Sabtu, 08 Maret 2014

Ujian Kompetensi

Selesai sudah UK (Ujian Kompetensi Guru) yang kuikuti tadi, ujian secara online langsung ke server pusat sertifikasi guru. Alhamdulillah. Semoga hasil test ku tadi berbuah hasil sehingga bisa langsung mengikuti diklat sertifikasi gurunya tanpa repot-repot harus mengikuti pendidikan setahun lagi. Karena berdasarkan info yang aku dengar dari teman-teman, bagi guru yang belum terjaring dalam sertifikasi gelombang sekarang, maka harus mengikuti pelatihan dan pendidikan guru kembali selama setahun, jelas membuang energi dan waktu yang seharusnya bisa kumanfaatkan buat hal lain.
Bagaimana dengan soalnya? terus terang ku melihat soal UK tadi disusun sangat tidak profesional, terkesan dadakan dan bersifat "proyek", bagaimana tidak,...banyak soal bernada ambigu, seperti yang manakah yang konsepnya melibatakan gerak lurus berubah beraturan dengan percepatan tetap, ada pilihan ambigu yaitu gerak parabola, gerak parabola sendiri dapat dipandang sebagai gerak pada bidang resultan dari dua gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan, ditinjau dari komponen gerak gerak parabola termasuk kategori ini, namun ditinjau dengan gerak resultannya pada bidang jelas ia bukan gerakan yang termasuk gerak lurus, jadi jawabannya akan ambigu tergantung kita meninjau dari segi apa. Dan masih ada sejumlah soal baik kompetensi bidang keahlian dan pedagogik yang bersifat ambigu. ...well,..begitulah, jadi aku harap-harap cemas juga karena bisa-bisa nilai tesku rendah karena alat untuk menguji kompetensi itu sendiri alias soal testnya yang bermasalah. 

Ngomong-ngomong soal sertifikasi adakah dampak positif dari sertifikasi guru ini bagi perbaikan kualitas pendidikan? dengan berat hati kukatakan melihat realita yang ada bahkan justru sama sekali tidak ada relevansinya. Bahkan adanya sertifikasi ini menurutku menambah parahnya kualitas pendidikan. Di mana-mana di sekolahan kita menyaksikan guru rebutan bahkan sampai bertikai meperebutkan jam mengajar 24 jam sebagai jam mengajar minimal yang disyaratkan sertifikasi. 

Terlalu banyak jam mengajar juga membuat guru-guru terlihat hanya melepaskan kewajibannya saja dikelas, mereka tampak tidak memiliki dedikasi bahkan inovasi, mereka hanya antusias memperbanyak jam dan memperbaiki perpormance bila ada pemeriksaan saja apakah itu dari kepala sekolah maupun pengawas. Realita yang ada juga menunjukkan guru-guru yang telah mendapatkan sertifikasi terlihat lebih tertekan dari biasanya, seabrek dokumen yang nauzubillah banyaknya juga harus mereka siapkan tiap semester, tentu saja dengan mengorbankan konsentrasi dan waktu mereka untuk fokus kepada siswa sebagai konsekuensi menyiapkan berkas-berkas yang sangat banyak itu. Belum lagi berkas-berkas itu harus disiapkan senantiasa diperbaharui dan semakin tidak masuk akal jenisnya, repotnya tidak sekali dua kuperhatikan teman-temanku guru senior itu menyusun kembali dokumen yang sama dan ditambah format baru berulang-ulang, anehnya apakah dokumen yang baru beberapa bulan yang lalu sama sekali tidak disimpan alias hanya ditumpuk lalu "dibakar", ini menunjukkan secara administratif sertifikasi guru ini sangat "chaos".

Jangan ditanya lagi kemampuan profesional para guru ini dalam  bidang yang diampunya. Dengan sangat mudah jika kita perhatikan, sangat sedikit guru yang benar-benar menguasai materi ajar mereka, dengan mudah mereka jika kita ajak berdiskusi memiliki keganjilan dan keanehan konseptual dalam bidang yang diampunya misalkan ilmu fisika sebagaimana ku ampu selama ini. Teknologi pendidikan dalam kurikulum jika diperhatikan semakin maju dan canggih, namun anehnya teknologi pendidikan ini seolah-olah melupakan bahwa yang mereka ajarkan itu sebenarnya adalah "fisika", bukan ilmu pendidikan. Sehingga tidak aneh jika yang ada dibenak guru itu jaman sekarang bukannya bagaimana memahami ilmu yang mereka geluti itu, tapi sibuk memkirkan konsep-konsep dan terma teknologi pendidikan. Ini ibarat orang terlalu sibuk berbicara tentang perangkat memasak dan melupakan bahan makanan yang tengah mereka masak, mereka sibuk mengulas kompor, sibuk mengulas dandang dan periuk dan lupa bahwa mereka harus menyiapkan beras dan lauk pauk yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar