Tampilkan postingan dengan label Ta'lim Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ta'lim Agama. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 Oktober 2014

Sifat Dunia

(Bloger) Isyarat adalah makanan orang berakal yang mempunyai nurani yang bening dan jernih dalam menangkap kebenaran hikmah. Sebagian dari para ulama yang arif sering memformulasikan kebenaran yang sangat dalam dalam bahasa isyarat atau ungkapan yang ringkas yang bagi orang awam bagai teka-teki yang membingungkan, agar maknanya yang dalam dapat difahami oleh mereka yang mendalam ilmunya dan isyaratnya tidak serta merta "dijual murah" kepada mereka yang mensia-siakannya.

Suatu ketika seorang yang arif bertanya pada seorang waliyullah yang ilmunya mendalam:

Tanya
 As Sayyid Abu Bakar bin Ali bin Ibrahim al-Baiti bertanya tentang ucapan Yahya bin Mu'adz ar-Razi, "Tinggalkanlah dunia seluruhnya, kamu akan memperoleh semuanya. Meninggalkannya adalah dalam mengambilnya dan mengambilnya adalah dalam meninggalkannya"

Jawab
Habib Abdullah al-Haddad ra menjawab:
Ucapan itu jelas dan tidak pelik. Maknanya, barang siapa meninggalkan dunia dengan jalan berzuhud (Zuhud asal katanya berarti tidak menyukai, menjauhi, meninggalkan. Dalam istilah tassawuf berarti meninggalkan keduniaan untuk beribadah secara sempurna) maka Allah akan memberikan kenyamanan (rohah) dalam hatinya dengan jalan mencabut keinginan dan perhatiannya pada dunia, serta memberi kenyamanan pada tubuhnya karena tidak perlu berpenat-penat mencarinya. Orang yang berakal hendaknya bersikap demikian di dunia.

Dalam mencari dunia, manusia berusaha keras lahir dan batin. Ia menempuh jalan yang keliru sehingga sia-sia usahanya. Adapun orang yang zuhud, justru berhasil memperolehnya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Hidup zuhud di dunia membuat hati dan badan menjadi tenang dan mendambakan dunia akan memperbanyak duka dan kesusahan" (HR Qadha'i dari Ibnu 'Umar)

Seorang ahli hikmah ditanya,"Untuk siapakah dunia ini?" Ia menjawab, "Untuk orang yang meninggalkannya." Ketika ditanya, "Untuk siapakah akhirat itu?" Jawabnya, "Untuk orang yang mencarinya."
(An-Nafaisul 'Uluwiyyah:188)

Jumat, 11 Juli 2014

Ta'lim 2 Belajar Bahasa Arab

Dars 2 : Mengenal 3 Jenis Kata Dalam Bahasa Arab


Bila sebelumnya (pada pelajaran yang pertama), kita telah mengetahui bahwasanya ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan kata dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya, maka ada baiknya sebelum kita masuk lebih dalam ke ilmu shorof, terlebih dahulu kita memahami pembagian kata atau jenis-jenis kata dalam bahasa arab. Dalam bahasa arab, semua kata itu terbagi menjadi 3 jenis, sedang dalam bahasa kita (bahasa Indonesia) kita sering mendengar istilah kata kerja, kata benda, kata bantu, kata tanya, kata hubung dan penamaan kata yang lainnya. Di dalam bahasa arab, seluruh kata akan terbagi menjadi 3 jenis;
1. Al fi'il
2. Al ism
3. Al harfu
Sekarang kita akan membahas satu persatu 3 jenis kata ini

Fi'il
Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa fi'il adalah kata kerja, meskipun pada pelajaran yang lebih lanjut nantinya kita akan mengenali tidak semua fi'il kata kerja. Tetapi seluruh kata kerja sudah pasti fi'il. Contohnya adalah kata صَلُحَ (sholuha), maknanya adalah telah baik dan dari sisi makna sehingga kita bisa mengetahui bahwa telah baik ini bukanlah kata kerja tetapi lebih kepada kata sifat, contohnya dalam sebuah hadits ketika Rasulullah menjelaskan bahwa di dalam tubuh ini ada segumpal darah/segumpal daging yang idza sholuhat sholuhal jasadu kulluh (apabila ia baik maka baiklah seluruh kasad/tubuh). Kalau kita perhatikan kata sholuha, jelas tidak mengandung makna kata kerja karna memang kalau kita lihat literatur ilmu nahwu, definisi fi'il adalah kalimatun dallat 'ala ma'na fii nafsiha waqtaronat bi zaman (fi'il adalah kata yang mengandung sebuah makna yang berkaitan dengan waktu kejadian). Jadi fi'il adalah suatu kata yang mengandung sebuah makna yang berkaitan dengan waktu kejadian, jadi ada keterangan waktunya. Oleh karna itu tidak semua fi'il adalah kata kerja tetapi semua kata kerja adalah fi'il karna kata kerja pasti mengandung keterangan waktu. Baik, kita tidak akan berlama-lama membahas tentang ini karna ada tempatnya untuk membahasnya.
Kita lanjutkan bahwa fi'il (kata kerja) dalam bahasa arab terbagi lagi menjadi 3; fi'il madhi, fi'il mudhori, fi'il amr.
1. Fi'il madhi
Adalah kata kerja untuk masa lampau, artinya untuk perbuatan yang telah dilakukan masa lalu atau kalau kita pernah belajar bahasa inggris, fi'il madhi adalah past tense, contohnya عَلِمَ 'alima artinya telah mengetahui.
2. Fi'il mudhori'
Adalah kata kerja untuk perbuatan yang sedang terjadi atau akan terjadi, contohnya يَعْلَمُ ya'lamu artinya sedang mengetahui atau akan mengetahui.
3. Fi'il 'amr
Adalah kata kerja perintah, contohnya إِعْلَمْ (i'lam) artinya ketahuilah.
Lihatlah, tulislah, pukullah pelajarilah, ini semua disebut dengan fi'il 'amr (kata kerja perintah)
Contoh fi'il madhi, fi'il mudhori' dan fi'il 'amr dalam AlQur'an untuk kata عَلِمَ bisa kita lihat:
# fi'il madhi 'alima ada di surat AlBaqoroh 187

عَلِمَ أَللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَحْتَاَنُوْنَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَ عَفَاَعَنْكُم

”Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu”
'alima ini disebut dengan fi'il madhi karna fi'il madhi maknanya adalah telah, telah mengetahui.
# fi'il mudhori' ya'lamu يَعْلَمُ bisa kita jumpai dalam QS AlBaqoroh 216

وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَ أَنْتُم لاَ تَعْلَمُوْنَْ
“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
Kata ya'lamu adalah fi'il mudhori', Allahu ya'lamu Allah mengetahui, arrinya Allah itu sekarang tahu dan akan tahu seterusnya, karna makna fi'il mudhori' adalah berlangsung dan akan terus sampai masa mendatang.
# Fi'il 'amr إِعْلَمْ ْbisa kita temui dalam surat yang sama yaitu AlBaqoroh 260

وَاعْلَمْ أَنَّ أللَهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”

i'lam adalah fi'il amr yang maknanya sangat jelas yaitu ketahuilah (kata kerja perintah)
Alhamdulilah kita telah belajar pembagian fi'il; fi'il madhi, fi'il mudhori' dan fi'il 'amr.
Kemudian, jenis kata yang ke-2 adalah Isim
IsimSecara sederhana kita bisa mengatakan isim adalah kata benda. Berbeda dengan fi'il yang hanya terbagi menjadi 3 jenis (madhi, mudhori'&'amr), isim memiliki pembagian lagi yang lebih banyak.
# Berdasarkan jumlah, isim bisa dibedakan menjadi :
1. Isim mufrod (kata tunggal)
2. Isim tatsniyah/isim mutsanna (kata ganda)
3. Isim jama' (kata banyak atau lebih dari 2)
Ini perlu kita catat karna berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya membedakan kata tunggal dengan kata majemuk, maka bahasa adab ada kata tunggal, kata ganda dan kata jama'. Disebut dengan jama' dalam bahasa arab adalah kata yang lebih dari 2, kalau 2 disebut xengan lata ganda/isim tatsniyah/isim mutsanna. Ini pembagian isim berdasarkan jumlah.
Kemudian,
# Berdasarkan jenis, isim bisa dibagi menjadi isim mudazakkar dan isim muannats.
1. Isim mudzakkar itu artinya gentle/laki2
2. Isim muannats itu artinya feminin/perempuan
Ini adalah pembagian isim yang paling populer (berdasarkan jenis dan berdasarkan jumlah). Dan mengetahui ke 2 jenis pembagian ini wajib diketahui oleh seluruh pemula yang ingin mempelajari bahasa arab, insya Allah kita akan membahas lebih lanjut tentang pembagian isim menurut jumlah dan pembagian isim menurut jenis pada kesempatan yang akan datang.
Selain 2 jenis pembagian isim ini, ada satu jenis isim lagi yang harus kita pelajari sebagai pemula yakni isim dhomir atau kata ganri. Kalau dalam bahasa kita, kita hanya mengenal kata ganti orang pertama seperti saya&kami, kemudian kata ganti orang ke 2 seperti kamu&kalian, kemudian kata ganti orang ke 3 seperti dia&mereka. Dan dalam bahasa kita, kita hanya membagi kata ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang pertama jama', lata ganti orang kedua tunggal, kata ganti orang kedua jama', kata ganti orang pertama tunggal dan kata ganti orang ketiga jama', ini dalam bahasa Indonesia. Di dalam.bahasa arab selain ada kata ganti orang pertama tunggal&jama' juga ada kata ganti ganda jadi kata ganti tunggal, kata ganti ganda dan kata ganti jama'. Selain itu amtara laki2&wanita itu dipisahkan, sehingga kalau kita jabarkan kata ganti dalam bahasa arab ada 14, berbeda dengan bahasa indonesia yang hanya ada 6 (saya, kami, kamu, kalian, dia&mereka). Tapi dalam bahasa arab ada saya, kami, dia laki2 tunggal, mereka laki2 berdua, mereka laki2 jama', dia wanita tunggal, mereka wanita berdua, mereka wanita jama' dst yang jumlahnya menjadi 14. InsyaAllah kita akan membahas lebih lanjut tentang isim dhomir ini pada pelajaran yang selanjutnya.
Kemudian jenis kata yang ke 3 dalam bahasa arab disebut dengan huruf
Huruf
Huruf yang dimaksud di sini bukan seluruh huruf hijaiyyah (dari alif, ba, ta dst) tetapi huruf yang dimaksud dalam.ilmu nahwu shorof adalah huruf hijaiyyah yang memiliki arti, naik tersusun dari 1 huruf saja atau 2 huruf atau 3 huruf. Jadi huruf hijaiyyah adalah yang memiliki artinkhisus, baik yang 1 huruf maupun 2 huruf. Contoh huruf hijaiyyah yang 1 huruf namun memiliki arti adalah contohnya أَ artinya apakah, بِ artinya dengan, تَ bisa digunakan untuk huruf sumpah jadi selain kita bersumpah dengan وَاللَّهِ, kita bisa juga bersumpah dengan تَاللَّهِ, fa artinya maka, سَ artinya akan, كَ artinya seperti, لِ untuk, وَ artinya dan. Ini contoh huruf hijaiyyah yang memiliki arti. Selanjutnya akan kita lihat contoh 2 huruf hijaiyyah yang memiliki arti:
min مِنْ artinya dari
'an عَنْ artinya dari
fii فِى di
lan لَنْ artinya tidak akan
lam لَمْ artinya tidak/belum
Contoh 3 huruf hijaiyyah yang memiliki arti
ilaa إِلَى artinya ke
'alaa عَلَى artinya di atas
Inilah pembagian kata dalam bahasa arab, terbagi menjadi 3 (fi'il, isim dan huruf). Fi'il sendiri terbagi menjadi 3 yakni fi'il madhi, fi'il mudhori' dan fi'il 'amr. Yang madhi adalah kata kerja untuk perbuatan yang telah lalu (past tense), fi'il mudhori' adalah kata kerja untuk perbuatan yang sedang berlangsung atau akan berlangsung di masa yang akan datang (present continuous tense&future tense) kemudian fi'il 'amr adalah kata kerja perintah.
Jenis yang ke 2 adalah isim, berbeda dengan fi'il yang hanya terbagi menjadi 3, isim banyak sekali jenisnya, namun untuk pemula yang harus diketahui, yang wajib dipahami pembagian isim berdasarkan jumlah, ada isim mufrod (kata tunggal), ada isim tatsniyah (kata ganda)&ada isim jama' (majemuk). Kemudian isim berdasarkan jenis ada isim mudzakkar (laki-laki), ada isim muannats (perempuan) dan 1 jenis isim lagi yang wajib dipelajari adalah isim dhomir (kata ganti) dalam bahasa arab yang jumlahnya ada 14 kata ganti.
Dan terakhir huruf, huruf yang dimaksud dalam ilmu nahwu adalah huruf hijaiyyah (baik 1, 2 atau 3) yang memiliki makna khusus contohnya أَ artinya apakah, بِ artinya dengan, لِ artinya untuk, عَنْ artinya dari, إِلَى artinya ke, عَلَى artinya di atas.
Demikianlah belajaran kita yang ke 2, semoga yang saya jelaskan bermanfaat

Pengantar Belajar Bahasa Arab

Belajar Bahasa Arab

 Pengantar Ilmu Bahasa Arab

Ilmu bahasa arab memiliki beberapa cabang ilmu diantaranya ilmu nahwu, ilmu mantiq, ilmu balaghoh dan ilmu aruth dll. Namun di antara sekian banyak cabang ilmu bahasa arab, ada 2 ilmu yang harus dikuasai oleh pemula yakni ilmu nahwu & ilmu shorof. Dengan mempelajari ilmu nahwu & ilmu shorof insyaAllah kita bisa membuat kalimat dalam bahasa arab yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab. Adapun ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu nahwu, ilmu mantiq, ilmu balaghoh dan ilmu aruth, ini sudah tidak lagi membicarakan bagaimana cara membuat kalimat yang benar dalam bahasa arab tetapi sudah sampai level bagaimana membuat kalimat yang indah baik susunannya maupun maknanya.

Jadi kita sebagai pemula, wajib untuk menguasai ilmu nahwu&ilmu shorof. Pada dasarnya ilmu shorof adalah bagian dari ilmu nahwu. Lalu apa bedanya antara ilmu nahwu dengan ilmu shorof?

Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari kedudukan kata dalam sebuah kalimat, sedang ilmu shorof adalah ilmu mempelajari perubahan kata dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasanya ilmu shorof itu menyediakan kata-katanya sedangkan ilmu nahwu itu memberikan kita kaidah bagaimana cara menyusun kalimat yang benar dan termasuk di dalamnya bagaimana memberikan harokat yang benar karna di dalam bahasa arab perbedaan harokat bisa menyebabkan perbedaan makna.

Baiklah...untuk kita bisa lebih memahami perbedaan antara ilmu nahwu&ilmu shorof silahkan dibuka diktat halaman 1.
Di situ kita bisa mengambil contoh kalimat:

جَلَسَ زَيْدٌ
Zaid telah duduk.
Kalau kita lihat kalimat ini maka kita bisa melihat peran ilmu shorof&peran ilmu nahwu dalam menyusun kalimat ini.
Ada alasan kenapa kata kerja yang dipilih adalah جَلَسَ dan adapula alasan kenapa زَيْدٌ itu memiliki harokat dhommahtain, tidak جَلَسَ زَيْدًا atau جَلَسَ زَيْدٍ.
Ada alasan juga kenapa kata جَلَسَ lebih didahulukan dari kata zaidun, bukan زَيْدٌ جَلَسَ.
Nah, yang kita bahas disini adalah nahwu karna kita mempelajari susunan kalimat, bagaimana cara kita menempatkan suatu kata dalam suatu kalimat.
Adapun ilmu shorof dalam susunan kalimat ini (جَلَسَ زَيْدٌ) memberikan peran dalam kata جَلَسَ ini. Kenapa yang dipilih adalah جَلَسَ,sedang kita ketahui bahwa kata جَلَسَ itu memiliki 14 bentuk, ada bentuk جَلَسْتُ (saya telah duduk),ada جَلَسْتَ (kamu telah duduk), sedangkan جَلَسَ itu adalah kata kerja orang kedua tunggal laki-laki.
Nah, kita mempelajari perubahan bentuk jalasa جَلَسَ menjadi jalasta جَلَسْتَ,menjadi jalastu جَلَسْتُ atau bentuk lainnya dalam ilmu shorof.

Contoh ke 2, untuk kita lebih memahami perbedaan ilmu nahwu dengan shorof adalah misal kita gunakan kata yang sama ألـْحَمْدُ, di dalam AlQur'an kita kadang menjumpai alhamdu dibaca dengan dhomah yaitu pada Alfatihah (alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin), namun di kesempatan lain kita mendengar para khatib membuka khutbahnya dengan إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ innal hamda lillahi.
Kita perhatikan bahwa dalam kata alhamd pada kalimat pembuka khutbah ini dibaca dengan harokat fathah, bukan dhommah sebagaimana yang di Alfatihah. Di lain kesempatan kita melihat seorang ulama Al Imam Baiquni (pengarang kitab hadits), beliau memulai kitabnya dengan mengatakan أَبْدَأُ بِالْحَمْدِ abdau bil hamdi, beliau membaca alhamd dengan kasroh.

Nah, perbedaan penyebutan harokat dari alhamdu, alhamda dan alhamdi pada 3 contoh yang sudah saya jelaskan tadi, ini dibahas dalam ilmu nahwu karna dalam ilmu nahwu harokat itu sangatlah penting bahkan perbedaan harokat bisa menyebabkan perbedaan makna, contohnya misalkan kalau kita membuat kalimat sebagai berikut :

ضَرَبَ زَيْدٌ بَكْرًا
Kalau kita membaca kalimat dengan dhoroba zaidun bakron maka maknanya adalah Zaid memukul Bakr, akan tetapi jika kita membacanya dengan:
ضَرَبَ زَيْدًا بَكْرٌ
maka ini maknanya adalah Bakr memukul Zaid.

Kita perhatikan bahwa perbedaan harokat bisa merubah pelaku menjadi korban atau objek.
Nah, insyaAllah akan dibahas dalam ilmu nahwu. Ini adalah pengaplikasian ilmu nahwu.
Selanjutnya kita akan melihat pengaplikasian ilmu shorof. Kita masih menggunakan kata yang tersusun dari ha,min dan dal. Sering kita menjumpai banyak kata yang tersusun dari huruf ha,mim&dal dan semua kata ini memiliki akar makna yang sama yakni tidak jauh dari arti pujian.
Contoh pada Alfatihah:
ألْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
( Segala puji bagi Allah, rabb seluruh alam)
kemudian kita sering mendengar istilah tahmid (تَحْمِيْدـ) kata ini yang tidak jauh maknanya dari kata pujian. Tahmid adalah bentuk istilah dzikir dari alhamdulilaah, kemudian nama Rasul kita adalah Muhammad مُحَمَّد, lihat...ada unsur ha, mim&dal dalam Muhammad yang artinya adalah orang yang dipuji/orang yang terpuji. Kemudian Rasulullah dinamai dengan Ahmad أَحْمَدُ,lihat...ada unsur ha, mim&dal dalam kata tersebut, dan ahmad ini maknanya orang yang paling terpuji. Kemudian kita sering melihat nama-nama islami yang digunakan kaum muslimin seperti contoh Hamid (حَامِدُ) dan maknanya orang yang memuji. Kemudian kita sering mendengar nama Mahmud (مَحْمُوْدُ) adalah artinya orang yang dipuji. Kita pernah mendengar nama Hamdi (حَمْديِ) dan maknanya adalah pujianku. Kita bisa melihat bahwa huruf ha, mim dan dal punya banyak variasi kata. Inilah yang dibahas di dalam ilmu shorof.

Kesimpulannya,
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari susunan kalimat baik harokatnya maupun letaknya.
Adapun ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk dari suatu kata ke bentuk yang lainnya.
Ilmu nahwu&ilmu shorof ini sering disebut para ulama dengan istilah ilmu alat karna memang ilmu ini adalah alat atau kunci membuka cakrawala islam, kunci mempelajari seluruh cabang ilmu islam. Tidak mungkin kita bisa mempelajari ilmu tafsir dengan baik kecuali setelah mempelajari bahasa arab, tidak mungkin kita bisa mempelajari hadits dengan baik kecuali setelah mempelajari bahasa arab, tidak mungkin kita bisa memahami lautan ilmu yang luas dari para ulama yang bisa kita jumpai pada kitab-kitab mereka kecuali setelah kita mempelajari bahasa arab.
Benarlah perkataan seorang penyair yang mengatakan:

أَلنَّحْوُ أَوْلَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَ * إِذِ الْكَلاَمُ دُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَ
Ilmu nahwu (yang mencakup ilmu shorof) adalah ilmu pertama yang paling utama untuk dipelajari karna perkataan (baik perkataan Allah dalam Alqur'an, perkataan Rasulullah dalam haditsnya, perkataan ulama dalam kitab-kitabnya, tidak dapat dipahami kecuali setelah kita memahami ilmu nahwu&ilmu shorof). Oleh karna itu yaa ikhwah, marilah kita berdo'a kepada Allah supaya kita diberi kemudahan untuk mempelajari ilmu nahwu&ilmu shorof.



NAHWU adalah kaidah-kaidah  Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.

Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل, Isim Tafdhil mengikuti wazan أفعل, berikut keadaan-keadaannya semisal cara mentatsniyahkan, menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan keadaan kata ketika sudah tersusun (murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il jika sebelumnya menunjukkan Mu’annats dll.
Satu kata dalam Bahasa Arab disebut Kalimah (الكَلِمَة) yaitu satu lafadz yang menunjukkan satu arti.
Kalimat atau susunan kata dalam Bahasa Arab disebut Murokkab (المُرَكَّب). Jika kalimat / susunan kata tersebut telah sempurna, atau dalam kaidah nahwunya telah memberi pengertian dengan suatu hukum ” Faidah baiknya diam” maka kalimat sempurna itu disebut Kalam (الكَلاَم) atau disebut Jumlah (الجُمْلَة).
Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga macam:
1. Kalimah Fiil (الفِعْلُ) = Kata kerja
2. Kalimah Isim (الإِسْمُ) = Kata Benda
3. Kalimah Harf (الحَرْفُ) = Kata Tugas.
Khusus untuk Kalimah Fi’il, bisa dimasuki: قد, س, سوف, Amil Nashob ان dan saudara-saudaranya, Amil Jazm, Ta’ Fa’il, Ta’ Ta’nits Sakinah, Nun Taukid, Ya’ Mukhotobah.
Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL, Tanwin, Nida’, Mudhof, Musnad.
Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang dikhusukan kepada Kalimah Fiil dan Kalimah Isim.
Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1. Fa’ fi’il, 2. ‘Ain Fi’il, 3. Lam Fi’il (َفَعَل). Apabila ada tambahan asal, maka ditambah 4. Lam fi’il kedua (َفَعْلَل). Apabila ada tambahan huruf bukan asal. maka ditambah pula pada wazannya dengan huruf tambahan yang sama, semisal  ٌمُسْلِم ada tambahan huruf Mim didepannya, maka ikut wazan مُفْعِلٌ.

Minggu, 29 Juni 2014

Selamat Datang Bulan Ramadhan

Hari ini adalah hari pertama ku untuk puasa dalam bulan ramadhan tahun ini. Ada baiknya ku di sini merenungi keutamaan dari pada bulan ini agar mendapatkan semangat untuk beribadah lebih sungguh-sungguh.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat dan pengampunan serta keberkahan dari Allah سبحا نه وتعلا, oleh karena itu bukan sesuatu yang mengherankan jika para sahabat rasul dan para ulama terdahulu enam bulan sebelumnya berdo'a

Sabtu, 28 Juni 2014

Akidahku

Jika ada yang bertanya, apa akidahku? ku jawab dengan tegas, aku muslim, aku mengikuti alqur'an dan sunnah, karena aku tahu diri siapalah diriku yang lemah dan jahil ini, maka untuk merealisasikan ikut alqur'an dan sunnah nabi muhamad SAW tersebut aku tidak cukup hebat untuk meyakini dapat menggali sendiri, maka aku mengikuti orang yang lebih berilmu besar dari diriku dan berantai dalam ikut mengikuti hingga jaman tabi'in, para sahabat, jamannya para salafussaleh. Maka kuikuti akidah ahlussunnah waljamaah, akidahnya imam abul hasan asy'ari wa maturidi, aku bermazhab Piqh imam syafii, dan jika ilmuku sampai, insyaAllah aku bertarikah mengikut tarikahnya banyak dari pada cucu sang nabi saw, yaitu salah satunya tarikah alawiyyah, karena hanya tarikah ini kuperhatikan sanad ilmunya paling terjaga dan ulamanya paling tersebar dan dapat saling koreksi mengkoreksi.