Ketahuilah, sesungguhnya berbagai amal baik seperti puasa, shalat dan sejenisnya akan memberikan pengaruh yang baik kepada hati yang lembut dan suci. Orang-orang yang memiliki hati lembut dan baik seharusnya menjadikan amal-amal ini sebagai jalan mereka menuju Allah Ta'ala. Manfaat amal-amal ini untuk orang-orang yang sombong dan berhati keras sangat kecil. Bahkan mereka dapat semakin sombong dan 'ujub karenanya.
Orang-orang yang sombong dan berhati keras harus mengobati penyakitnya dengan amal yang mampu menghancurkan kekuasaan nafs, seperti: Pergaulan dengan orang-orang yang tidak mampu, tawadhu' kepada kaum miskin, meneladani penampilan dan amal mereka, membawa sendiri sedekahnya ke rumah kaum fakir, rumah orang-orang yang tidak di perhatikan dan hatinya luluh (karena Allah) dan mendatangi orang-orang yang tidak di kenal. Pengaruh amal ini bagi nafs yang sulit dan keras lebih baik dari pada pengaruh puasa (sunah) dan shalat (sunah).
Diriwayatkan bahwa ada seorang ulama Bani Israil yang telah mengarang 860 buku hingga namanya tersohor ke seluruh penjuru dunia. Suatu hari Allah Ta'ala mewahyukan kepada seorang Nabi di zaman itu, "Katakanlah kepada Fulan, 'Engkau telah menebarkan kemunafikan di muka bumi. Semua amalmu itu tidak engkau tujukan untuk-Ku.' Ketika Sang Nabi menyampaikan wahyu Allah ini kepadanya, ia segera bersimpuh di hadapannya dan membuang semua bukunya. Selang beberapa waktu ia beribadah dalam sebuah gua di gunung. Allah kembali mewahyukan kepada Sang Nabi, "Temui ulama itu dan katankan padanya, 'Allah berkata Dia tidak meridhoimu." Ketika sang Nabi menyampaikan wahyu ini kepadanya, ia kebingungan dan berkata, "Apa yang harus kulakukan?" Allah Ta'ala lalu memberinya ilham untuk pergi ke pasar dan merendahkan dirinya. Ia pun segera melaksanakan ilham itu; merendahkan dirinya, membantu kaum lemah dan membelai kepala anak yatim. Tak lama kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Nabi-Nya, "Katakan kepadanya, 'Sekarang Aku meridhoimu."
Diriwayatkan pula bahwa seorang penjahat Bani Israil bertemu dengan seorang ahli ibadah ('abid) Bani Israil dalam sebuah perjalanan. Penjahat itu mengikuti sang 'abid sambil berkata dalam hati, "Ketika 'abid itu memperoleh rahmat, semoga aku mendapatkannya juga." Dia terus mengikuti si 'abid menoleh dan berkata, "Apa urusanku denganmu, aku adalah 'abid Bani Israil, sedangkan engkau penjahat Bani Israil. Menyingkirlah!" Dia segera pergi meninggalkan sang 'abid dengan hati hancur. Allah Ta'ala lalu mewahyukan kepada Nabi di zaman itu, "katakan kepada penjahat itu, 'Aku telah mengampuni semua dosamu karena engkau merendahkan diri kepada si 'abid.' Dan katakanlah kepada si 'abid, 'Aku telah menghapuskan semua kebaikanmu karena kesombonganmu kepada penjahat itu.' Katakan kepada keduanya untuk segera beramal dari awal."
(Sayyid Muhammad bin 'Abdullah Al-'aidarus dalam kitabnya Idahu Asrori Ulumil Muqorrobin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar