Apa itu PTK (Penelitian Tindakan Kelas) ?
Di kutip dari artikel Bang Qohar:
A. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research
terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas.
Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek
dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh
data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah
suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sementara itu, penelitian tindakan didefinisikan sebagai studi
sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok
partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara
refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut (Hopkin
dalam Emzir, 2008:234). Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan
tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran secara
sistematik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
PTK menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti yang diungkapkan Mills dalam Creswell (2011:577), yaitu action
research designs are systematic procedures done by teachers (or other
individuals in an educational setting) to gather information about, and
subsequently improve, the ways their particular educational setting
operates, their teaching, and their student learning. Dari kutipan ini dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran di kelas.
B. Tipe Penelitian Tindakan Kelas
Dalam buku Educational Research yang dibuat oleh Cresswell (2012), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Research Design terbagi menjadi dua jenis yaitu penelitian tindakan praktis (action research practical) dan penelitian tindakan partisipan (action research partisipatory).
Dalam pembagian ini Penelitian Tindakan Kelas yang kita kenal merupakan
action research practical. Menurut Schumuk dalam Cresswell penelitian
tindakan praktis bertujuan untuk meneliti keadaan sekolah tertentu untuk
lebih meningkatkan keahlian. Penelitian ini terfokus untuk meningkatkan
kemampuan guru dan meningkatkan wawasan atau pembelajaran siswa.
C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fraenkel, dkk (2012:596) menyebutkan sekurang-kurangnya lima manfaat penelitian tindakan kelas, yaitu:
- PTK dapat dilakukan oleh hampir semua ahli di semua tipe sekolah, semua level, guru kelas baik secara individu maupun berkelompok, ataupun pimpinan sekolah.
- PTK dapat memperbaiki praktik pendidikan; membantu praktisi pendidikan (guru, pimpinan sekolah) dalam meningkatkan kompetensi terhadap apa yang mereka lakukan.
- PTK memberi ruang kepada guru atau praktisi lain untuk mengadakan penelitian mereka sendiri sehingga dapat mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mempraktikkan keahlian-keahlian mereka sendiri.
- PTK membantu guru mengidentifkasi masalah-masalah dan isu-isu secara sistematis.
- PTK dapat membangun sebuah komunitas yang berorientasi penelitian ilmiah di dalam sekolah itu sendiri
Apabila dirumuskan, karakteristik PTK dapat dijabarkan sebagai berikut (Muslich, 2010:12-13)
1. Masalah PTK berawal dari guru: Masalah
yang ditemukan guru di dalam kelas sebagai pelaku pembelajaran dapat
menjadi topik utama dalam melakukan penelitian
2.Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran: Implikasi dari tujuan ini adalah guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena sedang melakukan PTK.
3. PTK adalah penelitian yang bersifat
kolaboratif: Seorang guru dapat berkolaborasi dengan dosen tenaga ahli
ataupun teman sejawat dalam melaksanakan PTK, sehingga dapat saling
memberikan masukan tentang prosedur pelaksanaan PTK dengan benar
4. PTK adalah jenis penelitian yang
memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas: Tindakan-tindakan ini dapat berupa penggunaan metode
pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran, pemakaian
media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau hal-hal inovatif
lainnya.
5. PTK dapat menjembatani kesenjangan
antara teori dan praktik pendidikan: Hal ini terjadi karena dengan
melakukan PTK berarti seorang guru dapat membuktikan apakah sebuah teori
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif atau tidak di kelasnya,
sehingga ia dapat memperoleh balikan yang bagus untuk perbaikan proses
pembelajaran berikutnya.
Sementara itu, Ary (2010:514) menyebutkan tiga karakteristik utama dari Penelitian tindakan, yaitu:
- The research is situated in a local context and focused on a local issue. (Penelitian tindakan digunakan dalam konteks lokal dan difokuskan pada sebuah isu lokal)
- The research is conducted by and for the practitioner (Penelitian tindakan dilaksanakan oleh dan untuk praktisi).
- The research results in an action or a change implemented by the practitioner in the context (Hasil penelitian tindakan adalah sebuah tindakan atau sebuah perubahan yang diimplementasikan oleh praktisi dalam konteks tertentu).
Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas meliputi (Arikunto, S: 2006) :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak
boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus dalam situasi yang wajar,
sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran,
sehingga tindakan yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut
pembelajaran.
2.Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas
dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi harus berdasarkan
keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau pada
kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus
berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik
dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuannya tercapai
3. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-unsur S-Strength(kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat(ancaman).
Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun
siswa yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut
penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang
ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat
sebelum mengidentifikasi yang lain.
4. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT,
tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti guru
sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan
sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan
sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur
yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus
juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal
pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan
tersebut.
5. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Kata SMART yang artinya cerdas mempunyai
makna dalam proses perencanaan kegiatan penelitian tindakan. Adapun
makna dari masing-masing huruf adalah : S–specific, khusus, tidak terlalu umum, M–Managable, dapat dikelola, dilaksanakan, A-Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau, R-Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan dan. T-Time-bond, diikat oleh waktu, terencana.
Ketika guru menyusun rencana tindakan,
harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang
dipilih peneliti harus a)Khusus specific, masalah yang diteliti
tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya
dapat jelas dan spesifik b)Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit,
misalnya kesulitan dalam mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi
dan lainnya. c)Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya
siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga
lingkungan tidak terganggu karenanya d)Tidak menyimpang dari kenyataan
dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang dikenai tindakan.
F. Kategori Masalah-Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Ary, dkk (2010:520) menyebutkan lima kategori masalah yang dapat diangkat dalam penelitian tindakan, yaitu:
- Masalah yang timbul dari keinginan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bisa berputar di sekitar kebutuhan yang dirasakan perlu, seperti meningkatkan perbaikan lingkungan kelas untuk belajar, meningkatkan interaksi interpersonal di antara siswa, atau peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan refleksi diri.
- Masalah yang muncul akibat keinginan untuk memperbaiki kurikulum. Pertanyaan yang bisa diajukan peneliti seperti bagaimana mengintegrasikan antar mata pelajaran, atau seperti bagaimana menggunakan teknologi dalam kurikulum pembelajaran.
- Masalah yang muncul dari keinginan untuk mengadaptasi strategi-strategi pengajaran atau penilaian (asesmen). Pertanyan-pertanyaan yang ada seperti bagaimana mendorong pembelajaran aktif, membimbing siswa dalam mengevaluasi diri, atau mengimplementasikan sebuah pendekatan pembelajaran khusus.
- Masalah yang muncul dari keinginan seseorang untuk mencari hubungan antara keyakinan dan praktik dalam kelas atau untuk menguji keterkaitan cara mengajar dengan apa atau siapa yang mempengaruhi cara mengajar terebut.
- Masalah yang timbul dari isu-isu dalam konteks sekolah yang lebih besar atau masyarakat. Pertanyaan mungkin berurusan dengan program pengembangan sekolah, implementasi, atau evaluasi; cara untuk melibatkan keluarga dan anggota-anggota komunitas di sekolah; atau pendekatan untuk menyelesaikan ketegangan antara kelompok-kelompok di sekolah atau masyarakat yang mempengaruhi fungsi sekolah.
G. Model Penelitian Tindakan Kelas
Pada umumnya, tiap-tiap siklus penelitian
tindakan berisi kegiatan: perencanaan
→tindakan→observasi→evaluasi/refleksi. Berikut ini dipaparkan
model-model penelitian tindakan yang telah dikembangkan beberapa ahli.
Model Kurt Lewin
Planning
|
Acting
|
Observing
|
Reflecting
|
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai sikulus yang dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 1. Siklus PTK Model Kurt Lewin (Kusumah dan Dedi, 2011:20)
Model Kemmis dan Mc Taggart
Kemmis dan Taggart (1988) membagi
prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu
putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi–refleksi.
Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti
tindakan. Model Kemmis dan Taggart dapat disimak pada Gambar 2 berikut
ini.
Gambar 2. Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Kegiatan tindakan dan observasi digabung
dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus
dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan
observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil
observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap
berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus
sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan hasil
belajar sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.
Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan
tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian
direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya,
tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan
pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada
siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan
tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus
pertama telah atau belum berhasil.
Model Riel
Model Riel (dalam Mulyatiningsih, 2007)
membagi proses penelitian tindakan menjadi tahap-tahap: (1) studi dan
perencanaan; (2) pengambilan tindakan; (3) pengumpulan dan analisis
kejadian; (3) refleksi. Kemajuan pemecahan masalah melalui tindakan
penelitian diilustrasikan pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Siklus PTK Model Riel
Riel (dalam Mulyatiningsih, 2012)
mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah, diperlukan studi dan
perencanaan. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman empiris yang
ditemukan sehari-hari. Setelah masalah teridentifikasi, kemudian
direncanakan tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan dan mampu
dilaksanakan oleh peneliti. Perangkat yang mendukung tindakan
(media,RPP) disiapkan pada tahap perencanaan. Setelah rencana selesai
disusun dan disiapkan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan.
Setelah dilakukan tindakan, peneliti kemudian mengumpulkan semua
data/informasi/kejadian yang ditemui dan menganalisisnya. Hasil
analisis tersebut kemudian dipelajari, dievaluasi, dan ditanggapi
dengan rencana tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah yang masih ada.
Putaran tindakan ini berlangsung terus, sampai masalah dapat diatasi.
Model DDAER
Beberapa model PTK yang telah dicontohkan
di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim
dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap
apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan
evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut
disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection)
Dalam model tersebut, penelitian tindakan
dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih. Secara
implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah.
Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan
memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah. Prosedur
penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang
lain.
H. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar dari beberapa model
PTK yang telah dijelaskan di atas, terdapat 4 tahapan yang biasa dilalui
pada PTK yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4)
refleksi. Adapun perincian dari tiap tahap adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti
menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti, kemudian membuat
perangkat pembelajaran serta instrumen pengamatan untuk menjaring data
dan fakta yang terjadi pada waktu proses tindakan berlangsung. Secara
rinci tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis
masalah. Masalah tersebut harus diangkat dari permasalah di lapangan,
masalahnya harus penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil
pembelajaran.
2)Menetapkan alasan mengapa penelitian
tersebut dilakukan, yang akan menjadi latar belakang PTK Merumuskan
masalah secara jelas, berupa kalimat pertanyaan.
3) Menentukan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah dan memilih tindakan yang paling tepat.
4) Membuat intrumen pengumpul data dan menentukan indikator keberhasilan tindakan.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, strategi dan
rencana pembelajaran yang telah disiapkan pada tahap perencanaan,
dilaksanakan. Pada tahap ini guru harus ingat dan mentaati apa yang
dirumuskan dalam rencana pembelajaran, berlaku wajar dan tidak
dibuat-buat.
Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan
pencatatan semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan
bantuan format observasi yang telah dipersiapkan, termasuk juga
pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data dikumpulkan
dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, prentasi, nilai tugas
dll) atau data kualitatif (keaktifan siswa, antusiasme siswa, mutu
diskusi yang dilakukan, kreatifitas siswa dll).
Refleksi
Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji
secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang
telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Ary, Donald., et al. 2010. Introduction to Research in Education (8th ed). Wadsworth: Cengage Learning.
Asikin, Moh. Khoirul Anwar, dan Pujiadi. 2009. Cara Cepat & Cerdas Menguasai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi Guru. Semarang : Manunggal Karso.
Creswell, John W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th ed). Boston: Pearson Education.
Emzir, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Fraenkel, Jack R.,et al. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education (8th). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Kemmis, Stephen and McTaggart, Robin.1988. The Action Research planner, 3rd Edition, Geelong: Deakin University.
Mulyatiningsih, Endang.2012.Modul Penelitian Tindakan Kelas. (online) (diakses 16 Maret 2013)(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endang-mulyatiningsih-mpd/8cmetode-penelitian-tindakan-kelas.pdf)
Muslich, Masnur. 2010. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara
karakteristik, manfaat dan tujuan penelitian tindakan kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saat ini perkembangan masyarakat dan tuntunan
pendidikan yang berkualitas begitu cepat. Akibatnya, tuntutan terhadap layanan
pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidikan pun harus meningkat lebih
cepat. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi
pendidik untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks
layanan di kelas[1].
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan karena adanya masalah yang dihadapi
pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas, kesalahan dan
kesulitan dalam proses pembelajaran akan dengan cepat dianalisis dan
didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan
berlarut-larut, jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki dan
kesulitannya dapat segera diatasi, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan
dan hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat. Selain itu,
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru, apakah
selama ini metode, strategi dan teknik yang digunakan sudah sesuai dengan
materi dan karakteristik peserta didik. Sehingga hasil belajar peserta didik
dapat menjadi lebih baik.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
karakteristik Penelitian Tindakan Kelas?
2. Apa
tujuan Penelitian Tindakan Kelas?
3. Apa
manfaat Penelitian Tindakan Kelas?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
2. Untuk
mengetahui tujuan Penelitian Tindakan Kelas
3. Untuk
mengetahui manfaat Penelitian Tindakan Kelas
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik
tersendiri jika dibangdingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya.
Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru
merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam
kellasnya
Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada sesuatu
dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi, dan ia terpanggil untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan tersebut. Penelitian
Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan jika, guru memang sejak awal menyadari
adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang
dihadapi di kelas, kemudian dari persoalan itu guru menyadari pentingnya
persoalan tersebut untuk diperoleh secara professional. Jika guru merasa bahwa
apa yang dia praktikkan sehari-hari di kelas tidak bermasalah maka PTK tidak
diperlukan.
2. Refleksi
Diri
Refleksi merupakan cirri khas PTK yang paling
esensial[2]. Refleksi
yang dimaksud disini adalah refleksi dalam pengertian melakukan intropeksi
diri, seperti guru mengingiat kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di
dalam kelas, apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi
demikian, dan sebagainya. Atas dasar refleksi yang seperti itu, maka guru
dimungkinkan untuk memeriksa dirinya sendiri, terutama terkait kelemahan dan kelebihan
dari pola pembelajaran yang telah ia praktikkan. Kemudian, dari situ ia
berusaha mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
3. Kolaboratif
Kolaboratif yang dimaksud disini merupakan upaya
perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh
peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru lain atau kepala sekolah.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa-basi,
tetapi harus tampil dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.
4. Penelitian
Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas
Kelas yang dimaksud disini tidak
sebatas pada sebuah ruang tertutup yang dibatasi dinding dan pintu. Kelas yang
sesungguhnya adalah semua “tempat” dimana terjadi proses pembelajaran antara
guru dan siswa. Jadi, boleh-boleh saja PTK dilakukan di ruang terbuka, seperti
dalam pelajaran olahrarga yang dilakukan dilapangan, yang terpenting dalam PTK
bukanlah kelas atau ruangnya, tetapi fokus perhatian penelitian kepada proses
pembelajaran dalam bentuk interaksi guru dan siswa[3].
5. Penelitian
Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara terus menerus.
PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran
yang dilakukan secara bertahap dan secara terus-menerus selama PTK dilakukan[4].
Siklus demi siklus di dalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang
dicapai. Siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Tentu,
hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh lebih baik dari pada siklus
sebelumnya.
B. Tujuan
Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi
guru untuk memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam
konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara
keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan
Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di
kelas secara berkesinambungan[5].
Menurut MCNiff (dalam Suharsimi Arikunto, dkk)
menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah
untuk perbaikan. Kata perbaikan disini terkait dengan memiliki konteks dengan
proses pembelajaran.
Penelitian yang menggunakan ancangan Penelitian
Tindakan Kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:
1. Memerhatikan
dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran
2. Menumbuh
kembangkan budaya penelitian bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif
mencari solusi akan permasalahan pembelajaran
3. Menumbuh
dan meningkatkan produktifitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan,
khusunya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
4. Meningkatkan
kolaborasi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan
masalah pembelajaran.
Dalam hal ini, Borg (dalam Suharsimi Arikunto, dkk)
juga menyebut secara eksplesit bahwa tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas
ialah pengembangan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru di
kelasnya, bukan bertujuan untuk mencapai pengetahuan umum dalam bidang
pendidikan.[6]
C. Manfaat
Penelitian Tindakan Kelas
Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa
dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu
siswa / pembelajaran, guru dan skolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima
manfaat dari PTK.
1. Manfaat
bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan
kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan
lain-lain) akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan
kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi
dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan
hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara
pembelajaran dan perbaikan haisl belajar siswa. Kuduanya akan dapat terwujud,
jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.
2. Manfaat
bagi guru
Beberapa
manfaat PTK bagi guru antara lain:
a. Guru
memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan
ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu
yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan
melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara
professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang
praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun
juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan
perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif
c. Melakukan
PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil
perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang
dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan
teori-teori dan praktik pembelajaran
d. Dengan
PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri,
melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas, tentu
saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan
pendidikan masa depan dan mengembangkan alternative masalah / kelemahan yang
ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang
memiliki kepercayaan diri yang kuat.
3. Manfaat
bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara professional, maka sekolah
tersebut akan berkembang pesat. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya
tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika
sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu
saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena meningkatkan
kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.[7]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik
tersendiri jika dibangdingkan dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya.
Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru
merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam
kellasnya
2. Refleksi
Diri
3. Kolaboratif
4. Penelitian
Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas
5. Penelitian
Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara terus menerus.
PTK
merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan
pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat
dilakukan meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara
berkesinambungan.
Dari
penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen
yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat
bagi siswa dan pembelajaran
2. Manfaat
bagi guru
3. Manfaat
bagi sekolah
B. Saran
Kami sadar
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk
itu kritik dan saran amat kami harapkan demi kesempurnaan kami dalam
menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:
Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi, et al. 2006 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta
Contoh-Contohnya. Yogyakarta: Gava Media
Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press
[1] Suharsini. Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006) hlm. 106
[2] Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011)
hlm. 24
[3] Ibid, hlm. 29
[4] Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindaka Sekolah Besrta
Contoh-contohnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6
[5] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV.
YRAMA WIDYA, 2006) hlm. 18
[6] Suharsini Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT:
Bumi Aksara, 2006) hlm. 106
[7]Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta
contoh-contohnya, (Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar