Sebuah pengembaraan menghayati sulaman indah Asma'ul Husna: Ayat Kauniah alam semesta baik alam syahadah maupun alam Ghaib, Ayat al Qur'an yang menjelaskan hakikat antero alam, Insan Kamil nan sempurna Nabi Muhammad SAW serta orang yang mengikuti jejak sang Nabi, para Ulama dan Arifbillah yang menjadi lokus cermin Nama-Nama
Senin, 29 September 2014
Bukanlah Istimewa
"Bukanlah sesuatu yang istimewa jika seseorang merasa kurang amal, sedangkan dia benar-benar berada dalam kekurangan. Tetapi sesuatu yang istimewa adalah jika merasa kurang amal padahal ia telah berusaha sekuat tenaga"
(HABIB ABDULLAH BIN ALAWI AL HADDAD)
Minggu, 28 September 2014
Jumat, 26 September 2014
Cara Pandang Terhadap Dunia
TINDAKAN KITA SEBATAS KITA MEMANDANG DUNIA
Bila anda memandang diri anda kecil, dunia akan tampak sempit, dan tindakan anda pun menjadi kerdil.Namun, apabila anda memandang diri anda besar (bukan dalam wadah egoisme dan kesombongan), dunia terlihat luas, andapun melakukan hal-hal penting dan berharga.
Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia. Sementara dunia anda tak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan-kebaikan yang ada dalam pikiran kita. Padahal dunia tak butuh penilaian apa-apa dari kita. Ia hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat. Ia menggemakan apa yang ingin kita dengar. Bila kita takut menghadapi dunia, sesungguhnya kita takut menghadapi diri kita sendiri.
Maka, bukan soal apakah kita berprasangka positif atau negatif terhadap diri sendiri. Melampaui di atas itu, kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya. Dan duniapun menampakkan realitanya yang selama ini tersembunyi dibalik penilaian-penilaian kita. (Dikutip dari Kumpulan Motivasi)
Label:
Ta'lim Kata-Kata Bijak
Jumat, 12 September 2014
Teknik Cepat
CARA CEPAT BACA KITAB KUNING
CARA CEPAT
BISA BACA KITAB 30 JAM
Metode ”Al-Masyhadiy”
MODUL GRAMATIKA BAHASA ARAB
BISA BACA KITAB 30 JAM
Metode ”Al-Masyhadiy”
MODUL GRAMATIKA BAHASA ARAB
Edisi ke-VIII KATA PENGANTAR PENULIS
الحـمد لله الذي عـلـم بالقلم عـلـم
الانسان ما لم يعـلـم والصلاة والسـلام على اشـرف الأمـم سـيدنا ومـولانا
محـمد ذي الخلق الكـريم الأكرم وعلى آلـه واصـحابه الذين جـاهدوا في سبيل
الله الأعظم وبـعـد
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan `inayah kepada kami sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam Allah semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh umat beliau.
Sebelumnya perlu kami sampaikan bahwa buku ini direkomendasikan bagi mereka yang sudah lancar membaca teks Arab berharokat. Penulisan buku ini kami maksudkan sebagai salah satu upaya membantu mereka yang baru belajar bahasa Arab. dan ingin segera bisa membaca kitab kuning (kitab dengan teks bahasa Arab tanpa harokat) dengan benar menurut kaidah tata bahasa Arab. Serta dapat memahami maksud dan mampu menjelaskannya kepada orang lain. Terutama kepada kaum muslimin yang ingin mempelajari Islam lebih mendalam melalui kitab-kitab berbahasa Arab gundul (tanpa harokat).
Istilah-istilah dan pengertian yang ada di dalam tata bahasa Indonesia secara umum seperti kata benda, kata kerja, subjek, predikat, objek dan pengertiannya sering sengaja kami singgung dengan maksud agar apa yang sedang kami terangkan dapat dimengerti secara lebih jelas. Oleh karenanya kami berharap orang yang mempelajari buku ini hendaknya telah menguasai atau setidaknya mengenal sedikit istilah-istilah kebahasaan yang umum.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan penulisan buku ini, baik bantuan berupa ide, materi maupun motifasi. Diantara mereka yang paling berperan adalah :
1. Guru-guru kami :
o Hadhrotus Syaikh KH. Ali Makshum (alm.), Yogyakarta
o Hadhrotus Syaikh KH. Maimun Zubair, Sarang Rembang
o Hadhrotus Syaikh KH. Ahsan Sholeh (alm), Jepara
2. Ayahanda KH. Imron Masyhadiy yang selalu memberikan bimbingan.
3. Ibunda Hj. Hamidah, kakak dan adik-adikku yang selalu memotifasi penulis dalam menyelesaikan penulisan buku ini
4. Teman-teman serta beberapa pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatunya disini.
Mudah-mudahan semua kontribusi amal mereka terhadap metode dan penulisan buku ini mendapat pahala yang besar dari Allah swt, di dunia hingga di akhirat.
Kami berharap semoga penulisan buku ini dapat bermanfaat bagi pendidikan Islam, khususnya pendidikan bahasa Arab, serta menjadi amal baik kami di dunia dan di akhirat. Amin.
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan `inayah kepada kami sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam Allah semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh umat beliau.
Sebelumnya perlu kami sampaikan bahwa buku ini direkomendasikan bagi mereka yang sudah lancar membaca teks Arab berharokat. Penulisan buku ini kami maksudkan sebagai salah satu upaya membantu mereka yang baru belajar bahasa Arab. dan ingin segera bisa membaca kitab kuning (kitab dengan teks bahasa Arab tanpa harokat) dengan benar menurut kaidah tata bahasa Arab. Serta dapat memahami maksud dan mampu menjelaskannya kepada orang lain. Terutama kepada kaum muslimin yang ingin mempelajari Islam lebih mendalam melalui kitab-kitab berbahasa Arab gundul (tanpa harokat).
Istilah-istilah dan pengertian yang ada di dalam tata bahasa Indonesia secara umum seperti kata benda, kata kerja, subjek, predikat, objek dan pengertiannya sering sengaja kami singgung dengan maksud agar apa yang sedang kami terangkan dapat dimengerti secara lebih jelas. Oleh karenanya kami berharap orang yang mempelajari buku ini hendaknya telah menguasai atau setidaknya mengenal sedikit istilah-istilah kebahasaan yang umum.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan penulisan buku ini, baik bantuan berupa ide, materi maupun motifasi. Diantara mereka yang paling berperan adalah :
1. Guru-guru kami :
o Hadhrotus Syaikh KH. Ali Makshum (alm.), Yogyakarta
o Hadhrotus Syaikh KH. Maimun Zubair, Sarang Rembang
o Hadhrotus Syaikh KH. Ahsan Sholeh (alm), Jepara
2. Ayahanda KH. Imron Masyhadiy yang selalu memberikan bimbingan.
3. Ibunda Hj. Hamidah, kakak dan adik-adikku yang selalu memotifasi penulis dalam menyelesaikan penulisan buku ini
4. Teman-teman serta beberapa pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatunya disini.
Mudah-mudahan semua kontribusi amal mereka terhadap metode dan penulisan buku ini mendapat pahala yang besar dari Allah swt, di dunia hingga di akhirat.
Kami berharap semoga penulisan buku ini dapat bermanfaat bagi pendidikan Islam, khususnya pendidikan bahasa Arab, serta menjadi amal baik kami di dunia dan di akhirat. Amin.
Pekalongan, 24 Agustus 2004
ABDULLAH ZAIN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PENULIS 1
DAFTAR ISI 3
PELAJARAN KE – I (KATA) 4
PELAJARAN KE – II (ISIM) 5
PELAJARAN KE – III (I`ROB DAN I`ROB KALIMAT ISIM)……………………………………. 8
PELAJARAN KE – IV (ISIM MAQSHUR DAN ISIM MANQUSH) 10
PELAJARAN KE – V (ISIM – ISIM YANG MABNIY) 11
PELAJARAN KE – VI (ISIM GHOIRU MUNSHORIF) 12
PELAJARAN KE – VII (`ADAD) 13
PELAJARAN KE – VIII (HURUF JARR, IDLOFAH, DAN ASMA` KHOMSAH) 13
PELAJARAN KE – IX (KATA KERJA; FI`IL MADHIY, FI`IL MUDHORI`, FI`IL AMR) 16
PELAJARAN KE – X (FI`IL MUDHORI` MU`TALL) 22
PELAJARAN KE – XI (FA`IL) 22
PELAJARAN KE – XII (FI`IL MUTA`ADDIY, FI`IL LAZIM DAN MAF`UL BIH) 25
PELAJARAN KE – XIII (NA’IBUL FA’IL) 26
PELAJARAN KE – XIV (MUBTADA` DAN KHOBAR MUBTADA`) 28
PELAJARAN KE – XV (SHIFAT DAN MAUSHUF, KHAL DAN SOHIBUL KHAL) 32
PELAJARAN KE – XVI (KANA DAN AKHOWATNYA) 34
PELAJARAN KE – XVII (INNA DAN AKHOWATNYA) 36
PELAJARAN KE – XVIII (HURUF `ATOF, MA`THUF DAN MA`THUF `ALAIH) 37
PELAJARAN KE – XIX (TAUKID DAN BADAL) 38
PELAJARAN KE – XX (MAF`UL MUTHLAQ) 39
PELAJARAN KE – XXI (DHOROF ZAMAN DAN DHOROF MAKAN) 40
PELAJARAN KE – XXII (TAMYIZ) 41
PELAJARAN KE – XXIII (ISTITSNA`) 42
PELAJARAN KE – XXIV (`LA` NAFIY JINIS) 43
PELAJARAN KE – XXV (FI`IL MU`AWWAL DAN ISIM MU`AWWAL) 44
PELAJARAN KE – XXVI (MAF`UL LI AJLIH) 45
بسـم الله الرحـمن الرحـيم
1. Kata di dalam tata bahasa Arab dibagi 3, yaitu:
a) Isim, maksudnya Kata Benda
Contoh :
– مُحَمَّدٌ artinya : Muhammad
– كِتَابٌ artinya : buku
– نَصْرٌ artinya : pertolongan (kata benda), menolong (pembendaan kata kerja)
b) Fi`il, maksudnya Kata Kerja
Contoh :
– نَصَرَ artinya : (sudah) menolong
– يَنْصُرُ artinya : (sedang /akan) menolong
a) Isim, maksudnya Kata Benda
Contoh :
– مُحَمَّدٌ artinya : Muhammad
– كِتَابٌ artinya : buku
– نَصْرٌ artinya : pertolongan (kata benda), menolong (pembendaan kata kerja)
b) Fi`il, maksudnya Kata Kerja
Contoh :
– نَصَرَ artinya : (sudah) menolong
– يَنْصُرُ artinya : (sedang /akan) menolong
c) Harf (Partikel. Belum dikategorikan kata))
Selain isim dan fi`il disebut kharf (sering disebut `huruf`). Barangkali maksudnya adalah partikel dalam terminologi ilmu Nahwu.
Contoh : و (dan), فَ ( maka ), مِنْ ( dari ), اِلَى ( ke ).
Di dalam tata bahasa Indonesia contoh-contoh di atas termasuk kategori `kata`. Yakni kata depan, kata sambung, dll. Tetapi kata yang demikian di dalam tata bahasa Arab dianggap `masih` dalam kategori partikel, karena dalam keadaan sendirian tidak memberikan pemahaman yang jelas. Oleh karenanya `huruf` tidak bisa disampaikan tanpa disertai kata benda atau kata kerja. Jadi penyampaian `huruf` harus disertai isim, atau fi`il.
Selain isim dan fi`il disebut kharf (sering disebut `huruf`). Barangkali maksudnya adalah partikel dalam terminologi ilmu Nahwu.
Contoh : و (dan), فَ ( maka ), مِنْ ( dari ), اِلَى ( ke ).
Di dalam tata bahasa Indonesia contoh-contoh di atas termasuk kategori `kata`. Yakni kata depan, kata sambung, dll. Tetapi kata yang demikian di dalam tata bahasa Arab dianggap `masih` dalam kategori partikel, karena dalam keadaan sendirian tidak memberikan pemahaman yang jelas. Oleh karenanya `huruf` tidak bisa disampaikan tanpa disertai kata benda atau kata kerja. Jadi penyampaian `huruf` harus disertai isim, atau fi`il.
———–o0o——–
1. ISIM MUFROD
Yaitu: Kata benda berisi satu (Kata benda tunggal)
(Berisi satu benda, mencakup semua benda hidup : manusia, hewan, ataupun tumbuh-tumbuhan, dan benda mati, kongkrit ataupun abstrak).
Contoh :
مُحَمَّدٌ artinya ; (seorang) Muhammad عَائِشَةُ artinya ; (seorang) Aisyah
كِتَابٌ artinya ; (sebuah) buku صَلآةٌ artinya ; (satu) sholat
تِلْمِيْذٌ artinya ; (seorang) siswa تِلْمِيْذَةٌ artinya ; (seorang) siswi
جَمِيْـلٌ artinya ; (seorang) yang tampan جَمِيْـلـَةٌ artinya ; (seorang) yang cantik
بَيْتٌ artinya ; (satu) rumah مَدْرَسَةٌ artinya ; (satu) sekolah
a) Isim mufrod yang berakhiran huruf ta` bulat menunjukkan mu`annats (orang perempuan), contoh : عَائِشَةُ , تِلْمِيْذَة ٌ , ذَكِيَّة ٌ
Jika benda itu bukan orang seperti kata مَدْرَسَةٌ , dan صَلآةٌ misalnya, maka dianggap perempuan, karena berakhiran ة (ta` bulat)
b) Isim mufrod yang huruf belakangnya bukan ta` bulat menunjukkan mudzakkar (orang laki-laki),
Contoh : مُحَمَّدٌ ,تِلْمِيْذ ٌ ,ذَكِيٌّ .
Jika benda tersebut bukan orang, seperti كِتَا بٌ , dan مَسْجِدٌ misalnya, maka dianggap laki-laki karena tidak berakhiran ta` bulat.
Kata benda perempuan diistilahkan isim muannats ( مُؤَنّـَثْ ), dan kata benda laki-laki diistilahkan isim mudzakkar ( مُذَكَّرْ ).
Catatan :
Isim mufrod harus di-tanwin (harokat ganda). Contoh : خَــالِدٌ ,تِلْمِيْذ ٌ , جَمِيْـلٌ kecuali,
1) Jika ada اَلْ (-nya). Contoh : اَلْجَمِيْلُ , اَلْجَمِيْـلَة ُ , اَلـتّـِلْمِيْذ ُ , اَلتّـِلْمِيْذَة ُ. atau
2) Jika posisinya mudhof, yakni posisinya terletak di depan di dalam kata terusan (: kata rangkaian, kita mengenalnya dengan istilah hukum DM. Yakni Diterangkan dan Menerangkan, hampir mirip kata majemuk).
Contoh : kata مَاءُ pada kata terusan مَاءُ الْبَحْرِ ; air laut.
(lebih jelasnya tentang mudhof silahkan lihat Pelajaran ke-VIII), atau
3) Jika termasuk isim ghoiru munshorif. Yakni kategori isim yang tidak boleh di-tanwin seperti : أَحْمَدُ , فَاطِمَة ُ , مَكَّة ُ . Maka isim mufrod tersebut tidak boleh di-tanwin.
(tentang isim ghoiru munshorif akan dijelaskan pada Pelajaran ke-VI )
Isim mufrod harus di-tanwin (harokat ganda). Contoh : خَــالِدٌ ,تِلْمِيْذ ٌ , جَمِيْـلٌ kecuali,
1) Jika ada اَلْ (-nya). Contoh : اَلْجَمِيْلُ , اَلْجَمِيْـلَة ُ , اَلـتّـِلْمِيْذ ُ , اَلتّـِلْمِيْذَة ُ. atau
2) Jika posisinya mudhof, yakni posisinya terletak di depan di dalam kata terusan (: kata rangkaian, kita mengenalnya dengan istilah hukum DM. Yakni Diterangkan dan Menerangkan, hampir mirip kata majemuk).
Contoh : kata مَاءُ pada kata terusan مَاءُ الْبَحْرِ ; air laut.
(lebih jelasnya tentang mudhof silahkan lihat Pelajaran ke-VIII), atau
3) Jika termasuk isim ghoiru munshorif. Yakni kategori isim yang tidak boleh di-tanwin seperti : أَحْمَدُ , فَاطِمَة ُ , مَكَّة ُ . Maka isim mufrod tersebut tidak boleh di-tanwin.
(tentang isim ghoiru munshorif akan dijelaskan pada Pelajaran ke-VI )
2. ISIM MUTSANNA
Yaitu: Kata benda berisi dua, ciri-cirinya: isim tersebut berakhiran alif nun atau ya` nun. (nun berharokat kasroh, dibaca; ani / aini)
Contoh :
رَجُلآنِ , رَجُلَيْنِ artinya ; dua orang lelaki
قِسْمَانِ , قِسْمَيْنِ artinya ; dua bagian
مَرَّتَانِ , مَرَّتَيْـنِ artinya ; dua kali
3. JAMA` MUDZAKKAR SALIM
Yaitu: Kata benda berisi orang laki-laki banyak, ciri-cirinya : isim berakhiran huruf wawu nun atau ya` nun. (nun berharokat fatkhah, dibaca; una / ina).
Contoh :
اَلْـفَـائِزُوْنَ , اَلْـفَـائِزِيْنَ artinya ; Orang-orang yg beruntung (lk)
اَلْـمُؤْمِنُوْنَ , اَلْـمُؤْمِنِيْنَ artinya ; Orang yg beriman (lk)
اَلْـمُكَرَّمُوْنَ , اَلْـمُكَرَّمِيْنَ artinya ; Orang-orang yg dimuliakan (lk)
Jama` mudzakkar salim merupakan jama` khusus untuk orang laki-laki.
4. JAMA` MU`ANNATS SALIM
Yaitu: Kata benda berisi orang perempuan banyak, ciri-cirinya : isim berakhiran huruf alif dan ta` terbuka ( ات , dibaca ; atun / atin ).
Contoh :
حَاضِرَاتٌ artinya ; Orang-orang yang hadir (pr)
مُسْلِمَا تٍ artinya ; Orang-orang Islam (pr)
مْؤمِنَا تٍ artinya ; Orang-orang yang beriman (pr)
Catatan :
Sebagaimana isim mufrod, Jama` mu`annats salim juga harus di-tanwin, kecuali:
a) Jika ada اَلْ (-nya), atau
b) Jika posisinya mudhof, atau
c) Jika termasuk isim ghoiru munshorif. Maka ia tidak boleh di-tanwin
Jama` mu`annats salim merupakan jama` khusus untuk orang perempuan.
Sebagaimana isim mufrod, Jama` mu`annats salim juga harus di-tanwin, kecuali:
a) Jika ada اَلْ (-nya), atau
b) Jika posisinya mudhof, atau
c) Jika termasuk isim ghoiru munshorif. Maka ia tidak boleh di-tanwin
Jama` mu`annats salim merupakan jama` khusus untuk orang perempuan.
5. JAMA` TAKSIR (Kata benda jamak tak beraturan)
Jama` taksir adalah kata benda berisi banyak (tidak dikhususkan untuk jenis kelamin tertentu), merupakan bentuk jama` dari isim mufrod secara tak beraturan.
Jama` mudzakkar salim merupakan bentuk jama` dari isim mufrod mudzakkar (orang laki – laki) dengan cara menambahkan huruf wawu nun atau ya` nun dibelakangnya (dibaca: una/ina). Dan Jama` mu`annats salim merupakan bentuk jama` dari isim mufrod mu`annats (orang perempuan) dengan cara menambahkan huruf alif dan ta` terbuka di belakangnya (dibaca : atun/atin). Dengan demikian bentuk jama`-nya beraturan.
Jadi jama` mudzakkar salim berisi orang laki-laki, dan jama` mu`annats salim berisi orang perempuan, sedangkan isi jama` taksir tidak beraturan. Ada yang berisi orang laki-laki, ada yang berisi orang perempuan, ada yang berisi benda (bukan orang), bahkan ada yang campuran.
Seperti :
رِجَا لٌ ; orang-orang lelaki {jama` dari isim mufrod رَجُلٌ (org, lk)}
نِسَا ءٌ ; orang-orang perempuan {jama` dari isim mufrod نِسْــوَةٌ (org, pr)}
بُيُوْتٌ ; rumah-rumah {jama` dari isim mufrod بَيْتٌ (benda, bukan org)}
Cara membuat isim mufrod menjadi jama`
taksir-pun tidak beraturan. Ada yang harokat-nya dirubah, ada yang
hurufnya dikurangi, ada yang ditambah dsb. Sehingga jama` ini disebut
jama` tak beraturan. Untuk mengetahui bahwa kata tersebut adalah jama`
taksir sebaiknya diingat.
Contoh :
جُلُوْدٌ ; kulit-kulit (jama` taksir dari isim mufrod جِلْدٌ ; kulit)
أَحْجَارٌ ; batu-batu (jama` taksir dari isim mufrod حَجَرٌ ; batu)
مِيَاهٌ ; air-air (jama` taksir dari isim mufrod مَـاءٌ ; air)
Contoh :
جُلُوْدٌ ; kulit-kulit (jama` taksir dari isim mufrod جِلْدٌ ; kulit)
أَحْجَارٌ ; batu-batu (jama` taksir dari isim mufrod حَجَرٌ ; batu)
مِيَاهٌ ; air-air (jama` taksir dari isim mufrod مَـاءٌ ; air)
Catatan :
Sebagaimana isim mufrod dan jama` mu`annats salim, jama` taksir juga harus di-tanwin, kecuali ;
a) Jika ada الْ , atau
b) Jika berposisi Mudhof, atau
c) Jika termasuk Isim Ghoiru Munshorif. Maka ia tidak boleh di-tanwin
Kata ganti dan kata tunjuk bagi jama` taksir disesuaikan (menggunakan yang jama`, serta sesuai peruntukan jenis kelaminnya). Kecuali jika jama` taksir tersebut isinya bukan orang, maka kata ganti dan kata tunjuknya cukup menggunakan kata yang mufrod yang mu`annats (untuk perempuan yang tunggal).
Sebagaimana isim mufrod dan jama` mu`annats salim, jama` taksir juga harus di-tanwin, kecuali ;
a) Jika ada الْ , atau
b) Jika berposisi Mudhof, atau
c) Jika termasuk Isim Ghoiru Munshorif. Maka ia tidak boleh di-tanwin
Kata ganti dan kata tunjuk bagi jama` taksir disesuaikan (menggunakan yang jama`, serta sesuai peruntukan jenis kelaminnya). Kecuali jika jama` taksir tersebut isinya bukan orang, maka kata ganti dan kata tunjuknya cukup menggunakan kata yang mufrod yang mu`annats (untuk perempuan yang tunggal).
Kesimpulan
Kata benda menurut jenis kelaminnya dibagi 2 :
1. مُذَكَّـرْ (Orang laki-laki, atau benda yang dianggap lelaki).
Ciri-ciri ; huruf belakangnya bukan ta`.
2. مُؤَنّـَثْ (Orang perempuan, atau benda yang dianggap perempuan).
Ciri-ciri : huruf belakangnya berupa ta` bulat, dan alif ta` terbuka).
Kata benda menurut jumlah isinya dibagi 3 ;
1. Isim mufrod (berisi satu)
2. Isim mutsanna (berisi dua)
3. Jama` (berisi banyak)
Isim mufrod, Jama` mu`annats salim, dan Jama` taksir harus di-tanwin, kecuali jika; ada اَلْ, atau berposisi mudhof, atau termasuk isim ghoiru munshorif.
1. مُذَكَّـرْ (Orang laki-laki, atau benda yang dianggap lelaki).
Ciri-ciri ; huruf belakangnya bukan ta`.
2. مُؤَنّـَثْ (Orang perempuan, atau benda yang dianggap perempuan).
Ciri-ciri : huruf belakangnya berupa ta` bulat, dan alif ta` terbuka).
Kata benda menurut jumlah isinya dibagi 3 ;
1. Isim mufrod (berisi satu)
2. Isim mutsanna (berisi dua)
3. Jama` (berisi banyak)
Isim mufrod, Jama` mu`annats salim, dan Jama` taksir harus di-tanwin, kecuali jika; ada اَلْ, atau berposisi mudhof, atau termasuk isim ghoiru munshorif.
———–o0o———
Di dalam tata bahasa Arab status kata benda (isim) di dalam struktur kalimat diklasifikasikan menurut tingkat peranannya. Klasifikasi status kata ini diistilahkan I`rob. Status subjek dan predikat diklasifikasikan ke dalam kategori primer karena merupakan status yang berperan pokok di dalam kalimat. Sedangkan status pelengkap (yakni : objek dan keterangan) diklasifikasikan ke dalam kategori sekunder karena fungsinya hanya sebatas memperjelas. Selebihnya untuk status yang lain diklasifikasikan ke dalam kategori tertier. Di dalam ilmu nahwu kategori primer diistilahkan i`rob rofa`(penting), kategori sekunder diistilahkan i`rob nashob (sedang), dan kategori tertier diistilahkan i`rob jarr (kurang).
Jadi i`rob isim ada 3 macam, yaitu ;
1. I`rob Rofa` (kategori penting)
2. I`rob Nashob (kategori sedang)
3. I`rob Jarr (kategori kurang)
(tentang status-status di dalam tata bahasa arab akan dijelaskan pada pelajaran-pelajaran selanjutnya).
Selanjutnya kategori status kata ini
(yakni i`rob rofa`, i`rob nashob, dan i`rob jarr) ditunjukkan dengan
tanda pada akhir kata. Ada yang ditandai dengan harokat dan ada yang
ditandai dengan tambahan huruf-huruf tertentu.
• Berikut ini adalah tanda i`rob isim
ISIM I`ROB TANDA Contoh (lk) Contoh (pr)
Mufrod Rofa` -ُ تِلْمِيْذٌ اَلتِّلْمِيْذُ تِلْمِيْذَةٌ اَلتِّلْمِيْذَةُ
Nashob -َ تِلْمِيْذاً اَلتِّلْمِيْذَ تِلْمِيْذَةً اَلتِّلْمِيْذَةَ
Jarr -ِ تِلْمِيْذٍ اَلتِّلْمِيْذِ تِلْمِيْذَةٍ اَلتِّلْمِيْذُةِ
Mutsanna Rofa` انِ تِلْمِيْذَانِ اَلتِّلْمِيْذَانِ تِلْمِيْذَتَانِ اَلتِّلْمِيْذَتَانِ
Nashob يْنِ تِلْمِيْذَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَيْنِ تِلْمِيْذَتَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَتَيْنِ
Jarr يْنِ تِلْمِيْذَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَيْنِ تِلْمِيْذَتَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَتَيْنِ
Jama`
Mudzakkar
Salim Rofa` وْنَ تِلْمِيْذُوْنَ اَلتِّلْمِيْذُوْنَ X X
Nashob يْنَ تِلْمِيْذِيْنَ اَلتِّلْمِيْذِيْنَ X X
Jarr يْنَ تِلْمِيْذِيْنَ اَلتِّلْمِيْذِيْنَ X X
Jama`
Mu`annats
Salim Rofa` -ُ X X تِلْمِيْذَاتٌ اَلتِّلْمِيْذَاتُ
Nashob -ِ X X تِلْمِيْذَاتٍ اَلتِّلْمِيْذاتِ
Jarr -ِ X X تِلْمِيْذَاتٍ اَلتِّلْمِيْذَاتِ
Jama`
Taksir Rofa` -ُ رِجَالٌ الرِّجَالُ نِسَاءٌ اَلنِّسَاءُ
Nashob -َ رِجَالاً الرِّجَالَ نِسَاءً اَلنِّسَاءَ
Jarr -ِ رِجَالٍ الرِّجَالِ نِسَاءٍ اَلنِّسَاءِ
• Berikut ini adalah tanda i`rob isim
ISIM I`ROB TANDA Contoh (lk) Contoh (pr)
Mufrod Rofa` -ُ تِلْمِيْذٌ اَلتِّلْمِيْذُ تِلْمِيْذَةٌ اَلتِّلْمِيْذَةُ
Nashob -َ تِلْمِيْذاً اَلتِّلْمِيْذَ تِلْمِيْذَةً اَلتِّلْمِيْذَةَ
Jarr -ِ تِلْمِيْذٍ اَلتِّلْمِيْذِ تِلْمِيْذَةٍ اَلتِّلْمِيْذُةِ
Mutsanna Rofa` انِ تِلْمِيْذَانِ اَلتِّلْمِيْذَانِ تِلْمِيْذَتَانِ اَلتِّلْمِيْذَتَانِ
Nashob يْنِ تِلْمِيْذَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَيْنِ تِلْمِيْذَتَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَتَيْنِ
Jarr يْنِ تِلْمِيْذَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَيْنِ تِلْمِيْذَتَيْنِ اَلتِّلْمِيْذَتَيْنِ
Jama`
Mudzakkar
Salim Rofa` وْنَ تِلْمِيْذُوْنَ اَلتِّلْمِيْذُوْنَ X X
Nashob يْنَ تِلْمِيْذِيْنَ اَلتِّلْمِيْذِيْنَ X X
Jarr يْنَ تِلْمِيْذِيْنَ اَلتِّلْمِيْذِيْنَ X X
Jama`
Mu`annats
Salim Rofa` -ُ X X تِلْمِيْذَاتٌ اَلتِّلْمِيْذَاتُ
Nashob -ِ X X تِلْمِيْذَاتٍ اَلتِّلْمِيْذاتِ
Jarr -ِ X X تِلْمِيْذَاتٍ اَلتِّلْمِيْذَاتِ
Jama`
Taksir Rofa` -ُ رِجَالٌ الرِّجَالُ نِسَاءٌ اَلنِّسَاءُ
Nashob -َ رِجَالاً الرِّجَالَ نِسَاءً اَلنِّسَاءَ
Jarr -ِ رِجَالٍ الرِّجَالِ نِسَاءٍ اَلنِّسَاءِ
Catatan tambahan :
Ciri-ciri sederhananya…. Isim yang tidak berakhiran ان , ين , ون , ات berarti isim mufrod atau jama` taksir (selanjutnya lihat kamus). Tanda i`rob kedua isim ini sama.
Ciri-ciri sederhananya…. Isim yang tidak berakhiran ان , ين , ون , ات berarti isim mufrod atau jama` taksir (selanjutnya lihat kamus). Tanda i`rob kedua isim ini sama.
———–o0o———
1. ISIM MAQSHUR
Isim mufrod dan jama` taksir ada yang huruf belakangnya berupa alif maqshur, yakni alif bengkok (ى) dan huruf sebelumnya ber-harokat fathah. Seperti ;
الفَتَى ; pemuda, الهُدَى ; petunjuk, الْمُسْتَشْفَى; rumah sakit.
Isim yang demikian diistilahkan isim maqshur.
Semua tanda i`rob pada isim maqshur (rofa`: dhommah, nashob : fatkhah, Jarr : kasroh) tidak diperlihatkan (karena alif bengkok tidak boleh di-harokat-i). Sehingga dalam keadaan rofa`, nashob, maupun jarr bentuk tulisannya sama (alif bengkok tidak menyandang harokat).
Ketika isim maqshur harus di-tanwin maka tanwin diletakkan pada huruf sebelum alif bengkok (dengan sendirinya menjadi tanwin fatkhah), seperti; فَتًى ,هُدًى , مُسْتَشْفًى.
Agar diingat bahwa Alif bengkok ditulis menjadi alif berdiri ketika bergandeng dengan isim dhomir (kata ganti orang).
Contoh : كُنْ فَتًى يَدْعُوْ الى هُدَاهُ (Jadilah pemuda yang menyeru pada petunjuk-Nya)
2. ISIM MANQUSH
Isim mufrod dan jama` taksir ada yang huruf belakangnya berupa ya` manqush, yakni ya` tanpa tasydid (ي) dan huruf sebelumnya ber-harokat kasroh.
Contoh : المُسْتَنْجِيَ , مُسْتَنْجِيًا , دَاعِيًا .
Isim yang berakhiran ya` manqush diistilahkan isim manqush.
Tanda i`rob yang diperlihatkan hanya yang fatkhah (: tanda i`rob nashob, seperti tiga contoh di atas). Untuk tanda i`rob rofa` berupa dhommah dan tanda i`rob jarr berupa kasroh tidak ditampakkan. Contoh: المُسْتَنْجِي اِلَى, الدَّاعِي , (Ya` manqush tidak boleh di-harokat-i dhommah dan kasroh. Sehingga ketika harus di-tanwin dhommah atau tanwin kasroh maka tanwin yang mestinya diletakkan pada ya` dipindah diletakkan pada huruf sebelum ya` (dengan sendirinya menjadi tanwin kasroh). Dan selanjutnya huruf ya` dihilangkan (karena kata tersebut sudah diakhiri dengan tanwin).
Contoh i`rob rofa` : مُسْتَنْجٍ . Contoh i`rob jarr : قَاضٍ .
Cermati lagi kedua contoh isim manqush di atas. Sebenarnya yang satu bertanda dhommah dan satunya lagi bertanda kasroh (pada ya`).
Banyak isim mufrod dan jama` taksir yang berbentuk maqshur dan manqush.
———–o0o———
Ada beberapa kelompok isim yang bacaannya tidak terpengaruh oleh i`rob (apapun kategori statusnya di dalam kalimat). Di dalam ilmu nahwu disebut mabniy, yakni tetap (konstan).
Berikut ini adalah kelompok-kelompok isim yang mabniy, yaitu :
1. Isim Dhomir (Kata Ganti Orang)
Seperti : هُوَ ; dia (lk), هُ ; dia (lk), هِيَ ; dia (pr), هَا ; dia (pr), هُمْ ; mereka (lk).
2. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
Seperti : هذاَ ; ini (lk), هذِ هِ ; ini (pr), ذَلِكَ ; itu (lk), تِلْكَ ; itu (pr), ثَمَّ ; itu
3. Isim Maushul (Kata Benda Relatif)
Seperti : مَا artinya ; Sesuatu مَنْ artinya ; Seseorang (lk)
اَلَّذِيْ artinya ; Seseorang (lk) اَلَّتِيْ artinya ; Seseorang (pr)
4. Isim Adat Syarath ( Kata Kondisional)
Seperti ; مَنْ yang diartikan ; Barang siapa, مَا bisa diartikan ; Apapun
5. Isim `Adat Murokkab ( Hitungan ‘belasan’ selain dua belas)
Seperti : اَحَدَ عَشَرَ (sebelas), تِسْعَةَ عَشَرَ (sembilan belas)
6. Isim Istifham (Kata Tanya)
Seperti : مَا / مَاذَ yang diartikan ; Apa?. مَنْ yang diartikan ; Siapa?
7. Isim Fi`il
Seperti : أَ مِـيْنْ artinya ; Kabulkanlah! do`a kami
لَبَّيْكَ artinya ; Aku penuhi panggilanmu
———–o0o———
Ada isim mufrod dan jama` taksir yang dikategorikan ke dalam kelompok isim ghoiru munshorif (yakni tidak menerima tanwin, dikarenakan adanya faktor kemiripan dengan fi`il). Sehingga isim mufrod dan jama` taksir kategori isim ghoiru munshorif ini tidak boleh di-tanwin. Dan i`rob jarr-nya tidak ditandai dengan harokat kasroh, melainkan dengan harokat fatkhah.
Yaitu:
1. Nama (Nama orang/nama hewan/nama daerah dsb.) yang :
a. Berakhiran Ta` bulat (ة). Contoh : عَا ئِشَةَ, فَاطِمَةَ, مَكَّةَ, مَدِيْنَةَ dll.
b. Menyerupai wazan fi`il. Contoh : أَحْمَدُ , يَزِيْدُ , يَشْكُر dll.
c. Bukan dari bahasa Arab. Contoh : اِبْرَاهِـيْمُ , اِسْمَاعِـيْلُ, يُوْسُفُ dll.
d. Perempuan Terdiri dari 4 (empat) huruf atau lebih. Contoh : مَرْيَمُ , زَيْـنـَبُ
e. Berakhiran alif dan nun ( ان…). Contoh : سُبْحَانَ , رَمَضَانَ , عِمْرَانَ
f. Plesetan, Contoh : عُمَرَ (plesetan dari kata عَامِرٍ)
2. Sifat yang :
a. Bentuknya menyerupai fi`il Contoh : أَسْوَدُ , أَكْبَرُ, أَشَدُّ, أَهَمُّ dll.
b. Berakhiran alif dan nun ( ان…..). Contoh : سَكْرَانَ , رَحْمنُ dll
3. Mengikuti irama kata مَسَاجِدُ dan irama kata تَلآمِيْذ ُ Contoh : طَبَاشِيْرُ
4. Jumlah hurufnya 4 atau lebih, sedangkan huruf belakang berupa alif hamzah
Contoh ; أَشْيَاءَ , صَحْرَاءَ , نُفَسَاءَ dll.
Isim Ghoiru munshorif dikembalikan ke asalnya, dalam artian dikembalikan menjadi isim mufrod atau jama` taksir biasa (i`rob jarr nya ditandai dengan harokat kasroh) jika :
1. ada ال-nya. atau
2. Berposisi Mudhof.
———–o0o———-
Bilangan 11 hingga 19 (hitungan `belasan`), tersusun seakan-akan menjadi satu kata (di dalam tata bahasa Indonesia dikenal dengan kalimat majemuk). Ditulis satuan terlebih dulu, baru puluhan, disebut `Adat murokkab.
Contoh:
– والاِغْتِسَالاتُ الْمَسْنـُوْنَةُ سَبْعَة َ عَشَرَ (mandi yang disunahkan ada tujuh belas).
Dalam keadaan apapun huruf akhir pada satuan dan puluhannya selalu dibaca fatkhah. kecuali pada satuan berupa 2 (dua), yakni kata : اِثْنَانِ , اِثْنَيْنِ , اِثْنَتَانِ , اِثْنَتَيْنِ (di-i`rob sebagaimana isim mutsanna, sedangkan puluhannya tetap ber-harokat fatkhah (عَشَرَ …….)
Selanjutnya Nun dihilangkan karena posisinya mudhof. (Kata ini dianggap belum selesai disebut, sehingga Nun yang merupakan pembanding tanwin tidak boleh ada di tengah kata. Bukankah tanwin itu letaknya di akhir kata?)
———–o0o———-
1. HURUF JARR
Huruf-huruf jarr mempengaruhi isim (kata benda) disebelah kirinya. Apabila ada isim berada di sebelah kiri huruf – huruf jarr maka isim tadi ber-i`rob Jarr.
Huruf jarr yang sering muncul di dalam bacaan antara lain:
a). مِنْ / عَنْ artinya ; dari f). لِ artinya : kepada/bagi
b). اِ لَى artinya ; ke g). بِ artinya ; dengan
c). عَلَى artinya; di atas/kepada h). وَ untuk bersumpah ; Demi
d). فِيْ artinya ; di dalam i). خَلآ/ عَدَا artinya ; selain
e). كَ artinya ; seperti
Contoh :
مِنْ مَسْجِدٍ artinya; dari masjid عن عَلِيٍّ artinya; dari Ali
اِلى مَدْرَسَةٍ artinya; ke sekolah على مُتَعَلّـِمٍ artinya; kepada siswa
في الفِـقْهِ artinya; di dalam Ilmu Fiqih كَالشَّجَرِ artinya; seperti pohon
لِلصَّـَوَابِ artinya; kepada yang benar باِلدّْبَاغِ artinya; dengan persamakan
وَ الْعَـصْرِ artinya; Demi Masa
Catatan :
• Nun pada huruf Jarr عَنْ dibaca kasroh (عَنِ) jika kata sesudahnya berawalan hamzah washol ( ا ). Contoh : عَنِ الْمُنْكَرٍ , sementara untuk مِنْ Nun-nya dibaca fathah ( مِنَ) Contoh : مِنَ اللّهِ
• Huruf Jarr Li ( لِ ) dibaca La ( لَ ) jika bergandeng dengan isim dhomir selain Ya’ (ي), kata ganti “saya”.
Contoh : لَهُ , لَهَا , لَهُمَا, لَهُمْ , لَهُنَّ , لَنَا , لَكَ , لَكِ , لَكُمَا , لَكُمْ , لَكُنَّ
2. NAZ`UL KHOFIDZ (Membuang Huruf Jarr)
a).لُغـَةً artinya; menurut bahasa e). عَادَةً artinya ; biasanya
b). اِصْطِلآحًا artinya; menurut istilah f). غَالِبًا artinya ; mayoritas
c). شَرْعًا artinya; menurut syara` g). تَقـْرِيْبًا artinya ; kurang–lebih
d). عَقْـلاً artinya; menurut akal/secara logika
Kata-kata tersebut di atas sering diberlakukan sebagai Naz`ul Khofidz yakni membuang huruf jarr. Sebenarnya ada huruf jarr فِيْ terletak sebelum kata-kata tersebut tapi dihilangkan, selanjutnya kata-kata tersebut di-i`rob nashob sebagai Naz`ul khofidz.
3. IDHOFAH (Kata terusan)
Idhofah adalah kata terusan, terdiri dari dua isim atau lebih yang disatukan, oleh sebab itu di dalam penyampaiannya tidak boleh dipotong/dipisah (hampir seperti kata majemuk). Isim yang posisinya di depan disebut sebagai mudhof, dan yang berposisi di belakang disebut mudhof ilaih.
Contoh : مَاءُ الْبَحْر artinya; air laut. Isim ini merupakan idhofah (kata terusan), مَا ءُ berposisi sebagai mudhof, dan الْبَحْر berposisi sebagai mudhof ilaih-nya.
Mudhof di-i`rob menurut statusnya di dalam kalimat, sedangkan mudhof ilaih di-i`rob Jarr. (berbagai macam status kata dan masing–masing kategori i`rob-nya akan kita pelajari pada pelajaran – pelajaran selanjutnya).
Banyak kata yang berposisi mudhof ilaih, yang di belakangnya diterusi lagi dengan mudhof ilaih.
Contoh: طَعْمُ مَاءِ الْبَحْرِ مِلْحٌ Artinya ; Rasa air laut asin. (Perhatikan skema berikut ini) :
Catatan Penting :
a) Mudhof bukanlah status kata, hanya istilah bagi kata yang posisinya berada di depan dalam kata rangkaian, sehingga i`robnya (rofa`, nashob, atau jarr) tergantung statusnya di dalam kalimat.
b) Penyebutan mudhof tidak boleh dipotong dari mudhof ilaihnya karena dalam hal penyampaian dikehendaki seperti satu kata (hampir seperti kata majemuk)
c) Mudhof tidak boleh di-tanwin
d) Mudhof ilaih di-i`rob Jarr
a) Mudhof bukanlah status kata, hanya istilah bagi kata yang posisinya berada di depan dalam kata rangkaian, sehingga i`robnya (rofa`, nashob, atau jarr) tergantung statusnya di dalam kalimat.
b) Penyebutan mudhof tidak boleh dipotong dari mudhof ilaihnya karena dalam hal penyampaian dikehendaki seperti satu kata (hampir seperti kata majemuk)
c) Mudhof tidak boleh di-tanwin
d) Mudhof ilaih di-i`rob Jarr
4. ASMA` KHOMSAH
Asma` khomsah yaitu : 5 isim spesial berupa بٌ أَ (ayah), اَ خٌ (saudara laki-laki), حَـمٌ (paman), فُ (mulut), dan ذ ُ (yang mempunyai) yang berposisi mudhof, tetapi mudhof ilaihnya bukan isim dhomir Ya’ (ي), kata ganti “saya” (ingat 2 ketentuan syarat ini).
Contoh ; أَبُــوْ بَكْــرٍ , أَبَا شُجَاعٍ, أَبِيْ هُرَيْرةَ dan lain-lain.
Ketiganya tidak digolongkan isim mufrod, tetapi digolongkan asma` khomsah karena posisinya mudhof dan mudhof ilaih-nya bukan isim dhomir ي (Ya` kata ganti saya), sehingga tanda i`rob-nya pun tidak berupa dhommah, fathah, dan kasroh, melainkan berupa huruf wawu (و), alif (ا), dan ya` (ي)
I`rob Asma` khomsah :
Isim I`rob Tanda Contoh
Asma` khomsah Rofa` و أَبٌوْ بَكْرٍ
Nashob ا أَبَا بَكْرٍ
Jarr ي أَبِيْ بَكْرٍ
Penting !
1. Syarat 5(lima) isim spesial tersebut menjadi Asma` khomsah:
1) Posisinya Mudhof
2) Mudhof ilaih-nya bukan isim dhomir Ya` ( ي ) kata ganti `saya`
2. Mudhof ilaih di-i`rob jar
———–o0o———-
Kata kerja di dalam bahasa arab dibagi 3, yaitu :
1. Fi`il Madhiy (kata kerja bentuk lampau)
2. Fi`il Mudhori` (kata kerja sedang/akan dilakukan)
3. Fi`il amr (kata kerja perintah)
1. FI’IL MADHIY
Fi`il Madhiy merupakan dasar dari bentuk-bentuk fi`il lainnya ( fi`il mudhori`, dan fi`il amr), serta beberapa bentuk isim (kata benda), seperti contoh berikut ini.
Contoh :
Isim Fi’il
Isim
zaman/ makan Isim
maf’ul Isim
fa’il Mashdar Fi’il
‘amr Fi’il
mudhori Fi’il
madhiy
مَفْتَحٌ مَفْتُوْحٌ فَاتِحٌ فَتْحًا اِفْتَحْ يَفْتَحُ فَتَحَ
zaman/ makan Isim
maf’ul Isim
fa’il Mashdar Fi’il
‘amr Fi’il
mudhori Fi’il
madhiy
مَفْتَحٌ مَفْتُوْحٌ فَاتِحٌ فَتْحًا اِفْتَحْ يَفْتَحُ فَتَحَ
Mashdar (pembendaan kata kerja), isim
fa`il (subjek pekerjaan), isim maf`ul (objek pekerjaan), isim zaman
(tempat pekerjaan), isim makan (waktu berlangsungnya pekerjaan).
Kebanyakan fi`il madhiy terdiri dari 3 huruf, dan harokat pada huruf-hurufnya ditentukan oleh kamus. Pembuatan fi`il madhiy menjadi fi`il mudhori, fi`il ‘amr, mashdar, isim fa`il, isim maf`ul, isim zaman, isim makan dan lain-lain ada rumusnya yang rumit dan sulit diingat. Maka lebih baik menghafal beberapa contoh sampai lancar agar ketika membuat derivasi untuk kata yang lain tidak akan menemui kesulitan. Dalam pembahasan ini kita hanya akan membicarakan tentang kata kerja, yaitu: fi`il madhiy, fi`il mudhori`, dan fi`il ‘amr. Hal terpenting yang harus diingat adalah bahwa huruf sebelum terakhir pada fi`il ‘amr di-harokat-i sama dengan bentuk fi`il mudhori`-nya.
فعل أمر
(FI’IL AMR) فعل مضارع
(FI’IL MUDHORI`) فعل ماض
(FI’IL MADHIY)
Kebanyakan fi`il madhiy terdiri dari 3 huruf, dan harokat pada huruf-hurufnya ditentukan oleh kamus. Pembuatan fi`il madhiy menjadi fi`il mudhori, fi`il ‘amr, mashdar, isim fa`il, isim maf`ul, isim zaman, isim makan dan lain-lain ada rumusnya yang rumit dan sulit diingat. Maka lebih baik menghafal beberapa contoh sampai lancar agar ketika membuat derivasi untuk kata yang lain tidak akan menemui kesulitan. Dalam pembahasan ini kita hanya akan membicarakan tentang kata kerja, yaitu: fi`il madhiy, fi`il mudhori`, dan fi`il ‘amr. Hal terpenting yang harus diingat adalah bahwa huruf sebelum terakhir pada fi`il ‘amr di-harokat-i sama dengan bentuk fi`il mudhori`-nya.
فعل أمر
(FI’IL AMR) فعل مضارع
(FI’IL MUDHORI`) فعل ماض
(FI’IL MADHIY)
اِفْتَحْ يَفْتَحُ فَتَحَ
Bukalah ! (sedang/akan) membuka (sudah) membuka
اِضْرِبْ يَضْرِبُ ضَرَبَ
Pukullah ! (sedang/akan) memukul (sudah) memukul
اُنْصُرْ يَنْصُرُ نَصَرَ
Bantulah ! (sedang/akan) membantu (sudah) membantu
Bukalah ! (sedang/akan) membuka (sudah) membuka
اِضْرِبْ يَضْرِبُ ضَرَبَ
Pukullah ! (sedang/akan) memukul (sudah) memukul
اُنْصُرْ يَنْصُرُ نَصَرَ
Bantulah ! (sedang/akan) membantu (sudah) membantu
Fi`il madhiy ada yang asli (seperti contoh-contoh di atas), ada pula yang buatan, yakni sudah ada tambahan huruf-huruf tertentu (semacam afiksasi didalam tata bahasa Indonesia. Ex: tidur menjadi tertidur, menidurkan, meniduri dll). Di bawah ini adalah contoh bentuk fi`il madhiy buatan, berikut bentuk fi`il mudhori` dan bentuk fi`il amr-nya. Huruf-huruf yang ditambahkan adalah tertentu, demikian pula letak dan harokat-nya (ada rumusnya). Karena cukup sulit diingat maka lebih baik menghafal beberapa contoh secara lancar, dan mengingat huruf tambahannya pada bentuk fi`il madhiy-nya.
Penting !.
1) Harokat huruf sebelum terakhir pada bentuk fi`il amr mengacu pada fi`il mudhori`
2) Untuk fi`il madhiy yang jumlah hurufnya 4 (empat) huruf pertama pada fi`il mudhori`-nya di-harokat-i dhommah.
• HAFALAN
فعل أمر
(FI’IL AMR) فعل مضارع
(FI’IL MUDHORI`) فعل ماض
(FI’IL MADHIY)
أَكْرِمْ يُكْرِمُ أكْرَمَ
Muliakanlah ! memuliakan memuliakan
طـَهّـِرْ يُطَـهّـِرُ طَهَّـرَ
Bersihkanlah ! membersihkan membersihkan
خَالـِفْ يُخَالـِفُ خَالَفَ
Berbedalah ! berbeda berbeda
اِبْتَـدِأْ يَبْتَـدِأ ُ اِبْتَـدَأَ
Mulailah ! memulai memulai
اِنْـقَـطِعْ يَنْـقَـطِعُ اِنْـقَـطَعَ
Putuslah ! terputus terputus
تَـعَلَّمْ يَتَـعَلَّمُ تَـعَلَّمَ
Belajarlah ! belajar belajar
تَـنَا زَعْ يَتَـنَازَعُ تَـنَازَعَ
Berebutlah ! saling berebut saling berebut
اِسْتَـقْـبـِلْ يَسْتَـقْـبـِلُ اِسْتَـقْــبَلَ
Hadapilah ! menghadap menghadap
Muliakanlah ! memuliakan memuliakan
طـَهّـِرْ يُطَـهّـِرُ طَهَّـرَ
Bersihkanlah ! membersihkan membersihkan
خَالـِفْ يُخَالـِفُ خَالَفَ
Berbedalah ! berbeda berbeda
اِبْتَـدِأْ يَبْتَـدِأ ُ اِبْتَـدَأَ
Mulailah ! memulai memulai
اِنْـقَـطِعْ يَنْـقَـطِعُ اِنْـقَـطَعَ
Putuslah ! terputus terputus
تَـعَلَّمْ يَتَـعَلَّمُ تَـعَلَّمَ
Belajarlah ! belajar belajar
تَـنَا زَعْ يَتَـنَازَعُ تَـنَازَعَ
Berebutlah ! saling berebut saling berebut
اِسْتَـقْـبـِلْ يَسْتَـقْـبـِلُ اِسْتَـقْــبَلَ
Hadapilah ! menghadap menghadap
Keterangan I :
Fi`il madhiy Huruf tambahan Fi`il madhiy Huruf tambahan
اَطْلَقَ hamzah اِنْقَطَعَ Hamzah , nun
طَهّـَر tasydid تَعَلَّمَ ta` , tasydid
خَالَفَ alif تَنَازَعَ ta` , alif
اِجْتَمَعَ Hamzah , ta` اِسْتَقْبَلَ hamzah, sin, ta`
Selanjutnya perhatikanlah bentuk fi`il madhiy, dan fi`il mudhori berikut (nomer urut 1 s/d 14). Ada tambahan huruf-huruf yang berbeda-beda yang merupakan isyarat adanya isim dhomir yang tersembunyi (sebagai subyek pekerjaan) yang berbeda-beda. Mengingat bermacam huruf tambahan yang berbeda-beda ini maka lebih baik menghafal contoh peruntukan kata kerja di bawah ini (no. 1 s/d 14) agar dapat mengingat huruf tambahannya serta untuk mempermudah membuat derifasi bagi kata lain.
Fi`il madhiy Huruf tambahan Fi`il madhiy Huruf tambahan
اَطْلَقَ hamzah اِنْقَطَعَ Hamzah , nun
طَهّـَر tasydid تَعَلَّمَ ta` , tasydid
خَالَفَ alif تَنَازَعَ ta` , alif
اِجْتَمَعَ Hamzah , ta` اِسْتَقْبَلَ hamzah, sin, ta`
Selanjutnya perhatikanlah bentuk fi`il madhiy, dan fi`il mudhori berikut (nomer urut 1 s/d 14). Ada tambahan huruf-huruf yang berbeda-beda yang merupakan isyarat adanya isim dhomir yang tersembunyi (sebagai subyek pekerjaan) yang berbeda-beda. Mengingat bermacam huruf tambahan yang berbeda-beda ini maka lebih baik menghafal contoh peruntukan kata kerja di bawah ini (no. 1 s/d 14) agar dapat mengingat huruf tambahannya serta untuk mempermudah membuat derifasi bagi kata lain.
• TABEL CONTOH PERUNTUKAN KATA KERJA
No. Fi`il
Amr Fi`il
Mudhori Fi`il
Madhiy Dhomir
tersembunyi Peruntukan Jumlah
isi
1 يَجْلِسُ جَلَسَ هُوَ Dia Laki-laki 1 orang
2 يَجْلِسَانِ جَلَسَا هُما Mereka
berdua ,, 2 orang
3 يَجْلِسُوْنَ جَلَسُوْا هُمْ Mereka ,, 3 orang / lebih
4 تَجْلِسُ جَلَسَـتْ هِيَ Dia Perempuan 1 orang
5 تَجْلِسَانِ جَلَسَـتَا هُمَا Mereka
berdua ,, 2 orang
6 يَجْلِسْـنَ جَلَسْــنَ هُنَّ Mereka ,, 3 orang / lebih
7 اِجْلِسْ تَجْلِسُ جَلَسْتَ أَنْتَ Kamu Laki-laki 1 orang
8 اِجْلِسَا تَجْلِسَانِ جَلَسْـتُمَا أَنْتُمَا Kamu
berdua ,, 2 orang
9 اِجْلِسُوْا تَجْلِسُوْنَ جَلَسْـتُمْ أَنْتُمْ Kamu ,, 3 orang / lebih
10 اِجْلِسِيْ تَجْلِسِيْنَ جَلَسْتِ أَنْتِ Kamu Perempuan 1 orang
11 اِجْلِسَا تَجْلِسَانِ جَلَسْـتُمَا أَنْتُمَا Kamu
berdua ,, 2 orang
12 اِجْلِسْـنَ تَجْلِسْـنَ جَلَسْـتُنَّ أَنْتُنَّ Kamu ,, 3 orang
/ lebih
13 اَجْلِسُ جَلَسْـتُ أَنَا Saya (lk/pr) 1 orang
14 نَجْلِسُ جَلَسْــنَا نَحْنُ Kami
(lk/pr) (lk/pr) 2 orang / lebih
Keterangan II :
Nomer urut 1 digunakan untuk pelaku pekerjaan orang ke-3 laki-laki yang belum disebut /disinggung (berapapun jumlahnya). Dan nomer urut 4 digunakan untuk pelaku orang ke-3 perempuan (berapapun jumlahnya). Dan jika pelakunya sudah disebut/disinggung sebelumnya maka penggunaan fi`il disesuaikan menurut jenis kelamin dan jumlahnya (sesuai tabel).
Perhatikanlah fi`il-fi`il mudhori` pada kolom tabel di atas, ada yang huruf belakangnya berupa alif nun, wawu nun, dan ya` nun (يَجْلِسَانِ , يَجْلسُوْنَ , تَجْلِسَان , تَجْلِسُوْنَ , تَجْلِسِيْنَ ).
Fi`il mudhori` yang demikian diistilahkan Af’al khomsah. Tanda i`rob-nya pun berbeda dengan fi`il mudhori`. Berikut ini i`rob fi`il mudhori` dan af`al khomsah.
Nomer urut 1 digunakan untuk pelaku pekerjaan orang ke-3 laki-laki yang belum disebut /disinggung (berapapun jumlahnya). Dan nomer urut 4 digunakan untuk pelaku orang ke-3 perempuan (berapapun jumlahnya). Dan jika pelakunya sudah disebut/disinggung sebelumnya maka penggunaan fi`il disesuaikan menurut jenis kelamin dan jumlahnya (sesuai tabel).
Perhatikanlah fi`il-fi`il mudhori` pada kolom tabel di atas, ada yang huruf belakangnya berupa alif nun, wawu nun, dan ya` nun (يَجْلِسَانِ , يَجْلسُوْنَ , تَجْلِسَان , تَجْلِسُوْنَ , تَجْلِسِيْنَ ).
Fi`il mudhori` yang demikian diistilahkan Af’al khomsah. Tanda i`rob-nya pun berbeda dengan fi`il mudhori`. Berikut ini i`rob fi`il mudhori` dan af`al khomsah.
I`ROB FI`IL MUDHORI` DAN AF`AL KHOMSAH
Fi`il I`rob Tanda Contoh
Fi`il I`rob Tanda Contoh
Mudhori` Rofa` Dhommah يَكْتُبُ
Nashob Fathah اَنْ يَكْتُبَ
Jazm 1. Sukun لَمْ يَكْتُبْ
2. Membuang huruf `illat ( و / ا /ي ) فَلْيَدْعُ
لَا تَسْعَ
وَلْيَتَّقِ
Nashob Fathah اَنْ يَكْتُبَ
Jazm 1. Sukun لَمْ يَكْتُبْ
2. Membuang huruf `illat ( و / ا /ي ) فَلْيَدْعُ
لَا تَسْعَ
وَلْيَتَّقِ
Af’al khomsah Rofa` Huruf nun tetap ada يَكْتُبُوْنَ
Nashob Membuang huruf nun اَنْ يَكْتُبُوْا
Jazm Membuang huruf nun لَمْ يَكْتُبُوْا
Fi`il mudhori` dan `af`al khomsah harus di-i`rob rofa`, kecuali jika ada yang me-nashob-kan maka di-i`rob nashob, dan jika ada yang men-jazm-kan maka di-i`rob jazm
Nashob Membuang huruf nun اَنْ يَكْتُبُوْا
Jazm Membuang huruf nun لَمْ يَكْتُبُوْا
Fi`il mudhori` dan `af`al khomsah harus di-i`rob rofa`, kecuali jika ada yang me-nashob-kan maka di-i`rob nashob, dan jika ada yang men-jazm-kan maka di-i`rob jazm
1) Huruf –huruf dibawah ini me-nashob-kan fi`il mudhori` dan af`al khomsah, yaitu ;
a. اَ نْ ; akan contoh ; اَنْ يَجْلِسَ (ia akan duduk)
b. لَـنْ ; tidak akan contoh ; لَـنْ أَجْلِسَ (saya tidak akan duduk)
c. لِ ; supaya contoh ; لِـيَـقْــرُبَ (ia supaya dekat)
d. كَـيْ ; supaya contoh ; كَيْ تَعْلَـمُـوْا (supaya kamu semua mengerti)
e. حَـتَّى ; sehingga contoh ; حَـتَّى تُـنْـفِقُــوْا (sehingga kamu semua menginfaqkan)
2) Huruf-huruf dibawah ini men-jazm-kan fi`il mudhori` dan Af`al khomsah, yaitu :
a. لَمْ artinya ; tidak
b. لَمَّا artinya ; belum
c. لِ / وَلْ / فَل yang diartikan ; harus ! (untuk perintah)
d. لا Nahiy, yaitu لا untuk larangan, diartikan; Janganlah…!
(Selanjutnya fi`il mudhori` dan af’al khomsah yang didahului oleh لا nahiy disebut fi`il nahiy).
a. اَ نْ ; akan contoh ; اَنْ يَجْلِسَ (ia akan duduk)
b. لَـنْ ; tidak akan contoh ; لَـنْ أَجْلِسَ (saya tidak akan duduk)
c. لِ ; supaya contoh ; لِـيَـقْــرُبَ (ia supaya dekat)
d. كَـيْ ; supaya contoh ; كَيْ تَعْلَـمُـوْا (supaya kamu semua mengerti)
e. حَـتَّى ; sehingga contoh ; حَـتَّى تُـنْـفِقُــوْا (sehingga kamu semua menginfaqkan)
2) Huruf-huruf dibawah ini men-jazm-kan fi`il mudhori` dan Af`al khomsah, yaitu :
a. لَمْ artinya ; tidak
b. لَمَّا artinya ; belum
c. لِ / وَلْ / فَل yang diartikan ; harus ! (untuk perintah)
d. لا Nahiy, yaitu لا untuk larangan, diartikan; Janganlah…!
(Selanjutnya fi`il mudhori` dan af’al khomsah yang didahului oleh لا nahiy disebut fi`il nahiy).
e. اِنْ artinya ; jika
f. مَنْ artinya ; barang siapa
Contoh :
• لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ (Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan)
• لَمَّا أَفْهَمْ (saya belum paham)
• فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ …. (… maka ia harus menghormati tamunya)
• لاَ تَكْسَلْ (Janganlah engkau malas !)
• ولا تَقْرَبُوْا (Dan janganlah kamu sekalian mendekati !)
• اِنْ تَتَـعَـلَّـمْ تَتَـقَـــدَّمْ (jika kamu belajar, maka kamu akan maju)
• مَنْ يَـزْرَعْ يَحْصَدْ (Barang siapa menanam, maka ia akan menuai)
f. مَنْ artinya ; barang siapa
Contoh :
• لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ (Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan)
• لَمَّا أَفْهَمْ (saya belum paham)
• فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ …. (… maka ia harus menghormati tamunya)
• لاَ تَكْسَلْ (Janganlah engkau malas !)
• ولا تَقْرَبُوْا (Dan janganlah kamu sekalian mendekati !)
• اِنْ تَتَـعَـلَّـمْ تَتَـقَـــدَّمْ (jika kamu belajar, maka kamu akan maju)
• مَنْ يَـزْرَعْ يَحْصَدْ (Barang siapa menanam, maka ia akan menuai)
3) Amil Jazm Adat Syarath
اِنْ dan مَنْ lebih sering disebut adat syarath amil jazm karena keduanya selalu menyertai pernyataan `syarath jawab`, yakni pernyataan yang memberikan pengertian semacam `sebab akibat` (kalimat kondisional; memberikan pengertian ; jika……,maka…….). Dan pada saat yang sama sekaligus berpengaruh men-jazm-kan. Perhatikanlah kedua contoh di atas!.
• ADAT SYARATH
Selain اِنْ dan مَنْ ada lagi adat syarath yang sering muncul di dalam bacaan, yaitu: اِذَا (; jika), لَوْ (; jika), لَمَّا (; pada saat, terkadang bisa diartikan ; oleh karena), dan اَمَّا (; adapun), tetapi keempat adat syarath ini tidak berpengaruh men-jazm-kan, hanya memberikan pengertian sebab akibat.
• JAWAB
Jawab yang berbentuk fi`il amar, fi`il nahiy, atau jumlah ismiyyah harus diberi huruf fa’. Fa` ini disebut fa` jawab.
———–o0o———-
اِنْ dan مَنْ lebih sering disebut adat syarath amil jazm karena keduanya selalu menyertai pernyataan `syarath jawab`, yakni pernyataan yang memberikan pengertian semacam `sebab akibat` (kalimat kondisional; memberikan pengertian ; jika……,maka…….). Dan pada saat yang sama sekaligus berpengaruh men-jazm-kan. Perhatikanlah kedua contoh di atas!.
• ADAT SYARATH
Selain اِنْ dan مَنْ ada lagi adat syarath yang sering muncul di dalam bacaan, yaitu: اِذَا (; jika), لَوْ (; jika), لَمَّا (; pada saat, terkadang bisa diartikan ; oleh karena), dan اَمَّا (; adapun), tetapi keempat adat syarath ini tidak berpengaruh men-jazm-kan, hanya memberikan pengertian sebab akibat.
• JAWAB
Jawab yang berbentuk fi`il amar, fi`il nahiy, atau jumlah ismiyyah harus diberi huruf fa’. Fa` ini disebut fa` jawab.
———–o0o———-
Fi`il mudhori` ada yang huruf akhirnya berupa huruf `illat, yakni berupa wawu, berupa ya`, atau berupa alif bengkok (و, ي, ى) [Biasa disebut fi`il mudhori` mu`tall alkhir]. Fi`il mudhori` yang demikian I`rob rofa`-nya ditandai dengan dhommah tetapi tidak boleh ditampakkan.
I`rob nashob-nya ditandai dengan fatkhah, ditampakkan hanya pada yang berakhiran wawu (وَ),atau ya` (يَ).
Sedangkan pada yang berakhiran alif tidak boleh ditampakkan.
Adapun i`rob jazm-nya ditandai dengan terbuangnya huruf-huruf illat itu (lihat kembali tabel i`rob fi`il mudhori`).
Sedangkan pada yang berakhiran alif tidak boleh ditampakkan.
Adapun i`rob jazm-nya ditandai dengan terbuangnya huruf-huruf illat itu (lihat kembali tabel i`rob fi`il mudhori`).
———–o0o———-
Di dalam tata bahasa Arab, penyebutan fi`il (kata kerja) harus disertai dengan penyebutan pelaku pekerjaan tersebut , terletak tepat sesudahnya ataupun dipisah oleh kata lain. Pelaku pekerjaan ini disebut dengan fa`il dan di-i`rob rofa`. Jadi Fa`il dapat dideskripsikan sebagai : Isim yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai pelaku pekerjaan, terletak sesudah fi`il, dan di-i`rob rofa`.
Contoh :
يَحْرُمُ اِسْتِعْمَالُ أوَانِي الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ Penggunaan `wadah-wadah` dari emas dan perak itu hukumnya kharam
سَأَلَــنِيْ بَعْضُ الأَصْدِقَاءِ Sebagian kawan-kawan memintaku
حَفِظَهُمْ اللهُ (Semoga) Allah menjaga mereka.
selanjutnya diterjemahkan :
(Semoga) mereka dijaga oleh Allah.
Catatan :
Kata yang bergaris bawah adalah fa’il
Beberapa hal penting yang harus diingat dalam bab ini :
– Setiap fi`il harus ada fa`il-nya, sebab fa`il difahami sebagai tuntutan fi`il yang mutlak harus ada.
– Fi`il dengan fa`il harus bersesuaian. Sehingga dalam menentukan fa`il kita harus melihat kesesuaiannya dengan fi`il yang dinyatakan (peruntukan mu`annats/mudzakkar, serta jumlah pelakunya).
– Kata yang berstatus fa`il terletak sesudah fi`il, bukan sebelumnya.
– Fa`il di-i`rob rofa`
Fa`il seperti pada contoh-contoh di atas
berbentuk isim shorikh (jelas dari artinya). Selain isim shorikh, fa`il
ada yang berbentuk isim dhomir yang tersembunyi. (lihat dan parhatikan
kembali Pelajaran ke-IX Keterangan II ).
Sebagaimana telah dijelaskan pada pelajaran sebelumnya bahwa isim yang isinya bukan orang tetapi berakhiran ta` bulat ( ة , baca; ta` marbuthoh ), maka digolongkan mu`annats (orang perempuan) karena berakhiran ة yang merupakan ciri-ciri isim mu`annats.
Selain ة ada lagi ciri-ciri isim
mu`annats, yaitu berakhiran ى (baca; alif maqshuroh) dan اء (baca; alif
mamdudah). Kesimpulan sederhananya : Isim yang berakhiran ة , ى , dan اء
berarti mu`annats.
Contoh :
– التِّلْمِيْذَ ةُ ; siswi
– ا لحُسْنَى ; yang baik
– ا لسَّرَّاءُ ; saat senang.
Contoh :
– التِّلْمِيْذَ ةُ ; siswi
– ا لحُسْنَى ; yang baik
– ا لسَّرَّاءُ ; saat senang.
Sedangkan isim yang berakhiran selain ة , ى , dan اء berarti mudzakkar.
Contoh :
– كِتَابٌ ; buku
– مَسْجِدٌ ; masjid
– نَصْرٌ ; pertolongan
Contoh :
– كِتَابٌ ; buku
– مَسْجِدٌ ; masjid
– نَصْرٌ ; pertolongan
Seperti telah dijelaskan di depan bahwa jama` taksir yang isinya bukan orang (walaupun jumlah isinya banyak) dianggap isim mufrod yang mu`annast. Sehingga penggunaan fi`il-nya cukup memakai fi`il yang untuk perempuan tunggal.
Contoh : وَتَطْهُرُ جُلُوْدُ الْمَيْتَةِ بِالدّ ِبَاغِ الا جِلْدَالْكَلْبِ وَالْخِنْزِيْر
( kulit-kulit bangkai bisa suci dengan persamakan, kecuali kulit anjing dan babi )
Isim – isim yang sering muncul menjadi fa`il diantaranya :
1. Isim shorikh, contoh : حَضَرَ الأُسْتَاذُ (Guru itu sudah datang)
2. Isim dhomir, contoh : مُحَمَّدٌ يَغْتَسِلُ (Muhammad sedang mandi).
3. Isim maushul, contoh : يُبْطِلُ الصَّلآةَ مَا يُبْطِلُ الْوُضُوْءَ
(diterjemahkan ; Hal yang membatalkan wudhu (juga) membatalkan sholat)
4. Fi`il mu`awwal, yakni fi`il mudhori`, af`al khomsah, dan fi`il madhiy yang di awali huruf اَنْ amil nashob.
Contoh : يَصِحُّ اَنْ يَتَـوَضَّئَ اَحَـدٌ بِلآ مُوَالآةٍ
(Berwudlunya seseorang secara tidak susul–menyusul itu hukumnya sah)
1. Isim shorikh, contoh : حَضَرَ الأُسْتَاذُ (Guru itu sudah datang)
2. Isim dhomir, contoh : مُحَمَّدٌ يَغْتَسِلُ (Muhammad sedang mandi).
3. Isim maushul, contoh : يُبْطِلُ الصَّلآةَ مَا يُبْطِلُ الْوُضُوْءَ
(diterjemahkan ; Hal yang membatalkan wudhu (juga) membatalkan sholat)
4. Fi`il mu`awwal, yakni fi`il mudhori`, af`al khomsah, dan fi`il madhiy yang di awali huruf اَنْ amil nashob.
Contoh : يَصِحُّ اَنْ يَتَـوَضَّئَ اَحَـدٌ بِلآ مُوَالآةٍ
(Berwudlunya seseorang secara tidak susul–menyusul itu hukumnya sah)
Sebenarnya fi`il mu`awwal adalah isim mufrod berbentuk shighot mashdar yang dirubah menjadi bentuk fi`il-nya. Dan karena asalnya adalah isim, maka mempunyai status kata. Kalimat di atas asalnya adalah : يَصِحٌّ وُضُوْءُ أَحَدٍ بِلَا مُوَالَاةٍ
Selain fa`il ada beberapa lagi status kata yang dikategorikan i`rob rofa. Untuk lebih mudahnya agar diingat bahwa di bawah ini adalah kelompok status kata yang di-i`rob rofa`, yaitu :
1. Fa`il (subjek kalimat verbal aktif )
2. Na`ibul fa`il (subjek kalimat verbal pasif, biasa disebut partisip pasip))
3. Mubtada` (subjek kalimat nominal)
4. Khobar mubtada` (predikat kalimat nominal)
5. Isim `kana` dkk. (subjek `kana` dkk)
6. Khobar `inna` dkk. (predikat `inna` dkk)
(tentang status-status tersebut di atas akan dijelaskan pada babnya masing-masing)
Kata kerja ada yang secara logika punya objek (transitif), ada yang tidak punya objek (tidak transitif). Di dalam tata bahasa arab, kata kerja transitif disebut Fi`il Muta`addiy dan yang intransitif disebut Fi`il Lazim.
Contoh :
Fi`il Muta`addiy
(Kata Kerja Transitif) Fi`il Lazim
(Kata Kerja Tidak Transitif)
نَصَـرَ (menolong)
فَـتَـحَ (membuka)
كَسَلَ (malas)
نَامَ (tidur)
فَـتَـحَ (membuka)
كَسَلَ (malas)
نَامَ (tidur)
Status objek di dalam tata bahasa Arab disebut maf`ul bih, dan dikategorikan ke dalam kelompok i`rob nashob.
Maf`ul bih dapat didefinisikan dengan pernyataan sebagai berikut:
Yaitu : Isim yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai objek pekerjaan, penyebutannya biasa ditulis sesudah fi`il, dan di-i`rob nashob.
Contoh : نَـصَـرَ زَيْـدٌ خَـالِدًا (Zaid sudah membantu Kholid),
خَـالِدًا berstatus sebagai objek.
Maf`ul bih dapat didefinisikan dengan pernyataan sebagai berikut:
Yaitu : Isim yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai objek pekerjaan, penyebutannya biasa ditulis sesudah fi`il, dan di-i`rob nashob.
Contoh : نَـصَـرَ زَيْـدٌ خَـالِدًا (Zaid sudah membantu Kholid),
خَـالِدًا berstatus sebagai objek.
Perlu diingat bahwa isim yang bentuk shighot-nya mashdar dan shighot isim fa`il terkadang diberlakukan sebagaimana fi`il-nya. Dalam artian mempunyai fa`il (dan maf`ul bih) yang terkadang dimunculkan.
Contoh : وَ يُسَنُّ فى الْوُضُوْءِ غَسْلُ الْكَفَّيْنِ قَبْلَ اِدْخَالِهِمَا الْإِنَاءَ
Membasuh dua telapak tangan (di dalam berwudlu) sebelum mencelupkannya ke dalam wadah itu hukumnya sunnah.
Maf`ul bih sering muncul berbentuk isim-isim di bawah ini :
1. Isim shorikh contoh : اللّهُمَّ نَوِّرْ قلْبَنَا (Ya Allah, Terangilah hati kami)
2. Isim dhomir contoh : سَـلِّمْــنَا (Selamatkanlah kami)
3. Isim isyaroh contoh : عَرَفْـتُ ذَ لِكَ ا لرَّجُلَ (saya kenal laki-laki itu)
4. Isim mausul contoh : اُنْظُرْ مَا فى الّسَّموَاتِ و مَا فى الأَرْضِ
(Perhatikanlah apa-apa yang ada di langit-langit dan di bumi)
5. Isim mu`awwal. Yaitu jumlah ismiyyah yang diawali أَنَّ
Contoh : اِ علمُـوْا انّ اللهَ سَمِـيْعٌ عَـلِيْمٌ
(Ketahuilah!. Bahwa sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui).
6. Fi`il mu`awwal. Yaitu fi`il mudhori`, af’al khomsah, dan fi`il madhiy yang diawali اَنْ amil nashob.
Contoh : اِحْذَرْ اَنْ تُـؤْذِيَ زُمَـلاَ ءَ كَ (Hindarilah! menyakiti teman-temanmu)
1. Isim shorikh contoh : اللّهُمَّ نَوِّرْ قلْبَنَا (Ya Allah, Terangilah hati kami)
2. Isim dhomir contoh : سَـلِّمْــنَا (Selamatkanlah kami)
3. Isim isyaroh contoh : عَرَفْـتُ ذَ لِكَ ا لرَّجُلَ (saya kenal laki-laki itu)
4. Isim mausul contoh : اُنْظُرْ مَا فى الّسَّموَاتِ و مَا فى الأَرْضِ
(Perhatikanlah apa-apa yang ada di langit-langit dan di bumi)
5. Isim mu`awwal. Yaitu jumlah ismiyyah yang diawali أَنَّ
Contoh : اِ علمُـوْا انّ اللهَ سَمِـيْعٌ عَـلِيْمٌ
(Ketahuilah!. Bahwa sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui).
6. Fi`il mu`awwal. Yaitu fi`il mudhori`, af’al khomsah, dan fi`il madhiy yang diawali اَنْ amil nashob.
Contoh : اِحْذَرْ اَنْ تُـؤْذِيَ زُمَـلاَ ءَ كَ (Hindarilah! menyakiti teman-temanmu)
———–o0o———-
Di dalam tata bahasa arab kata kerja aktif disebut dengan fi`il ma`lum, sedangkan kata kerja pasif disebut dengan fi`il majhul.
Contoh :
فَتَحَ ; membuka (ma`lum) يَفْتَحُ ; membuka (ma`lum)
فُـتِـحَ ; dibuka (majhul) يُفْتَحُ ; dibuka (majhul)
Contoh :
فَتَحَ ; membuka (ma`lum) يَفْتَحُ ; membuka (ma`lum)
فُـتِـحَ ; dibuka (majhul) يُفْتَحُ ; dibuka (majhul)
1. RUMUS FI`IL MAJHUL :
a. Pada Fi`il madhi, huruf awal diharokati dhommah, dan huruf sebelum terakhir diharokati kasroh. Contoh : ذ ُكِرَ (disebutkan).
Jika pada fi`il madhi itu ada sisipan huruf ta`, maka ta` diharokati dhommah. Contoh : اُسْـتُعْمِـلَ (diberlakukan).
b. Pada Fi`il mudhori`: Huruf awal diharokati dhommah, huruf sebelum terakhir diharokati fathah. Contoh : يُذْ كَـرُ (disebutkan).
Jika pada fi`il mudhori`itu ada sisipan huruf ta` maka ta` diharokati fathah.
Contoh : يُسْتَعْمَلُ (diberlakukan).
Fi`il majhul hanya bisa dibuat dari fi`il yang muta`addy. Pengertiannya : kata kerja yang dipasifkan hanya berkemungkinan dibuat dari kata kerja yang asalnya adalah kata kerja yang transitif (memiliki objek).
Fi`il ma`lum membutuhkan fa`il, sedangkan fi`il majhul membutuhkan naibul fa`il.
Naibul fa`il ialah isim yang merupakan subjek kalimat pasif, dimaksudkan sebagai partisip pasif, terletak sesudah fi`il majhul. Selanjutnya naibul fa`il di-i`rob rofa`.
Contoh :
فٌتِحَتْ الأَبْوَابُ ; Pintu-pintu itu sudah dibuka
يُكْرَمُ مُجْتَهٍدٌ ; Orang yang rajin akan dimuliakan
مَكْرُوْهٌ اِسْتِعْمَالُهُ… ; …… makruh digunakan
غَيْرُ مَكْرُوْهٍ اِسْتِعْمَالُهُ….. ; ….. tidak makruh digunakan
Catatan :
Perlu diketahui bahwa isim yang berbentuk shighot isim fa`il, arti sifat/keadaan, dan isim shighot mashdar terkadang diberlakukan sebagaimana fi`il-nya. Dalam artian mempunyai fa`il dan/maf`ul bih yang dimunculkan.
Perhatikanlah contoh-contoh dibawah ini secara seksama !
ف
• صَاحِبْ رَجُلاً حَسَنًا خُلُقُهُ (Pergaulilah orang yang baik akhlaknya)
Selanjutnya diterjemahkan: Bergaullah dengan orang yang akhlaknya baik.
(حَسَنًا artinya ; baik, menunjukkan arti sifat, dan خُلُقٌ merupakan fa`il-nya yang dimunculkan).
مف
• وَ يُسَنُّ فى الْوُضُوْءِ غَسْلُ الْكَفَّيْنِ قَبْلَ اِدْخَالِهِمَا الْإِنَاءَ
(Membasuh dua telapak tangan di dalam berwudlu sebelum mencelupkannya ke dalam wadah hukumnya sunah).
( اِدْخَالِ artinya ; memasukkan. Merupakan isim berbentuk shighot mashdar, dan الْإِنَاءَ sebagai maf`ul bih-nya )
Isim yang shighot-nya isim maf`ul terkadang diberlakukan sebagaimana fi`il-nya yang di-majhul-kan, dalam artian mempunyai naibul fa`il yang dimunculkan.
a. Pada Fi`il madhi, huruf awal diharokati dhommah, dan huruf sebelum terakhir diharokati kasroh. Contoh : ذ ُكِرَ (disebutkan).
Jika pada fi`il madhi itu ada sisipan huruf ta`, maka ta` diharokati dhommah. Contoh : اُسْـتُعْمِـلَ (diberlakukan).
b. Pada Fi`il mudhori`: Huruf awal diharokati dhommah, huruf sebelum terakhir diharokati fathah. Contoh : يُذْ كَـرُ (disebutkan).
Jika pada fi`il mudhori`itu ada sisipan huruf ta` maka ta` diharokati fathah.
Contoh : يُسْتَعْمَلُ (diberlakukan).
Fi`il majhul hanya bisa dibuat dari fi`il yang muta`addy. Pengertiannya : kata kerja yang dipasifkan hanya berkemungkinan dibuat dari kata kerja yang asalnya adalah kata kerja yang transitif (memiliki objek).
Fi`il ma`lum membutuhkan fa`il, sedangkan fi`il majhul membutuhkan naibul fa`il.
Naibul fa`il ialah isim yang merupakan subjek kalimat pasif, dimaksudkan sebagai partisip pasif, terletak sesudah fi`il majhul. Selanjutnya naibul fa`il di-i`rob rofa`.
Contoh :
فٌتِحَتْ الأَبْوَابُ ; Pintu-pintu itu sudah dibuka
يُكْرَمُ مُجْتَهٍدٌ ; Orang yang rajin akan dimuliakan
مَكْرُوْهٌ اِسْتِعْمَالُهُ… ; …… makruh digunakan
غَيْرُ مَكْرُوْهٍ اِسْتِعْمَالُهُ….. ; ….. tidak makruh digunakan
Catatan :
Perlu diketahui bahwa isim yang berbentuk shighot isim fa`il, arti sifat/keadaan, dan isim shighot mashdar terkadang diberlakukan sebagaimana fi`il-nya. Dalam artian mempunyai fa`il dan/maf`ul bih yang dimunculkan.
Perhatikanlah contoh-contoh dibawah ini secara seksama !
ف
• صَاحِبْ رَجُلاً حَسَنًا خُلُقُهُ (Pergaulilah orang yang baik akhlaknya)
Selanjutnya diterjemahkan: Bergaullah dengan orang yang akhlaknya baik.
(حَسَنًا artinya ; baik, menunjukkan arti sifat, dan خُلُقٌ merupakan fa`il-nya yang dimunculkan).
مف
• وَ يُسَنُّ فى الْوُضُوْءِ غَسْلُ الْكَفَّيْنِ قَبْلَ اِدْخَالِهِمَا الْإِنَاءَ
(Membasuh dua telapak tangan di dalam berwudlu sebelum mencelupkannya ke dalam wadah hukumnya sunah).
( اِدْخَالِ artinya ; memasukkan. Merupakan isim berbentuk shighot mashdar, dan الْإِنَاءَ sebagai maf`ul bih-nya )
Isim yang shighot-nya isim maf`ul terkadang diberlakukan sebagaimana fi`il-nya yang di-majhul-kan, dalam artian mempunyai naibul fa`il yang dimunculkan.
نف خ ص م
اِسْـتِـعْمَالُهُ مَكْــرُوْهٌ الْمُـشَمَّشُ اَلْمَاءُ
Contoh:
اِسْـتِـعْمَالُهُ مَكْــرُوْهٌ الْمُـشَمَّشُ اَلْمَاءُ
Contoh:
(air yang disinari matahari (itu) makruh digunakan)
Kasus fa`il dan na`ibul fa`il serta maf`ul bih yang muncul padahal bukan merupakan tuntutan kata kerja biasanya terdapat pada kata yang berstatus Shifat sababiy. Namun demikian terkadang juga muncul pada status mubtada`, status khobar, dan status shifat haqiqiy seperti contoh-contoh di atas. (Tentang status-status ini akan dibahas pada babnya masing-masing).
Kasus fa`il dan na`ibul fa`il serta maf`ul bih yang muncul padahal bukan merupakan tuntutan kata kerja biasanya terdapat pada kata yang berstatus Shifat sababiy. Namun demikian terkadang juga muncul pada status mubtada`, status khobar, dan status shifat haqiqiy seperti contoh-contoh di atas. (Tentang status-status ini akan dibahas pada babnya masing-masing).
———–o0o———-
Subjek kalimat nominal di dalam tata bahasa Arab disebut mubtada`, yaitu Isim yang di-i`rob rofa`, dimaksudkan sebagai subjek kalimat nominal.
contoh:
خ م خ م
نُــوْرٌ ا لْـعِـلْمُ – دِرْهَــمٌ ا لْــوَقْـتُ
(Ilmu adalah cahaya) (Waktu adalah uang)
Di dalam tata bahasa Indonesia setiap ada
subjek harus ada predikatnya, demikian pula di dalam tata bahasa Arab
setiap ada mubtada` harus ada khobarnya.
Mubtada`dimaksudkan sebagai kata yang akan dijelaskan oleh khobar. (mubtada` = subjek, dan khobarnya = predikatnya, yakni berfungsi menjelaskan mubtada`).
Contoh :
خ م
مَـقَـالَةٍ أَلْـفِ مِنْ خَـيْرٌ الْـعَـمَـلُ
Perbuatan (nyata) lebih baik dari pada seribu ungkapan (teori)
Mubtada`dimaksudkan sebagai kata yang akan dijelaskan oleh khobar. (mubtada` = subjek, dan khobarnya = predikatnya, yakni berfungsi menjelaskan mubtada`).
Contoh :
خ م
مَـقَـالَةٍ أَلْـفِ مِنْ خَـيْرٌ الْـعَـمَـلُ
Perbuatan (nyata) lebih baik dari pada seribu ungkapan (teori)
Isim (kata benda) dilihat dari kejelasan
bendanya dibagi dua. Pertama, Isim Ma`rifat yaitu isim yang telah
diketahui atau sudah tertentu, jelas benda yang mana yang dimaksud. Dan
kedua, Isim Nakiroh yaitu isim yang bersifat umum, tidak tertentu, tidak
jelas benda yang mana yang dimaksud.
Berikut ini adalah 6 kelompok isim yang termasuk isim ma`rifat. Yaitu :
1. Isim `Alam (Nama : nama orang, negara, kota, desa. dll)
2. Isim Dhomir (Kata ganti orang/benda)
3. Isim Isyaroh (Kata tunjuk benda)
4. Isim Maushul (Kata benda relatif )
5. Isim yang ada اَلْ-nya. misal : الـكِـتَابُ (buku itu/ini)
6. Isim Nakiroh yang berposisi mudhof yang mudhof ilaih-nya berupa isim ma`rifat (salah satu lima diatas).
Contoh : خَيْرُالنَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
(orang baik adalah orang yang berguna bagi manusia).
Keterangan :
1 Isim dhomir (kata ganti orang/benda), diantaranya :
هُوَ = dia (seorang lk)
أَ نْتَ = kamu (seorang lk)
هِيَ = dia (seorang pr)
2 Isim Isyaroh (kata tunjuk benda), diantaranya :
هـذَا = ini (satu lk/benda yang dianggap lk)
هـذِهِ = ini (satu pr/benda yang dianggap pr)
ذلِكَ = itu (satu lk/benda yang dianggap lk)
تِلْكَ = itu (satu pr/benda yang dianggap pr)
3 Isim Maushul (kata benda relatif), diantaranya :
مَـا = sesuatu (benda)
مَـنْ = seseorang (lk/pr)
ا لـذى = seseorang (lk)
ا لـتى = seseorang (pr)
ا لـذين = orang-orang (lk banyak)
Isim yang tidak ma`rifat berarti nakiroh
Biasanya isim yang menjadi mubtada` adalah isim yang ma`rifat.
Kata yang menjadi khobar harus pantas dan bersesuaian dengan mubtada`-nya dalam hal pemakaiannya, baik secara jenis kelamin maupun jumlah isinya.
Dan ingat..! Jama` taksir yang isinya bukan orang dianggap perempuan tunggal (mu`annats mufrod).
Selain kotak/bungkusan yang diistilahkan dengan sebutan fi`il mu`awwal dan isim mu`awwal, ada beberapa lagi kotak/bungkusan dengan istilahnya masing-masing.Yaitu;
1. Fi`il aktif dengan fa`il nya, dan fi`il pasif dengan na`ibul fa`il-nya, disebut jumlah fi`liyyah (Susunan kalimat verbal).
2. Mubtada`dengan khobar-nya disebut jumlah ismiyyah (Susunan kalimat nominal).
3. Huruf jarr dengan majrur-nya, dan dhorof dengan madhruf-nya (mudhof ilaih-nya) disebut syibhul jumlah (frase).
Khobar sangat sering berbentuk kotak / bungkusan :
1. Susunan jumlah fi`liyyah (susunan kalimat verbal : fi`il dan fa`il, atau fi`il majhul dengan naibul fa`il).
Contoh : الكِتَابُ يَحْمِلُـهُ مُحَمَّـدٌ (buku itu sedang dibawa oleh Muhammad)
2. Susunan jumlah ismiyyah (susunan kalimat nominal ; mubtada` dan khobar)
Contoh :خَالِدٌ اُخْـتُهُ ذَكِيَّةٌ (Saudara perempuan Kholid itu anak yang cerdas).
3. Susunan syibhul jumlah (susunan jarr dan majrur-nya, atau dhorof dengan madhruf-nya).
Contoh :
– اَلْكِتَابُ عَلَى الْمَكْتَبِ (Buku itu di atas meja).
– اَلْمَسْجِدُ وَرَاءَ الْجَاْمِعَةِ (Masjid itu terletak di belakang kampus).
Dhorof adalah isim yang artinya menunjukkan pengertian tempat atau waktu, yang penyebutannya dimaksudkan untuk menjelaskan kapan terjadinya pekerjaan, atau dimana keberadaan benda. Dhorof dikategorikan ke dalam i`rob nashob.
Contoh lain :
خ م
1. أَمَامَ التِّلْمِيْذِيْنَ التِّلْمِيْذَاتُ
Para siswi (itu) berada di depan para siswa (itu)
خ م
2. بَعْدَ تَمَامِ الطَّهَارَةِ الْخُفَّيْنِ لُبْسُ
Memakai dua muzah itu sesudah bersesuci secara sempurna
Berikut ini adalah 6 kelompok isim yang termasuk isim ma`rifat. Yaitu :
1. Isim `Alam (Nama : nama orang, negara, kota, desa. dll)
2. Isim Dhomir (Kata ganti orang/benda)
3. Isim Isyaroh (Kata tunjuk benda)
4. Isim Maushul (Kata benda relatif )
5. Isim yang ada اَلْ-nya. misal : الـكِـتَابُ (buku itu/ini)
6. Isim Nakiroh yang berposisi mudhof yang mudhof ilaih-nya berupa isim ma`rifat (salah satu lima diatas).
Contoh : خَيْرُالنَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
(orang baik adalah orang yang berguna bagi manusia).
Keterangan :
1 Isim dhomir (kata ganti orang/benda), diantaranya :
هُوَ = dia (seorang lk)
أَ نْتَ = kamu (seorang lk)
هِيَ = dia (seorang pr)
2 Isim Isyaroh (kata tunjuk benda), diantaranya :
هـذَا = ini (satu lk/benda yang dianggap lk)
هـذِهِ = ini (satu pr/benda yang dianggap pr)
ذلِكَ = itu (satu lk/benda yang dianggap lk)
تِلْكَ = itu (satu pr/benda yang dianggap pr)
3 Isim Maushul (kata benda relatif), diantaranya :
مَـا = sesuatu (benda)
مَـنْ = seseorang (lk/pr)
ا لـذى = seseorang (lk)
ا لـتى = seseorang (pr)
ا لـذين = orang-orang (lk banyak)
Isim yang tidak ma`rifat berarti nakiroh
Biasanya isim yang menjadi mubtada` adalah isim yang ma`rifat.
Kata yang menjadi khobar harus pantas dan bersesuaian dengan mubtada`-nya dalam hal pemakaiannya, baik secara jenis kelamin maupun jumlah isinya.
Dan ingat..! Jama` taksir yang isinya bukan orang dianggap perempuan tunggal (mu`annats mufrod).
Selain kotak/bungkusan yang diistilahkan dengan sebutan fi`il mu`awwal dan isim mu`awwal, ada beberapa lagi kotak/bungkusan dengan istilahnya masing-masing.Yaitu;
1. Fi`il aktif dengan fa`il nya, dan fi`il pasif dengan na`ibul fa`il-nya, disebut jumlah fi`liyyah (Susunan kalimat verbal).
2. Mubtada`dengan khobar-nya disebut jumlah ismiyyah (Susunan kalimat nominal).
3. Huruf jarr dengan majrur-nya, dan dhorof dengan madhruf-nya (mudhof ilaih-nya) disebut syibhul jumlah (frase).
Khobar sangat sering berbentuk kotak / bungkusan :
1. Susunan jumlah fi`liyyah (susunan kalimat verbal : fi`il dan fa`il, atau fi`il majhul dengan naibul fa`il).
Contoh : الكِتَابُ يَحْمِلُـهُ مُحَمَّـدٌ (buku itu sedang dibawa oleh Muhammad)
2. Susunan jumlah ismiyyah (susunan kalimat nominal ; mubtada` dan khobar)
Contoh :خَالِدٌ اُخْـتُهُ ذَكِيَّةٌ (Saudara perempuan Kholid itu anak yang cerdas).
3. Susunan syibhul jumlah (susunan jarr dan majrur-nya, atau dhorof dengan madhruf-nya).
Contoh :
– اَلْكِتَابُ عَلَى الْمَكْتَبِ (Buku itu di atas meja).
– اَلْمَسْجِدُ وَرَاءَ الْجَاْمِعَةِ (Masjid itu terletak di belakang kampus).
Dhorof adalah isim yang artinya menunjukkan pengertian tempat atau waktu, yang penyebutannya dimaksudkan untuk menjelaskan kapan terjadinya pekerjaan, atau dimana keberadaan benda. Dhorof dikategorikan ke dalam i`rob nashob.
Contoh lain :
خ م
1. أَمَامَ التِّلْمِيْذِيْنَ التِّلْمِيْذَاتُ
Para siswi (itu) berada di depan para siswa (itu)
خ م
2. بَعْدَ تَمَامِ الطَّهَارَةِ الْخُفَّيْنِ لُبْسُ
Memakai dua muzah itu sesudah bersesuci secara sempurna
Mubtada` juga ada yang berbentuk fi`il mu`awwal.
خ م
لَكُمْ… خَيْرٌ ان تَصُوْمُـوْا و
Puasa kalian semua (itu) adalah baik untuk diri kalian …
Contoh:
خ م
لَكُمْ… خَيْرٌ ان تَصُوْمُـوْا و
Puasa kalian semua (itu) adalah baik untuk diri kalian …
Contoh:
Begitu pula khobar juga ada yang berbentuk fi`il mu`awwal.
خ م
اَنْ تَجْـتَهِـدَ الأَ فْضَلُ
sebaiknya engkau rajin
Contoh:
خ م
اَنْ تَجْـتَهِـدَ الأَ فْضَلُ
sebaiknya engkau rajin
Contoh:
Terkadang penulisan khobar didahulukan dari mubtada`nya.
م خ
ما في السَّمـوَاتِ وَالْأرْضِ لَهُ
Apa-apa yang di langit-langit dan di bumi adalah milik-Nya (Alloh)
Contoh:
م خ
ما في السَّمـوَاتِ وَالْأرْضِ لَهُ
Apa-apa yang di langit-langit dan di bumi adalah milik-Nya (Alloh)
Contoh:
Pada kasus ini biasanya mubtada` berbentuk isim yang nakiroh
Satu mubtada` sering punya khobar lebih dari satu.
خ خ م
ا لْعَـلِيْمُ ا لسَّمِـيْعُ هو و
Dia (Allah) Maha mendengar lagi Maha mengetahui
Contoh:
Satu mubtada` sering punya khobar lebih dari satu.
خ خ م
ا لْعَـلِيْمُ ا لسَّمِـيْعُ هو و
Dia (Allah) Maha mendengar lagi Maha mengetahui
Contoh:
1. SHIFAT DAN MAUSHUF
Shifat adalah status kata yang menerangkan sifat benda. Oleh karenanya kata yang berstatus shifat harus menunjukkan arti sifat. Biasanya berupa shighot isim fa`il, isim maf`ul, atau sifat musyabbihat (yaitu isim yang memberikan pengertian arti sifat).
Isim yang berstatus shifat harus bersesuaian dengan maushufnya (isim yang disifati) dalam 4 hal, yaitu :
1) ma`rifat / nakiroh-nya (tertentu / umum)
2) jenis kelamin-nya (mudzakkar / mu`annast)
3) jumlah isi -nya (mufrod / mutsanna / jama`)
4) i`rob-nya (rofa` / nashob / jarr)
Contoh :
– هِنْدٌ تِلْمِيْذَةٌ مُجْتَهِدَةٌ (Hindun itu siswi yang tekun).
– Setelah mengatakan bahwa air terbagi atas 4 (empat) macam, selanjutnya penulis menyebutkan…: diantaranya adalah :
– طَاهِرٌ غَيْرُ مُطَهِّرٍ (: air suci yang tidak bisa menyucikan)
– … وَهُوَ اَلْمَاءُ اَلْمُسْتَعْمَلُ (yaitu air yang sudah dipakai…)
Shifat seperti di atas adalah shifat khaqiqiy. Yakni bahwa penyampaiannya dimaksudkan untuk menyifati benda yang disebut sebelumnya.
Selain shifat khaqiqiy ada shifat sababiy, yakni shifat untuk menyifati benda yang akan disebut sesudahnya. Contoh :
ف ص خ مص م
أُخْتُهُ مُجْتَهِدَةٌ وَلَدٌ خَالِدٌ “Kholid itu saudara perempuannya anak yang rajin”
Selanjutnya diterjemahkan:
“saudara perempuan Kholid itu anak yang rajin”
Shifat adalah status kata yang menerangkan sifat benda. Oleh karenanya kata yang berstatus shifat harus menunjukkan arti sifat. Biasanya berupa shighot isim fa`il, isim maf`ul, atau sifat musyabbihat (yaitu isim yang memberikan pengertian arti sifat).
Isim yang berstatus shifat harus bersesuaian dengan maushufnya (isim yang disifati) dalam 4 hal, yaitu :
1) ma`rifat / nakiroh-nya (tertentu / umum)
2) jenis kelamin-nya (mudzakkar / mu`annast)
3) jumlah isi -nya (mufrod / mutsanna / jama`)
4) i`rob-nya (rofa` / nashob / jarr)
Contoh :
– هِنْدٌ تِلْمِيْذَةٌ مُجْتَهِدَةٌ (Hindun itu siswi yang tekun).
– Setelah mengatakan bahwa air terbagi atas 4 (empat) macam, selanjutnya penulis menyebutkan…: diantaranya adalah :
– طَاهِرٌ غَيْرُ مُطَهِّرٍ (: air suci yang tidak bisa menyucikan)
– … وَهُوَ اَلْمَاءُ اَلْمُسْتَعْمَلُ (yaitu air yang sudah dipakai…)
Shifat seperti di atas adalah shifat khaqiqiy. Yakni bahwa penyampaiannya dimaksudkan untuk menyifati benda yang disebut sebelumnya.
Selain shifat khaqiqiy ada shifat sababiy, yakni shifat untuk menyifati benda yang akan disebut sesudahnya. Contoh :
ف ص خ مص م
أُخْتُهُ مُجْتَهِدَةٌ وَلَدٌ خَالِدٌ “Kholid itu saudara perempuannya anak yang rajin”
Selanjutnya diterjemahkan:
“saudara perempuan Kholid itu anak yang rajin”
نف ص ص خ مص م
اِسْتِعْمَالُهُ مَكْرُوْهٌ مُطَهِّرٌ طَاهِرٌ وَهُوَ yaitu air suci yang bisa mensucikan yang makruh dipakai
اِسْتِعْمَالُهُ مَكْرُوْهٌ مُطَهِّرٌ طَاهِرٌ وَهُوَ yaitu air suci yang bisa mensucikan yang makruh dipakai
Jadi, Shifat sababiy adalah status shifat
yang secara teks merupakan shifat kata sebelumnya, tetapi secara esensi
merupakan sifat benda yang disebut sesudahnya.
Susunan shifat sababiy : Maushuf, status shifat, status fa`il/naibul fa`il. (perhatikanlah contoh diatas).
Jika shifat khaqiqiy harus bersesuaian dengan maushuf-nya dalam 4 hal, maka kesesuaian pada shifat sababiy dengan maushuf-nya hanya dalam 2 hal saja. Yaitu pada isim ma`rifat/nakiroh-nya dan i`rob-nya. Satu isim bisa mempunyai banyak shifat.
ص ص مص
الـرَّحِـيْمِ الـرَّحْـمنِ اللهِ بِسْـمِ
Dengan nama Allah yang Maha pengasih (lagi) Maha penyayang
Contoh :
Susunan shifat sababiy : Maushuf, status shifat, status fa`il/naibul fa`il. (perhatikanlah contoh diatas).
Jika shifat khaqiqiy harus bersesuaian dengan maushuf-nya dalam 4 hal, maka kesesuaian pada shifat sababiy dengan maushuf-nya hanya dalam 2 hal saja. Yaitu pada isim ma`rifat/nakiroh-nya dan i`rob-nya. Satu isim bisa mempunyai banyak shifat.
ص ص مص
الـرَّحِـيْمِ الـرَّحْـمنِ اللهِ بِسْـمِ
Dengan nama Allah yang Maha pengasih (lagi) Maha penyayang
Contoh :
I`rob shifat mengikuti maushuf-nya.
Selain status shifat ada lagi status yang tidak punya i`rob sendiri,
i`robnya hanya mengikut kepada i`rob kata yang diikuti. Dibawah ini
adalah status kata yang i`robnya hanya mengikut kepada yang diikuti,
yaitu :
1) Shifat (isim shifat untuk menerangkan sifat benda)
2) ‘Ataf (kata sambungan dari kata sebelumnya)
3) Taukid (isim tertentu, berfungsi memperjelas kebenaran penyebutan)
4) Badal (isim yang isinya sama dengan yang sudah disanpaikan, atau merupakan sebagiannya.)
(Tentang badal dan taukid lihat pada babnya masing-masing)
2. KHAL DAN SHOHIBUL KHAL
Yaitu isim nakiroh yang mengandung arti sifat atau keadaan, dimana penyampaiannya dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan benda saat melakukan pekerjaan. Isim yang dijelaskan keadaannya disebut sokhibul khal/dzul khal.
Oleh karena keadaan adalah situasi dan kondisi yang berhubungan dengan sifat, maka kata yang menjadi khal biasanya berbentuk isim shifat, yakni: shighot isim fa`il, isim maf`ul, atau isim yang mengandung arti sifat/keadaan.
حا
مَرِيْـضًـا خَـالِدٌ نِيْ جَاءَ
Kholid datang kepadaku (dalam keadaan) sakit
Contoh :
1) Shifat (isim shifat untuk menerangkan sifat benda)
2) ‘Ataf (kata sambungan dari kata sebelumnya)
3) Taukid (isim tertentu, berfungsi memperjelas kebenaran penyebutan)
4) Badal (isim yang isinya sama dengan yang sudah disanpaikan, atau merupakan sebagiannya.)
(Tentang badal dan taukid lihat pada babnya masing-masing)
2. KHAL DAN SHOHIBUL KHAL
Yaitu isim nakiroh yang mengandung arti sifat atau keadaan, dimana penyampaiannya dimaksudkan untuk menjelaskan keadaan benda saat melakukan pekerjaan. Isim yang dijelaskan keadaannya disebut sokhibul khal/dzul khal.
Oleh karena keadaan adalah situasi dan kondisi yang berhubungan dengan sifat, maka kata yang menjadi khal biasanya berbentuk isim shifat, yakni: shighot isim fa`il, isim maf`ul, atau isim yang mengandung arti sifat/keadaan.
حا
مَرِيْـضًـا خَـالِدٌ نِيْ جَاءَ
Kholid datang kepadaku (dalam keadaan) sakit
Contoh :
Dalam bab ini yang penting untuk diingat adalah bahwa isim yang berstatus khal harus berupa isim shifat yang nakiroh, sedangkan yang menjadi shohibul khal/dzul khal harus isim yang ma`rifat . (Ingat-ingat kembali 6 kelompok isim yang ma`rifat ).
———–o0o———-
Kana & akhowat-nya (Kana dkk.) selalu bersama mubtada dan khobar mubtada` tapi kemudian status mubtada` dan khobar mubtada` dicopot oleh kana dkk. Setelah keduanya tidak punya kedudukan kemudian diberi status dan i`rob baru. Mantan mubtada` dirubah statusnya menjadi ‘isim’ kana dkk dengan i`rob rofa` baru, dan mantan khobar mubtada` dirubah statusnya menjadi ‘khobar’ kana dkk dengan i`rob berganti nashob.
Isim kana dkk. di-i`rob rofa`, khobar kana dkk. di-i`rob nashob.
Contoh :
خ م خ
1. غَـفُـوْرٌ اللهُ menjadi غَفُوْرًا اللهُ كَانَ
Allah Maha Pengampun
1. غَـفُـوْرٌ اللهُ menjadi غَفُوْرًا اللهُ كَانَ
Allah Maha Pengampun
ص خ مص م ص خ مص
2 مُجْتَهِـدٌ وَلَدٌ خَالِدٌ menjadi مُجْتَهِـدًا وَلَدًا خَالِدٌ كَانَ
Kholid itu anak yang rajin
2 مُجْتَهِـدٌ وَلَدٌ خَالِدٌ menjadi مُجْتَهِـدًا وَلَدًا خَالِدٌ كَانَ
Kholid itu anak yang rajin
Kelompok Kana yang sering muncul di dalam bacaan diantaranya yaitu:
1. كَان :…….. (biasanya tidak diartikan).
Contoh : كَانَ اللهُ غَفُوْرًا Allah itu Maha Pengampun
2. لَـيْسَ : tidak/bukan.
Contoh : خ
كَالأُنْثَى الذَّكَرُ ولَيْسَ Lelaki itu tidak seperti perempuan.
3. صَـا رَ : menjadi
Contoh : خ
عَالِمًا رَجُلاً مُحَمَّدٌ صَارَ Muhammad jadi pemuda yang pandai
4. اَصْـبَحَ : menjadi
Contoh : خ
عَاجِبًا خَالِدٌ اَ صْـبَحَ Kholid jadi kagum
5. مَا دَامَ : selagi
Contoh : خ
مُجْتَهِدًا بَكْرٌ مَا دَامَ اَجْتَهِـدُ Saya akan rajin selagi Bakar rajin
6. مَا زَالَ : selalu
Contoh : خ
الى اللهِ يَدْعُـوْنَ مَا يَزَالُوْنَ Mereka senantiasa berdoa kepada Allah
1. كَان :…….. (biasanya tidak diartikan).
Contoh : كَانَ اللهُ غَفُوْرًا Allah itu Maha Pengampun
2. لَـيْسَ : tidak/bukan.
Contoh : خ
كَالأُنْثَى الذَّكَرُ ولَيْسَ Lelaki itu tidak seperti perempuan.
3. صَـا رَ : menjadi
Contoh : خ
عَالِمًا رَجُلاً مُحَمَّدٌ صَارَ Muhammad jadi pemuda yang pandai
4. اَصْـبَحَ : menjadi
Contoh : خ
عَاجِبًا خَالِدٌ اَ صْـبَحَ Kholid jadi kagum
5. مَا دَامَ : selagi
Contoh : خ
مُجْتَهِدًا بَكْرٌ مَا دَامَ اَجْتَهِـدُ Saya akan rajin selagi Bakar rajin
6. مَا زَالَ : selalu
Contoh : خ
الى اللهِ يَدْعُـوْنَ مَا يَزَالُوْنَ Mereka senantiasa berdoa kepada Allah
Fi`il madhi Kana, fi`il mudhori- nya,
fi`il ’amr-nya, fi`il nahiy-nya berpengaruh sama separti kana, yakni
merusak status mubtada` dan khobar mubtada`. Kana yang berbentuk shighot
mashdar ( كَــوْن ) pasti berposisi mudhof, isimnya berposisi mudhof
ilaih, sehingga isim tersebut tidak di-i`rob rofa`, melainkan di-i`rob
jarr, walaupun statusnya sebagai subjek. Contoh :
خ
مُجْتَهِدًا لِـكَوْنِهِ أَكْرَمْتُهُ Saya menghormatinya karena ia rajin
خ
مُجْتَهِدًا لِـكَوْنِهِ أَكْرَمْتُهُ Saya menghormatinya karena ia rajin
Sebagaimana khobar mubtada`, khobar kana
dkk juga ada yang berbentuk susunan jumlah fi`liyyah, ada yang berbentuk
jumlah ismiyyah, ada yang berbentuk syibhul jumlah, ada pula yang
berbentuk fi`il mu`awwal
Contoh :
خ
a. مَعَ بَكْرٍ يَتَكَـلَّمُ كان خَالِدٌ Kholid sedang berbincang dengan Bakar
(Khobar kana dkk berbentuk jumlah fi`liyyah )
Contoh :
خ
a. مَعَ بَكْرٍ يَتَكَـلَّمُ كان خَالِدٌ Kholid sedang berbincang dengan Bakar
(Khobar kana dkk berbentuk jumlah fi`liyyah )
خ
b. أَبُــوْهُ مُـعَـلِّمٌ بَكْرٌ كَان Ayah Bakar adalah guru
(Khobar kana dkk berbentuk jumlah ismiyyah)
خ
c. على المَـكْتَبِ الدَّفْتَرُ كان Buku itu diatas meja
(Khobar kana dkk syibhul jumlah berbentuk jarr majrur)
خ
d. خَارِجَ الْفَصْلِ التَّلامِيْذُ كان Para siswa itu diluar kelas
(Khobar kana syibhul jumlah berbentuk dhorof madhruf)
خ
e. مَعَنِيْ اَنْ يُسَافِرَ خَالِدٌ كان Kholid akan pergi bersama saya
(Khobar kana berbentuk fi`il mu`awwal)
b. أَبُــوْهُ مُـعَـلِّمٌ بَكْرٌ كَان Ayah Bakar adalah guru
(Khobar kana dkk berbentuk jumlah ismiyyah)
خ
c. على المَـكْتَبِ الدَّفْتَرُ كان Buku itu diatas meja
(Khobar kana dkk syibhul jumlah berbentuk jarr majrur)
خ
d. خَارِجَ الْفَصْلِ التَّلامِيْذُ كان Para siswa itu diluar kelas
(Khobar kana syibhul jumlah berbentuk dhorof madhruf)
خ
e. مَعَنِيْ اَنْ يُسَافِرَ خَالِدٌ كان Kholid akan pergi bersama saya
(Khobar kana berbentuk fi`il mu`awwal)
Sebagaimana khobar mubtada` yang
terkadang ditulis mendahului mubtada`nya demikian pula dengan khobar
kana yang terkadang juga ditulis mendahului kana, dengan syarat yang
sama, yakni khobar harus berbentuk syibih jumlah (jarr majrur/dhorof
madhruf).
Kana dan kelompoknya digolongkan ke dalam kelompok fi`il yang naqish, yakni tidak sempurna. karena sebagai fi`il mestinya yang dibutuhkannya adalah fa`il, bukan isim dan khobar.
Tapi terkadang kita temukan kana ‘tamm’ (sempurna), yakni kana berlaku sebagaimana fi`il biasa lainnya, yakni ia hanya butuh fa`il saja. Biasanya kana ‘tamm’ ditafsiri dengan kata وُجِدَ atau يُوْجَدُ , sering diterjemahkan ‘ada’.
Kana dan kelompoknya digolongkan ke dalam kelompok fi`il yang naqish, yakni tidak sempurna. karena sebagai fi`il mestinya yang dibutuhkannya adalah fa`il, bukan isim dan khobar.
Tapi terkadang kita temukan kana ‘tamm’ (sempurna), yakni kana berlaku sebagaimana fi`il biasa lainnya, yakni ia hanya butuh fa`il saja. Biasanya kana ‘tamm’ ditafsiri dengan kata وُجِدَ atau يُوْجَدُ , sering diterjemahkan ‘ada’.
———–o0o———-
Inna & akhowatnya (inna dkk) juga
merusak mubtada dan khobar mubtada`. Status mubtada` dan khobar mubtada`
dicopot oleh inna dkk, lalu diberi status dan i`rob baru. Mantan
mubtada` menjadi `isim inna dkk (subjeknya inna dkk) kemudian di-i`rob
nashob. Dan mantan khobar mubtada` diberi status baru menjadi `khobar`
inna dkk (predikatnya inna dkk.) dan di-i`rob rofa` baru.
Contoh :
خ م خ
1. غَفُـوْرٌ اللهُ menjadi غَفُـوْرٌ اِنّ اللهَ
Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun
ص خ م ص خ
2. مُجْتَهِـدٌ وَلَدٌ خَالِدٌ menjadi مُجْتَهِـدٌ وَلَدٌ اِنَّ خَالِدًا
Sesungguhnya Kholid itu anak yang rajin
Isimnya Inna dkk di-irob nashob, khobarnya Inna dkk di i`rob rofa`
Contoh :
خ م خ
1. غَفُـوْرٌ اللهُ menjadi غَفُـوْرٌ اِنّ اللهَ
Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun
ص خ م ص خ
2. مُجْتَهِـدٌ وَلَدٌ خَالِدٌ menjadi مُجْتَهِـدٌ وَلَدٌ اِنَّ خَالِدًا
Sesungguhnya Kholid itu anak yang rajin
Isimnya Inna dkk di-irob nashob, khobarnya Inna dkk di i`rob rofa`
Kelompok inna yaitu:
1. اِ نّ artinya ; sesungguhnya
2. اَنّ artinya ; sesungguhnya
3. كَــأَنَّ artinya ; seakan benar-benar
4. لَـكِـنَّ artinya ; akan tetapi
5. لَعَلَّى artinya ; agar/semoga
6. لَيْتَ artinya ; seandainya
1. اِ نّ artinya ; sesungguhnya
2. اَنّ artinya ; sesungguhnya
3. كَــأَنَّ artinya ; seakan benar-benar
4. لَـكِـنَّ artinya ; akan tetapi
5. لَعَلَّى artinya ; agar/semoga
6. لَيْتَ artinya ; seandainya
Khobar inna dkk ada yang berbentuk susunan jumlah fi`liyyah, jumlah ismiyyah, dan ada yang berbentuk syibhul jumlah.
Contoh :
خ
a. لَنْ يَعُوْدَ الْوَقْتَ اِنَّ Sesungguhnya waktu tidak akan kembali
( Khobar inna dkk. berbentuk jumlah fi`liyyah )
خ
b. أَبُــوْهُ طَّبِيْبُ خَالِدًا اِنَّ Sesungguhnya ayah Si Kholid seorang dokter
( Khobar inna dkk. berbentuk jumlah ismiyyah )
خ
c. مُبِيْنٍ لَـفِى ضَلالٍ انَّـهُمْ Sesungguhnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata
( Khobar inna dkk. Syibhul Jumlah yg Jarr Majur)
Contoh :
خ
a. لَنْ يَعُوْدَ الْوَقْتَ اِنَّ Sesungguhnya waktu tidak akan kembali
( Khobar inna dkk. berbentuk jumlah fi`liyyah )
خ
b. أَبُــوْهُ طَّبِيْبُ خَالِدًا اِنَّ Sesungguhnya ayah Si Kholid seorang dokter
( Khobar inna dkk. berbentuk jumlah ismiyyah )
خ
c. مُبِيْنٍ لَـفِى ضَلالٍ انَّـهُمْ Sesungguhnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata
( Khobar inna dkk. Syibhul Jumlah yg Jarr Majur)
Catatan :
1. Inna dkk. tidak boleh didahului isim-nya maupun khobar-nya.
2. Khobar inna dkk hanya boleh mendahului isim-nya, tidak boleh mendahului inna dkk, itupun dengan syarat khobar tersebut harus berbentuk syibhul jumlah (jarr majrur / dhorof madhruf).
Contoh : اِنَّ فِى ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
1. Inna dkk. tidak boleh didahului isim-nya maupun khobar-nya.
2. Khobar inna dkk hanya boleh mendahului isim-nya, tidak boleh mendahului inna dkk, itupun dengan syarat khobar tersebut harus berbentuk syibhul jumlah (jarr majrur / dhorof madhruf).
Contoh : اِنَّ فِى ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
———–o0o———-
Huruf – huruf `Athof yaitu :
وَ = dan لا = tidak/bukan
فَ = maka حَـتَّى = sehingga
ثُـمَّ = kemudian اِ مَّـا = adakalanya
أَ وْ = atau بَـلْ = tetapi
اَ مْ = atau لَـكِنْ = tetapi
Contoh :
جَاءَ نِيْ خَالِدٌ و بَكْـرٌ Kholid dan Bakar datang kepadaku
جَاءَ خَالِدٌ فَــبَكْـرٌ Kholid datang, maka (sesaat kemudian) Bakar datang
حَضَرَ خَالِدٌ ثُمَّ بَكْـرٌ Kholid datang , (setelah cukup lama) kemudian Bakar datang
تَزَوَّجْ هِنْـدًا أو أُخْـتَـهَا Kawinilah Hindun atau (kawinilah) saudara perempuannya
Kata yang menyambung terletak sesudah huruf `athof, disebut ma`thuf . dan yang disambungi (telah disebutkan di depan) disebut ma`thuf `alaih. I`rob `athof mengikut ma`thuf `alaihnya (rofa`, nashob, atau jarr)
وَ = dan لا = tidak/bukan
فَ = maka حَـتَّى = sehingga
ثُـمَّ = kemudian اِ مَّـا = adakalanya
أَ وْ = atau بَـلْ = tetapi
اَ مْ = atau لَـكِنْ = tetapi
Contoh :
جَاءَ نِيْ خَالِدٌ و بَكْـرٌ Kholid dan Bakar datang kepadaku
جَاءَ خَالِدٌ فَــبَكْـرٌ Kholid datang, maka (sesaat kemudian) Bakar datang
حَضَرَ خَالِدٌ ثُمَّ بَكْـرٌ Kholid datang , (setelah cukup lama) kemudian Bakar datang
تَزَوَّجْ هِنْـدًا أو أُخْـتَـهَا Kawinilah Hindun atau (kawinilah) saudara perempuannya
Kata yang menyambung terletak sesudah huruf `athof, disebut ma`thuf . dan yang disambungi (telah disebutkan di depan) disebut ma`thuf `alaih. I`rob `athof mengikut ma`thuf `alaihnya (rofa`, nashob, atau jarr)
———–o0o———-
Taukid yaitu memperjelas benda yang telah
dinyatakan dengan mengulang kata yang sama atau menggunakan kata-kata
tertentu yang disebut adat taukid, yakni ;
جَمِيْـعُ dan kata turunannya, artinya ; semuanya
كُــلُّ dan kata turunannya, artinya ; semuanya
نَـفْسُ dan kata turunannya, artinya ; dirinya
عَـيْنُ dan kata turunannya, artinya ; dirinya
Contoh :
ت
1. زَيْدٌ زَيْدٌ جَاءَ Zaid, ya.. Zaid sudah hadir
ت
2. جَمِيْعًـا الْقَـوْمَ عَرَفْتُ Saya kenal kaum itu semua
ت
3. عَيْـنَـهَا الاِمْرأَةَ رَأَيْتُ Saya melihat diri perempuan itu
ت
4. نَـفْسَهـَا وأُحِبُّـهـَا Dan saya menyukai diri perempuan itu
ت
5. كُـلّـِهَـا مَعَ اِخْـوَتِهَـا وَ تَعَرَّفْتُ
Dan saya sudah berkenalan dengan semua saudaranya
I`rob taukid mengikut mu`akkadnya (kata yang diperjelas).
جَمِيْـعُ dan kata turunannya, artinya ; semuanya
كُــلُّ dan kata turunannya, artinya ; semuanya
نَـفْسُ dan kata turunannya, artinya ; dirinya
عَـيْنُ dan kata turunannya, artinya ; dirinya
Contoh :
ت
1. زَيْدٌ زَيْدٌ جَاءَ Zaid, ya.. Zaid sudah hadir
ت
2. جَمِيْعًـا الْقَـوْمَ عَرَفْتُ Saya kenal kaum itu semua
ت
3. عَيْـنَـهَا الاِمْرأَةَ رَأَيْتُ Saya melihat diri perempuan itu
ت
4. نَـفْسَهـَا وأُحِبُّـهـَا Dan saya menyukai diri perempuan itu
ت
5. كُـلّـِهَـا مَعَ اِخْـوَتِهَـا وَ تَعَرَّفْتُ
Dan saya sudah berkenalan dengan semua saudaranya
I`rob taukid mengikut mu`akkadnya (kata yang diperjelas).
Badal adalah isim yang isinya merupakan
benda yang sudah disebut, atau sebagiannya, panyampaiannya dimaksudkan
untuk memperjelas benda mana atau siapa sebenarnya yang dimaksudkan
dengan tanpa mengulang kata yang sama dan tidak memakai adat taukid.
Secara sederhana Badal dapat difahami sebagai ralat redaksi memakai kata
selain adat taukid
Contoh :
ب
1. سَيْفٌ الْوَقْتُ عَلِيٌّ الاِمَـام قَال Seorang pemimpin (Ali) berkata: bahwa waktu adalah pedang
ب
1. سَيْفٌ الْوَقْتُ عَلِيٌّ الاِمَـام قَال Seorang pemimpin (Ali) berkata: bahwa waktu adalah pedang
ب
2. بَعْـضُهُمْ… الْـعُـلَمَـاءُ وَاتَّـفَقَ Para ulama’ (sebagian dari mereka) bersepakat …
2. بَعْـضُهُمْ… الْـعُـلَمَـاءُ وَاتَّـفَقَ Para ulama’ (sebagian dari mereka) bersepakat …
Kesesuaian isim yang berstatus badal dengan mubdal minhu-nya (isim yang diperjelas) cukup dalam hal i`rob-nya saja.
———–o0o———-
Maf`ul Mutlaq adalah isim yang
shighot-nya mashdar yang penyampaiannya dimaksudkan untuk mempertegas
pernyataan, atau menjelaskan bentuk pekerjaan, atau menerangkan
banyaknya hitungan pekerjaan. Selanjutnya kata yang berstatus maf`ul
muthlaq di-i`rob nashob.
Contoh :
مـط
1. تَغَـيُّرًا الْـمَـاءِ لَـوْنُ تَـغَيَّـرَ
Warna air itu benar-benar telah berubah. (mempertegas pekerjaan)
مـط
2. مِنَ السَّـفَـرِ الْعَائدِ سَلاَمَ عَلَيْهِ سَلَّمْتُ
Aku mengucap salam kepadanya seperti salam kepada orang yang pulang dari bepergian. (menerangkan bentuk pekerjaan)
مـط
3. مَرَّاتٍ ثَلاَثَ الْكِتَابَ ذلِكَ قَرَأْتُ
Saya membaca buku itu tiga kali. (menjelaskan hitungan pekerjaan)
مـط
1. تَغَـيُّرًا الْـمَـاءِ لَـوْنُ تَـغَيَّـرَ
Warna air itu benar-benar telah berubah. (mempertegas pekerjaan)
مـط
2. مِنَ السَّـفَـرِ الْعَائدِ سَلاَمَ عَلَيْهِ سَلَّمْتُ
Aku mengucap salam kepadanya seperti salam kepada orang yang pulang dari bepergian. (menerangkan bentuk pekerjaan)
مـط
3. مَرَّاتٍ ثَلاَثَ الْكِتَابَ ذلِكَ قَرَأْتُ
Saya membaca buku itu tiga kali. (menjelaskan hitungan pekerjaan)
———–o0o———-
1. Dhorof Makan
Yaitu isim yang artinya mengandung pengertian tempat tak terbatas, yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai keterangan tempat keberadaan benda atau tempat dilakukannya pekerjaan yang dinyatakan. Selanjutnya isim yang yang berstatus dhorof makan di-i`rob nashob.
Contoh :
ظ
1. الْفَـصْلِ اَمَـامَ خَـالِدٌ يَـقُـوْمُ
Kholid sedang berdiri di depan kelas
ظ
2. الْمَكْـتَبِ تَحْتَ الـقَـلَمَ وَجَدْتُ
Saya menemukan pulpen itu di bawah meja
Yaitu isim yang artinya mengandung pengertian tempat tak terbatas, yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai keterangan tempat keberadaan benda atau tempat dilakukannya pekerjaan yang dinyatakan. Selanjutnya isim yang yang berstatus dhorof makan di-i`rob nashob.
Contoh :
ظ
1. الْفَـصْلِ اَمَـامَ خَـالِدٌ يَـقُـوْمُ
Kholid sedang berdiri di depan kelas
ظ
2. الْمَكْـتَبِ تَحْتَ الـقَـلَمَ وَجَدْتُ
Saya menemukan pulpen itu di bawah meja
2. Dhorof Zaman
Yaitu isim yang artinya mengandung pengertian waktu yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai keterangan waktu dilakukannya pekerjaan yang dinyatakan. Selanjutnya isim yang berstatus dhorof zaman di-i`rob nashob
Contoh :
ظ
1. قَـبْـلَ : sebelum Contoh: بَكْـرٍ قَبْـلَ خَـالِدٌ جَـاء
Kholid datang sebelum Bakar
ظ
2. بَـعْـدَ : sesudah Contoh: بَـعْـدَ الأَكْـلِ الدَّوَاءَ شَـرِبْتُ
Saya meminum obat itu sesudah makan
ظ
3. صَـبَاحًـا : pagi Contoh : صَبَاحًا اِلى مَزْرَعَةٍ ذَهَبَ الْفَلَّاحُوْنَ
Para petani pergi ke ladang di waktu pagi
Kata yang artinya merupakan tempat terbatas, seperti : masjid, sekolah, kamar, rumah, kampung, desa, kota dll, tidak bisa dijadikan dhorof , karena syarat tempat yang berstatus dhorof makan harus merupakan tempat yang tak terbatas.
Isim yang shighot-nya isim zaman atau isim makan yang berbarengan dengan fi`il-nya, atau dengan kata yang punya arti sama dengan fi`il-nya harus di-i`rob nashob berstatus dhorof.
ظ
1. بَكْرٍ مَجْلِسَ خَالِدٌ جَلَسَ
Kholid duduk di kursi Bakar
ظ
2. بَكْـرٍ مَجْـلِسَ خَالِدُ يَقـعُـدُ
Kholid duduk di kursi Bakar
Contoh :
Yaitu isim yang artinya mengandung pengertian waktu yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai keterangan waktu dilakukannya pekerjaan yang dinyatakan. Selanjutnya isim yang berstatus dhorof zaman di-i`rob nashob
Contoh :
ظ
1. قَـبْـلَ : sebelum Contoh: بَكْـرٍ قَبْـلَ خَـالِدٌ جَـاء
Kholid datang sebelum Bakar
ظ
2. بَـعْـدَ : sesudah Contoh: بَـعْـدَ الأَكْـلِ الدَّوَاءَ شَـرِبْتُ
Saya meminum obat itu sesudah makan
ظ
3. صَـبَاحًـا : pagi Contoh : صَبَاحًا اِلى مَزْرَعَةٍ ذَهَبَ الْفَلَّاحُوْنَ
Para petani pergi ke ladang di waktu pagi
Kata yang artinya merupakan tempat terbatas, seperti : masjid, sekolah, kamar, rumah, kampung, desa, kota dll, tidak bisa dijadikan dhorof , karena syarat tempat yang berstatus dhorof makan harus merupakan tempat yang tak terbatas.
Isim yang shighot-nya isim zaman atau isim makan yang berbarengan dengan fi`il-nya, atau dengan kata yang punya arti sama dengan fi`il-nya harus di-i`rob nashob berstatus dhorof.
ظ
1. بَكْرٍ مَجْلِسَ خَالِدٌ جَلَسَ
Kholid duduk di kursi Bakar
ظ
2. بَكْـرٍ مَجْـلِسَ خَالِدُ يَقـعُـدُ
Kholid duduk di kursi Bakar
Contoh :
اِذَا , حَيْثُ dan حِيْنَ adalah dhorof
yang mabniy, selau berposisi mudhof, dan mudhof ilaihnya berbentuk
jumlah (susunan kalimat).
———–o0o———-
Tamyiz yaitu isim nakiroh yang
penyampaiannya dimaksudkan untuk menjelaskan hal yang dinyatakan dengan
angka, atau menerangkan sesuatu yang belum jelas. Seakan tamyiz
merupakan jawaban dari pertanyaan. `Apanya ?`
Contoh :
تــم
1. يَوْمًـا ثَـلا ثِيْنَ صُـمْتُ
Saya berpuasa selama 30 hari
تــم
2. اَلْـفَ رُبِيّــةٍ خَمْـسِيْنَ اَعْـطَيْتُـهُ
Saya memberinya 50 (ribu rupiah
تــم
3. خُـلُـقًا هِنْـدٌ حَـسُنَتْ
Hindun itu baik (budi pekertinya)
Tamyiz harus berupa isim nakiroh (kata benda yang bersifat umum), dan di-i`rob nashob. Kata yang diperjelas atau hitungan yang diterangkan oleh tamyiz disebut dengan mumayyaz.
Kasus tamyiz biasa muncul sesudah isim tafdhil, dan sesudah adat murokkab.
Isim tafdlil yaitu isim mengikuti bentuk kata أَفْعَلُyang mempunyai arti `lebih`…
Contoh : اَلسِّوَاكُ فِى ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اِسْتِحْبَابَا
Gosok gigi dalam tiga keadaan hukumnya lebih disunahkan
Adat murokkab yaitu hitungan antara 11 s/d 19 selain 12.
Contoh : وَالْإِغْتِسَلَاتُ الْمَسْنُوْنَةُ سَبْعَةَ عَشَرَ غُسْلاً
Mandi yang disunahkan ada tujuh belas.
Contoh :
تــم
1. يَوْمًـا ثَـلا ثِيْنَ صُـمْتُ
Saya berpuasa selama 30 hari
تــم
2. اَلْـفَ رُبِيّــةٍ خَمْـسِيْنَ اَعْـطَيْتُـهُ
Saya memberinya 50 (ribu rupiah
تــم
3. خُـلُـقًا هِنْـدٌ حَـسُنَتْ
Hindun itu baik (budi pekertinya)
Tamyiz harus berupa isim nakiroh (kata benda yang bersifat umum), dan di-i`rob nashob. Kata yang diperjelas atau hitungan yang diterangkan oleh tamyiz disebut dengan mumayyaz.
Kasus tamyiz biasa muncul sesudah isim tafdhil, dan sesudah adat murokkab.
Isim tafdlil yaitu isim mengikuti bentuk kata أَفْعَلُyang mempunyai arti `lebih`…
Contoh : اَلسِّوَاكُ فِى ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اِسْتِحْبَابَا
Gosok gigi dalam tiga keadaan hukumnya lebih disunahkan
Adat murokkab yaitu hitungan antara 11 s/d 19 selain 12.
Contoh : وَالْإِغْتِسَلَاتُ الْمَسْنُوْنَةُ سَبْعَةَ عَشَرَ غُسْلاً
Mandi yang disunahkan ada tujuh belas.
———–o0o———-
Istitsna yaitu pengecualian dari
kesimpulan hukum, dengan menggunakan adat istitsna, yaitu; اِلاَّ, خَلَا
, عَدَا yang artinya : kecuali. Isim yang dikecualikan terletak sesudah
adat istitsna` dan disebut mustatsna. Selanjutnya mustatsna di-i`rob
Nashob.
Contoh :
حَـضَرَ زُمَـلاءُ كَ اِ لاَّ بَكْـرًا (Teman-temanmu sudah hadir, kecuali Bakar)
Contoh :
حَـضَرَ زُمَـلاءُ كَ اِ لاَّ بَكْـرًا (Teman-temanmu sudah hadir, kecuali Bakar)
Jika ada kalimat yang kelengkapan
statusnya belum sempurna dipotong oleh adat istitsna` maka kata yang
berada setelah adat istitsna` diberi status yang sesuai dengan kebutuhan
kalimat agar menjadi kalimat sempurna.
Contoh :
مـف
1. اِلاَّ اِيَّـاهُ نَعْـبُـدُ ولا
“Kami tidak menyembah (selain) kepadaNya (Allah SWT)”
Selanjutnya diterjemahkan:
“Kami hanya menyembah kepada Allah”
خ م
2. رَسُـوْلٌ اِلاَّ مُحَـمَّدٌ ومَـا
“Tidaklah Muhammad kecuali seorang utusan”
Selanjutnya diterjemahkan :
“Muhammad (hanyalah) seorang utusan”
ف
3. على مَا هُوَ عَلَيْهِ اِلاَّ هُوَ ولا شَهَادَتَهُ غَيْبَهُ لَا يَعْلَمُ
Tidak ada yang tahu keghoiban dan syuhud-Nya (Allah SWT) dengan sebenarnya selain hanya Allah
Keterangan:
Ketiga isim diatas berada sesudah adat istitsna` namun tidak berstatus mustatsna melainkan sesuai kebutuhan kata sebelum adat istitsna` (yakni kata yang bergaris bawah), sehingga menjadi kalimat sempurna.
Contoh :
مـف
1. اِلاَّ اِيَّـاهُ نَعْـبُـدُ ولا
“Kami tidak menyembah (selain) kepadaNya (Allah SWT)”
Selanjutnya diterjemahkan:
“Kami hanya menyembah kepada Allah”
خ م
2. رَسُـوْلٌ اِلاَّ مُحَـمَّدٌ ومَـا
“Tidaklah Muhammad kecuali seorang utusan”
Selanjutnya diterjemahkan :
“Muhammad (hanyalah) seorang utusan”
ف
3. على مَا هُوَ عَلَيْهِ اِلاَّ هُوَ ولا شَهَادَتَهُ غَيْبَهُ لَا يَعْلَمُ
Tidak ada yang tahu keghoiban dan syuhud-Nya (Allah SWT) dengan sebenarnya selain hanya Allah
Keterangan:
Ketiga isim diatas berada sesudah adat istitsna` namun tidak berstatus mustatsna melainkan sesuai kebutuhan kata sebelum adat istitsna` (yakni kata yang bergaris bawah), sehingga menjadi kalimat sempurna.
———–o0o———-
Huruf لا ada yang boleh diberlakukan
kelompok `inna`, yakni punya isim (subjek) yang di-i`rob nashob dan
khobar (predikat) yang di-i`rob rofa`, namanya `La nafi jinis, tetapi
dengan 2 (dua) syarat, yaitu:
1. Antara لا dengan isimnya tidak dipisah oleh kata apapun.
2. Isim dan khobarnya harus berupa isim nakiroh.
Akan tetapi i`rob nashob isimnya لا nafi jinis adalah i`rob nashob tanpa tanwin (fatkhah tunggal), dan hampir semua khobarnya berupa kata `مَوْجُوْدٌ` yang tidak ditulis.
Contoh : لا حَـوْلَ و لا قُـوَّ ةَ الاّ با للّـــه
Jika kedua syarat tersebut diatas tidak terpenuhi maka لا tidak bisa diberlakukan sebagai kelompok `inna`, dalam hal ini لا tidak berpengaruh dan disebut لا nafi muthlaq. Subjek tetap berstatus mubtada` dan predikat sebagai khobarnya.
1. Antara لا dengan isimnya tidak dipisah oleh kata apapun.
2. Isim dan khobarnya harus berupa isim nakiroh.
Akan tetapi i`rob nashob isimnya لا nafi jinis adalah i`rob nashob tanpa tanwin (fatkhah tunggal), dan hampir semua khobarnya berupa kata `مَوْجُوْدٌ` yang tidak ditulis.
Contoh : لا حَـوْلَ و لا قُـوَّ ةَ الاّ با للّـــه
Jika kedua syarat tersebut diatas tidak terpenuhi maka لا tidak bisa diberlakukan sebagai kelompok `inna`, dalam hal ini لا tidak berpengaruh dan disebut لا nafi muthlaq. Subjek tetap berstatus mubtada` dan predikat sebagai khobarnya.
Apabila di dalam suatu kalimat terdapat
huruf لا lebih dari satu maka huruf-huruf لا boleh dijadikan لا nafi
jinis semua (asal dua hal yang menjadi syarat terpenuhi). Atau dijadikan
لا nafi muthlaq semua (berartiلا tidak berpengaruh).
Contoh :
Contoh :
الاّ با للّـــه ولا قُـوَّ ةٌ لا حَـوْلٌ
———–o0o———-
1. FI`IL MU`AWWAL
Sebagaimana telah dijelaskan pada pelajaran terdahulu bahwa sebenarnya fi`il mu`awwal adalah barisan kata-kata yang merupakan perwujudan dari isim mufrod ber-shighot mashdar, dan oleh karenanya fi`il mu`awwal punya status dan punya i`rob.
a. Terkadang ber-i`rob rofa` sebagai :
– Fa’il (subjek kalimat verbal) ف
Contoh : ثَلاثَةِ اَحْجَارٍ عَلى اَنْ يَقْتَصِرَ يَجُوْزُ
– Na’ibul fa’il (Subjek kalimat pasif) ف
Contoh : عِنْدَ الْقِيَامِ لِلصَّلاة اَنْ يَسْتَاكَ اَحَدٌ يُسْتَحَبُّ
– Mubtada’ (Subjek kalimat nominal)
Contoh : خَيْرٌ لَكُمْ وَ اَنْ تَصُوْمُوْا
– Khobar Mubtada’ (predikat kalimat nominal) خ
Contoh : بِثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ ثُمَّ يُتْبِعَهَا بِالْمَاءِ اَنْ يَسْتَنْجِيَ والاَفْضَلُ
b. Terkadang ber-I`rob Nashob sebagai :
– Maf’ul bih (objek) مف
Contoh : مُحْتَصَرًا فِي الْفِقْهِ اَنْ اَعْمَلَ سَأَلَنِيْ بَعْضُ الاصْدِقَاءِ
Sebagaimana telah dijelaskan pada pelajaran terdahulu bahwa sebenarnya fi`il mu`awwal adalah barisan kata-kata yang merupakan perwujudan dari isim mufrod ber-shighot mashdar, dan oleh karenanya fi`il mu`awwal punya status dan punya i`rob.
a. Terkadang ber-i`rob rofa` sebagai :
– Fa’il (subjek kalimat verbal) ف
Contoh : ثَلاثَةِ اَحْجَارٍ عَلى اَنْ يَقْتَصِرَ يَجُوْزُ
– Na’ibul fa’il (Subjek kalimat pasif) ف
Contoh : عِنْدَ الْقِيَامِ لِلصَّلاة اَنْ يَسْتَاكَ اَحَدٌ يُسْتَحَبُّ
– Mubtada’ (Subjek kalimat nominal)
Contoh : خَيْرٌ لَكُمْ وَ اَنْ تَصُوْمُوْا
– Khobar Mubtada’ (predikat kalimat nominal) خ
Contoh : بِثَلاَثَةِ اَحْجَارٍ ثُمَّ يُتْبِعَهَا بِالْمَاءِ اَنْ يَسْتَنْجِيَ والاَفْضَلُ
b. Terkadang ber-I`rob Nashob sebagai :
– Maf’ul bih (objek) مف
Contoh : مُحْتَصَرًا فِي الْفِقْهِ اَنْ اَعْمَلَ سَأَلَنِيْ بَعْضُ الاصْدِقَاءِ
c. Terkadang ia berada sudah huruf jarr, sehingga i`robnya adalah jarr.
Contoh :
1. يَاْكُلُ وَيَشْرَبُ وَيَسْتَنْجِيْ وَحْدَ هُ بِــــاَنْ صَارَ ……..كَانَ مُمَيِّزًا
2. اَنْ يَعْرِفَهُ الْعَقْلُ وَ يَنْظُرَهُ مِنْ واللّه اَعْظَمُ
Contoh :
1. يَاْكُلُ وَيَشْرَبُ وَيَسْتَنْجِيْ وَحْدَ هُ بِــــاَنْ صَارَ ……..كَانَ مُمَيِّزًا
2. اَنْ يَعْرِفَهُ الْعَقْلُ وَ يَنْظُرَهُ مِنْ واللّه اَعْظَمُ
2. ISIM MU`AWWAL
Seperti halnya fi`il mu`awwal, bahwa sebenarnya isim mu`awwal juga adalah barisan kata-kata yang merupakan rubahan dari isim mufrod ber-shighot mashdar, dan oleh karenanya isim mu`awwal punya status dan punya irob.
a. Isim mu`awwal terkadang muncul berstatus sebagai fa`il, berarti dii`rob rofa` ف
Contoh : ظَهَرَ اَنَّهُ هو الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(Jelas bahwa sesungguhnya Allah itu Maha pengampun lagi Maha pengasih)
Seperti halnya fi`il mu`awwal, bahwa sebenarnya isim mu`awwal juga adalah barisan kata-kata yang merupakan rubahan dari isim mufrod ber-shighot mashdar, dan oleh karenanya isim mu`awwal punya status dan punya irob.
a. Isim mu`awwal terkadang muncul berstatus sebagai fa`il, berarti dii`rob rofa` ف
Contoh : ظَهَرَ اَنَّهُ هو الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(Jelas bahwa sesungguhnya Allah itu Maha pengampun lagi Maha pengasih)
b. Terkadang muncul sebagai maf`ul bih, berarti beri`rob nashob (objek )
Contoh : مف
فَاعْلَمْ اَنَّهُ لا إِلهَ إِلَّا اللّهُ …….
(………. ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah.)
Contoh : مف
فَاعْلَمْ اَنَّهُ لا إِلهَ إِلَّا اللّهُ …….
(………. ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah.)
c. Terkadang berstatus mubtada`, berarti ber-i`rob rofa`
d. Terkadang berstatus khobar, berarti ber-i`rob rofa`
d. Terkadang berstatus khobar, berarti ber-i`rob rofa`
———–o0o———-
Maf`ul Li Ajlih yaitu kata ber-shighot
Mashdar yang penyampaiannya dimaksudkan sebagai keterangan alasan
terjadinya pekerjaan, seakan merupakan jawaban dari pertanyaan
`Mengapa`? Contoh:
حَضَرْتُ مَجْلِسَ الْقُرْأنِ تَدَرُّسًا (Saya hadir di majlis Al-Qur`an ini untuk bertadarus)
حَضَرْتُ مَجْلِسَ الْقُرْأنِ تَدَرُّسًا (Saya hadir di majlis Al-Qur`an ini untuk bertadarus)
———–o0o———-
_TAMAT_
والحمد لله رب العالمين
_TAMAT_
والحمد لله رب العالمين
Kupersembahkan karya ini bagi :
• Ayahanda terhormat : KH. Imron Masyhadi
• Ibunda tercinta : Hj. Hamidah Imron
• Istriku terkasih : Mubarokah
• Anak-anakku tersayang : – Maya Bella Anandayu
– Adelina Mahardika Damayanti
– Nabil Syaibaniy Putra Bangsa
• Ayahanda terhormat : KH. Imron Masyhadi
• Ibunda tercinta : Hj. Hamidah Imron
• Istriku terkasih : Mubarokah
• Anak-anakku tersayang : – Maya Bella Anandayu
– Adelina Mahardika Damayanti
– Nabil Syaibaniy Putra Bangsa
Pekalongan, 8 Juni 2004
Penulis
Penulis
ABDULLAH ZAIN
TANGGAPAN PEMBACA
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………………..
PESAN / SARAN
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..……
N a m a : ……………………………………………………………………
A l a m a t : ……………………………………………………………………
…….………………………………………………………………
Contact Person : ….…………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………..……
N a m a : ……………………………………………………………………
A l a m a t : ……………………………………………………………………
…….………………………………………………………………
Contact Person : ….…………………………………………………………………
Kami merasa sangat senang dan
menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas tanggapan
dan saran dari pembaca terhadap buku ini, semoga menjadi masukan yang
bermanfaat.
Dengan segenap kerendahan hati, kami mohon agar kiranya tanggapan atau saran saudara berkenan dikirim ke alamat di bawah ini.
Dengan segenap kerendahan hati, kami mohon agar kiranya tanggapan atau saran saudara berkenan dikirim ke alamat di bawah ini.
ABDULLAH ZAIN
Pon. Pes. Al-Masyhad.
Jl. Hasanuddin VI. No.15 – Kel. Sampangan – Kota Pekalongan
Jawa Tengah
CP : 0858 6741 5454 – 0813 9241 3402
Pon. Pes. Al-Masyhad.
Jl. Hasanuddin VI. No.15 – Kel. Sampangan – Kota Pekalongan
Jawa Tengah
CP : 0858 6741 5454 – 0813 9241 3402
Kamis, 11 September 2014
Masa Lalu dan Masa Depan
Jangan melihat masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran (James Thurber)
Label:
Ta'lim Kata-Kata Bijak
Langganan:
Postingan (Atom)