٌ : يَقْنُتُ قَبْل الرُّكُوعِ . وَدَلَائِلُ الْجَمْعِ مَعْرُوفَةٌ ، وَقَدْ أَوْضَحْتُهَا فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ . وَاللَّهُ أَعْلَم . (شرح النووي على مسلم – ج 2 / ص 481)
“Madzhab Syafii Ra, bahwa Qunut disunahkan dalam salat Subuh selamanya. Adapun selain Qunut Subuh ada 4 pendapat, yang sahih dan masyhur adalah jika ada musibah seperti musuh, paceklik, wabah penyakit, kehausan, petaka yang tampak dalam kaum Muslimin dan sebagainya, maka mereka melakukan Qunut dalam semua waktu salat wajib, jika tidak maka tidak melakukan Qunut. Pendapat kedua melakukan Qunut dalam dua kondisi tersebut. Pendapat ketiga tidak melakukan Qunut dalam kondisi keduanya. Tempat melakukan Qunut adalah setelah bangun dari rukuk di rakaat terakhir. Dalam kesunahan mengeraskan Qunut saat salat yang dianjurkan mengeraskan suara ada 2 pendapat dari Ashab Syafiiyah, yang lebih kuat yaitu mengeraskan suara Qunut. Dianjurkan pula mengangkat kedua tangan dalam Qunut, tidak mengusap wajah, ada pendapat mengusap wajah. Ada pendapat pula tidak mengangkat tangan. Dan ulama sepakat makruhnya mengusap dada. Pendapat yang sahih tidak ditentukan doa dalam Qunut, boleh dengan doa apa saja. Ada pendapat dari Ashab Syafii yang mengharuskan dengan doa yang sudah masyhur ‘Allahumma ihdini fi man hadaita’… Pendapat yang sahih ini adalah kesunahan, bukan syarat. Jika meninggalkan Qunut dalam salat Subuh maka sujud Sahwi. Abu Hanifah, Ahmad dan lainnya berpendapat tidak ada Qunut dalam Subuh, Malik berkata: Qunut sebelum rukuk. Dalil-dalil yang mengkompromikan sudah diketahui dan sudah saya jelaskan dalam Syarah Muhadzab (al-Majmu’)” (Syarah Muslim 2/481)
Penilaian Ahli Hadis Terhadap Dalil Qunut Riwayat Anas
Hadis tentang Qunut dalam salat Subuh berikut ini dinilai dlaif oleh ulama-ulama Wahabi. Lalu bagaimana penilaian ulama Ahli Hadis yang jauh lebih kredibel?
Al-Hafidz Ibnu Hajar:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِى صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا . (حم عب) حسن (روضة المحدثين – ج 11 / ص 277)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw selalu membaca doa Qunut dalam salat Subuh hingga wafat” (HR Ahmad). Ibnu Hajar mengatakan: Hadis Hasan (Raudlat al-Muhadditsin 11/277)
Al-Hafidz al-Haitsami:
Ulama Ahli Hadis al-Hafidz al-Haitsami menilai riwayat tentang Qunut Subuh adalah berdasarkan dari para perawi yang terpercaya, baik hadis dari Nabi maupun sahabat yang menggantikan Nabi Saw (Khalifah).
Hadis Nabi
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي اْلفَجْرِ حَتىَّ فَارَقَ الدُّنْيَا. (رواه أحمد والبزار بنحوه ورجاله موثقون. اهـ مجمع الزوائد ومنبع الفوائد – ج 1 / ص 315)
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw selalu membaca doa Qunut dalam salat Subuh hingga wafat” (HR Ahmad dan al-Bazzar. Para perawinya dinilai terpercaya. Majma’ az-Zawaid 1/315)
 Atsar Sahabat
وَعَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَّتَ حَتَّى مَاتَ وَأَبُوْ بَكْرٍ حَتَّى مَاتَ وَعُمَرُ حَتَّى مَاتَ. (رواه البزار ورجاله موثقون اهـ مجمع الزوائد ومنبع الفوائد – ج 1 / ص 315)
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw membaca doa Qunut hingga wafat, Abu Bakar hingga wafat dan Umar hingga wafat” (HR al-Bazzar. Para perawinya dinilai terpercaya. Majma’ az-Zawaid 1/315)
Ahli Hadis Ibnu Baththal:
وَثَبَتَ قُنُوْتُهُ فِى الصُّبْحِ، وَصَحَّ الْخَبَرُ عَنْهُ أَنَّهُ لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِى صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا، حَدَّثَنَاهُ عَمْرُو بْنُ عَلِىٍّ قَالَ: أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ زَيْدِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُوْ جَعْفَرِ الرَّازِى عَنِ الرَّبِيْعِ قَالَ: « سُئِلَ أَنَسٌ عَنْ قُنُوْتِ النَّبِى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، أَنَّهُ قَنَّتَ شَهْرًا قَالَ: لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، حَتَّى مَاتَ » ، حَدِيْثُ أَبِى مَالِكٍ صَحِيْحٌ عِنْدَنَا أَيْضًا (شرح ابن بطال – ج 4 / ص 210)
“Qunut dalam Subuh adalah sahih. Sebuah hadis sahih menyatakan bahwa Nabi selalu Qunut hingga wafat. Telah bercerita kepada kami Amr bin Ali, ia bercerita bahwa Khalid bin Zaid bercerita kepada kami, ia berkata bahwa Abu Ja’far ar-Razi bercerita kepada kami dari Rabi’: “Anas ditanya tentang Qunutnya Nabi Saw bahwa beliau Qunut selama sebulan. Anas menjawab: Nabi selalu membaca Qunut hingga wafat” Hadis Abu Malik adalah sahih menurut kami” (Syarah al-Bukhari, karya Ibnu Baththal, 4/210)
Abdul Qadir al-Arnauth:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : ” أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِى الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا ” ( الأذكار 48/1 ) قال الإمام النووى فى ” الأذكار ” 1 / 48 : قال الحاكم : حديث صحيح (روضة المحدثين – ج 10 / ص 179) تعقيب : قال عبد القادر الأرناؤوط 1 / 48 : و أخرجه الحاكم أيضا فى كتاب القنوت . وَقَالَ عَبْدُ الْقَادِرِ اْلأَرْنَاؤُوْطُ 1 / 48 : أَيْضًا صَحَّحَهُ الْحَاكِمُ عَلَى طَرِيْقَتِهِ فِى تَصْحِيْحِ مَا هُوَ حَسَنٌ عِنْدَ غَيْرِهِ ، فَالصَّوَابُ أَنَّ الْحَدِيْثَ حَسَنٌ .
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw selalu membaca doa Qunut dalam salat Subuh hingga wafat” (al-Adzkar 1/48 Imam an-Nawawi berkata bahwa al-Hakim menyatakan hadis ini sahih). Abdul Qadir al-Arnauth berkata: Hadis ini diriwayatkan juga oleh al-Hakim dalam kitab al-Qunut. Ia berkata: “al-Hakim menilainya sahih. Sesuai metodenya menilai sahih sebuah hadis yang menurut ulama lainnya adalah hasan. Maka yang benar hadis tersebut (Qunut riwayat Anas) adalah hasan”
Hadis-Hadis Yang Menguatkan Qunut Subuh
Imam an-Nawawi ber-istidlal dengan sebuah hadis sahih:
( كَانَ رَسُوْلُ اللَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حِيْنَ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاة الْفَجْرِ مِنْ الْقِرَاءَةِ وَيُكَبِّرُ وَيَرْفَعُ رَأْسَهُ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبّنَا وَلَك الْحَمْدُ ، ثُمَّ يَقُول : اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيْدَ بْن الْوَلِيْدِ ) إِلَى آخِرِهِ فِيْهِ اِسْتِحْبَابُ الْقُنُوْتِ وَالْجَهْرِ بِهِ (شرح النووي على مسلم – ج 2 / ص 482)
“Hadis Riwayat Muslim: (Setelah Rasulullah Saw selesai dalam salat Subuh dari membaca Fatihah, beliau takbir, lalu bangun dari rukuk dengan mengucapkan ‘Semoga Allah menerima orang yang memujinya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, lalu Nabi berdoa: Ya Allah selamatkan Walid bin Walid…) Hadis ini adalah anjuran Qunut dan mengeraskan bacaan Qunut” (Syarah Muslim 2/482)
Imam an-Nawawi juga berkata:
( وَهُوَ قَائِمٌ فِي الصَّلَاةِ رَافِعٌ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يُسَبِّحُ . . . إِلَى قَوْله وَيَدْعُوْ ) فِيْهِ دَلِيلٌ لِأَصْحَابِنَا فِي رَفْع الْيَدَيْنِ فِي الْقُنُوْتِ ، وَرَدٌّ عَلَى مَنْ يَقُوْلُ : لَا تُرْفَعُ الْأَيْدِي فِي دَعَوَاتِ الصَّلَاةِ . (شرح النووي على مسلم – ج 3 / ص 324)
“Hadis riwayat Muslim: (Rasulullah berdiri dalam salat, mengangkat kedua tangannya, lalu bertasbih dan berdoa)… Hadis ini adalah dalil bagi ulama Syafiiyah dalam mengangkat kedua tangan dalam Qunut dan membantah pendapat yang mengatakan: Tidak boleh mengangkat tangan dalam doa saat salat” (Syarah Muslim 3/324)
Ahli Hadis al-Munawi berkata:
( كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ في صَلَاةِ الصُّبْحِ فِي آخِرِ رَكْعَةٍ قَنَتَ ) فِيْهِ أَنَّ الْقُنُوْتَ سُنَّةٌ فِي الصُّبْحِ مَأْثُوْرَةٌ وَأَنَّهُ كَانَ يُدَاوِمُ عَلَيْهِ لِاقْتِضَاءِ كَانَ لِلتَّكْرَارِ ( محمد بن نصر عن أبي هريرة ) بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ (التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى – ج 2 / ص 490)
“Hadis: (Jika Rasulullah mengangkat kepalanya dari rukuk dalam salat Subuh di rakaat yag terakhir, maka membaca doa Qunut). Hadis ini menunjukkan bahwa Qunut adalah sunah dalam salat Subuh, berdasarkan riwayat dari Nabi dan Nabi selalu melakukannya. Sebab redaksi hadis yang berbunyi ‘kaana’ maknanya adalah berulang-ulang (HR Muhammad bin Nashr dari Abu Hurairah) dengan sanad yang hasan” (at-Taisir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir 2/490)
Kebanyakan Sahabat dan Tabiin Melakukan Qunut Subuh
Al-Hafidz az-Zailai berkata:
قَالَ الْحَازِمِيُّ فِي ” كِتَابِهِ النَّاسِخِ وَالْمَنْسُوخِ ” : اخْتَلَفَ النَّاسُ فِي قُنُوتِ الْفَجْرِ ، فَذَهَبَ إلَيْهِ أَكْثَرُ الصَّحَابَةِ . وَالتَّابِعِينَ ، فَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ عُلَمَاءِ الْأَمْصَارِ ، إلَى يَوْمِنَا ، فَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ . وَغَيْرِهِمْ مِنْ الصَّحَابَةِ ، مِثْلَ : عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ وَأُبَيُّ بْنِ كَعْبٍ وَأَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَالْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ وَأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ وَسُهَيْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ وَمُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ وَعَائِشَةَ ، وَمِنْ الْمُخَضْرَمِينَ : أَبُو رَجَاءٍ الْعُطَارِدِيُّ وَسُوَيْدُ بْنُ غَفَلَةَ وَأَبُو عُثْمَانَ النَّهْدِيُّ وَأَبُو رَافِعٍ الصَّائِغُ ، وَمِنْ التَّابِعِينَ : سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ وَالْحَسَنُ وَمُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ وَأَبَانُ بْنُ عُثْمَانَ وَقَتَادَةُ وَطَاوُسٌ وَعُبَيْدُ بْنُ عُمَيْرٍ وَالرَّبِيعُ بْنُ خُثَيْمِ وَأَيُّوبُ السِّخْتِيَانِيُّ وَعَبِيدَةُ السَّلْمَانِيُّ وَعُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ وَزِيَادُ بْنُ عُثْمَانَ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي لَيْلَى وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَحُمَيْدَ الطَّوِيلُ . (نصب الراية في تخريج أحاديث الهداية للزيلعي الحنفي – ج 3 / ص 185)
“Al-Hazimi berkata dalam kitabnya ‘an-Nasikh wa al-Mansukh’: Ulama berbeda pendapat mengenai Qunut salat Subuh. Maka kebanyakan sahabat memilih pendapat ini, para Tabiin dan yang sesudahnya dari ulama-ulama perkotaan sampai hari ini. Qunut Subuh ini diriwayatkan dari Khalifah yang empat dan sahabat yang lain, seperti Ammar bin Yasir, Ubay bin Ka’b, Abu Musa al-Asyari, Abdurrahman bin Abu Bakar, Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, Barra’ bin Azib, Malik bin Anas, Suhail bin Sa’d as-Saidi, Muawiyah bin Abu Sufyan, Aisyah. Dari kalangan Mukhadram (Sahabat yang baru masuk Islam setelah Nabi wafat) adalah Abu Raja’ al-Utharidi, Suwaid bin Ghaflah, Abu Utsman an-Nahdi, Abu Rafi’ ash-Shai’. Dari kalangan tabiin adalah Said bin Musayyab, Hasan al-Bashri, Muhammad bin Sirin, Aban bin Utsman, Qatadah, Thawus, Ubaid bin Umair, Rabi’ bin Khutsaim, Ayyub as-Sakhtiyani, Abidah as-Salmani, Urwah bin Zubair, Ziyad bin Utsman, Abdurrahman bin Abi Laila, Umar bin Abdul Aziz dan Humaid ath-Thawil” (Nash bar-Rayah fi Takhriji Hadis al-Hidayah, az-Zailai al-Hanafi, 3/185)
Sahabat Yang Mengatakan Bid’ah Pada Qunut
Dari kalangan Wahabi sering mengatakan bahwa Qunut salat Subuh adalah bid’ah berdasarkan perkataan beberapa sahabat, inilah jawabannya dari para ahli hadis:
قَوْله : ( بَاب الْقُنُوت قَبْل الرُّكُوع وَبَعْده ) الْقُنُوت يُطْلَق عَلَى مَعَانٍ ، وَالْمُرَاد بِهِ هُنَا الدُّعَاء فِي الصَّلَاة فِي مَحَلّ مَخْصُوص مِنْ الْقِيَام . قَالَ الزَّيْن بْن الْمُنِير : أَثْبَتَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة مَشْرُوعِيَّة الْقُنُوت إِشَارَة إِلَى الرَّدّ عَلَى مَنْ رَوَى عَنْهُ أَنَّهُ بِدْعَة كَابْنِ عُمَر ، وَفِي الْمُوَطَّأ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ لَا يَقْنُت فِي شَيْء مِنْ الصَّلَوَات ، وَوَجْه الرَّدّ عَلَيْهِ ثُبُوته مِنْ فِعْل النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ مُرْتَفِع عَنْ دَرَجَة الْمُبَاح ، قَالَ : وَلَمْ يُقَيِّدهُ فِي التَّرْجَمَة بِصُبْحٍ وَلَا غَيْره مَعَ كَوْنه مُقَيَّدًا فِي بَعْض الْأَحَادِيث بِالصُّبْحِ (فتح الباري لابن حجر – ج 3 / ص 432)
“Bab Qunut Sebelum dan Sesudah Rukuk. Qunut memiliki banyak makna. Yang dimaksud disini adalah doa di dalam salat di tempat tertentu saat berdiri. Az-Zain al-Munir berkata: “al-Bukhari menetapkan bab ini menjelaskan disyariatkannya Qunut, sebagai isyarat menjawab ulama yang mengatakan bid’ah seperti Ibnu Umar. Dalam al-Muwatha’ diriwayatkan bahwa Ibnu Umae tidak Qunut sama sekali dalam salat. Bentuk jawabannya adalah keabsahan Qunut dilakukan oleh Nabi Saw. Maka Qunut naik derajatnya dari sekedar sesuatu yang diperbolehkan. Az-Zain berkata: al-Bukhari tidak menyebutkan ketentuan ‘Subuh’ atau yang lainnya, sementara dalam sebagian riwayat yang lain ada teks kalimat ‘Subuh’ (Fath al-Bari Syarah al-Bukhari 3/432)
Sedangkan riwayat bid’ah dari Ibnu Abbas dinilai dlaif oleh ulama Wahabi sendiri:
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ أَشْهَدُ أَنِّي سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُوْلُ إِنَّ الْقُنُوْتَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ بِدْعَةٌ . رواه الدارقطني ( ضعيف ) (مختصر إرواء الغليل – ج 1 / ص 88)
Diriwayatkan dari Said bin Jubair, ia berkata: Saya bersaksi bahwa saya mendengan Ibnu Abbas berkata bahwa Qunut dalam salat Subuh adalah bid’ah. HR ad-Daruquthni (Dlaif). (al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil 1/88)
28 Sahabat Badar Melakukan Qunut Subuh
Al-Hafidz al-Mizzi menyebutkan riwayat diatas sebagai berikut:
رَوَى عَبْدُ الصَّمَدِ بْنِ عَبْدِ الْوَارِثِ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ خَالِدَا الْعَبْدَ يَقُوْلُ: قَالَ الْحَسَنُ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ثَمَانِيَةٍ وَعِشْرِيْنَ بَدْرِيًّا كُلُّهُمْ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ بَعْدَ الرُّكُوْعِ. فَقُلْتُ : مِمَّنْ سَمِعْتَ هَذَا ؟ قَالَ: مِنْ مَيْمُوْنِ الْمَرْئِي. فَلَقِيْتُ مَيْمُوْنًا الْمَرْئِيَّ فَسَأَلْتُهُ، فَقَالَ: قَالَ الْحَسَنُ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ثَمَانِيَةٍ وَعِشْرِيْنَ بَدْرِيًّا كُلُّهُمْ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ بَعْدَ الرُّكُوْعِ (تهذيب الكمال للمزي – ج 29 / ص 228)
Abdushomad bin Abdulwaris meriwayatkan bahwa ia mendengar Khalid berkata bahwa Hasan berkata: “Saya salat bermakmum kepada 28 sahabat yang ikut perang Badar, semuanya membaca Qunut dalam salat Subuh setelah rukuk.” Saya (Abdulwaris) bertanya: Kamu mendengar dari siapa? Ia berkata: Dari Maimun al-Mar’i” Lalu saya bertemu Maimun al-Mar’i, ia berkata bahwa Hasan berkata: “Saya salat bermakmum kepada 28 sahabat yang ikut perang Badar, semuanya membaca Qunut dalam salat Subuh setelah rukuk.” (Tahdzib al-Kamal 29/228)
Riwayat yang menyebut “Qunut Salat Subuh” selain al-Mizzi adalah Syaikh ar-Razi dalam al-Jarh wa at-Ta’dil 8/237. namun ulama lainnya seperti Imam al-Bukhari dalam kedua kitab Tarikhnya (al-Kabir 3/165 dan ash-Shaghir 2/118) dan al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Mizan al-I’tidal 1/649 tidak menyebut ‘Subuh’:
قَدْ رَوَى عَبْدُ الصَّمَدِ بْنِ عَبْدِ الْوَارِثِ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ خَالِدَا الْعَبْدَ يَقُوْلُ: قَالَ الْحَسَنُ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ثَمَانِيَةٍ وَعِشْرِيْنَ بَدْرِيًّا كُلُّهُمْ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ بَعْدَ الرُّكُوْعِ. فَقُلْتُ: مَنْ حَدَّثَكَ ؟ قَالَ: مَيْمُوْنُ الْمَرْئِى، فَلَقِيْتُ مَيْمُوْنًا فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: قَالَ الْحَسَنُ مِثْلَهُ، فَقُلْتُ: مَنْ حَدَّثَكَ ؟ قَالَ: خَالِدٌ الْعَبْدُ. (ميزان الاعتدال – ج 1 / ص 649)
Kerancuan dan Kontradiksi Metodologi Ilmiah Wahabi
Kalau Wahabi masih secara buta bersikukuh bahwa Qunut adalah bid’ah dengan berpedoman pada kriteria yang dibuat-buat oleh Syaikh Albani, yaitu:
كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ تَأْتِ كَيْفِيَّتُهَا إِلَّا فِي حَدِيْثٍ ضَعِيْفٍ أَوْ مَوْضُوْعٍ.
“(diantara criteria bid’ah) adalah setiap ibadah yang tidak ada tatacara ibadahnya kecuali dalam hadis dlaif atau hadis palsu” (Ahkam al-Janaiz 1/242)
Maka teori ini bertentangan denga perkataan Albani sendiri dalam halaman yang sama dalam 1 kitab, bahwa jika perintah syariat dilakukan oleh seorang sahabat bukanlah bid’ah:
كُلُّ أَمْرٍ لَا يُمْكِنُ أَنْ يُشَرَّعَ إِلَّا بِنَصٍّ أَوْ تَوْقِيْفٍ، وَلَا نَصَّ عَلَيْهِ، فَهُوَ بِدْعَةٌ إِلَّا مَا كَانَ عَنْ صَحَابِيٍّ.
setiap hal yang tidak mungkin disyariatkan kecuali dengan nash syar’i, atau diajarkan oleh Nabi. Hal tersebut merupakan bid’ah kecuali yang dilakukan sahabat (Ahkam al-Janaiz 1/242)
Sudah kami paparkan diatas sangat banyak sekali sahabat yang melakukan Qunut salat Subuh, bahkan para Khalifah juga melakukannya. Lalu darimana bid’ahnya? Inilah kerancuan dan kontradiksi teori ulama Wahabi yang tidak ilmiah sama sekali, sebab bagaimana mungkin sahabat melakukan suatu ibadah berdasar hadis dlaif bisa dihukumi bid’ah secara bersamaan?
Fatwa Ulama Wahabi Tentang Qunut Subuh
Komisi Fatwa Arab Saudi menetapkan bahwa jika bermakmum pada imam yang melakukan Qunut dalam salat Subuh maka harus ikut Qunut:
وَبِالْجُمْلَةِ فَتَخْصِيْصُ صَلَاةِ الصُّبْحِ بِالْقُنُوْتِ مِنَ الْمَسَائِلِ الْخِلَافِيَّةِ اْلاِجْتِهَادِيَّةِ، فَمَنْ صَلَّى وَرَاءَ إِمَامٍ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ خَاصَّةً قَبْلَ الرُّكُوْعِ أَوْ بَعْدَهُ فَعَلَيْهِ أَنْ يُتَابِعَهُ (فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء – ج 9 / ص 51)
“Secara global, menentukan salat Subuh dengan Qunut adalah termasuk masalah khilafiyah yang bersifat ijtihad. Barangsiapa salat bermakmum kepada imam yang membaca Qunut dalam Subuh secara khusus sebelum atau sesudah rukuk, maka ia harus mengikutinya” (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’ 9/51)
Semoga Bermanfaat.
Wallahu A’lam
update : teruskan pembacaan kerana artikel ini telah direvisi dalam artikel Jawapan Balas Atas Bantahan Al-Jaizy Terhadap Artikel Qunut Ustaz Ma’ruf
Share Button