Kamis, 13 Februari 2014

Ilmu Fardhu 'Ain

Keseharian selaku guru ini membuatku banyak berpikir soal hakikat ilmu, hakikat pendidikan,...hakikat semua proses yang kujalani nyaris tanpa henti yang kukhawatirkan menjadi mekanis dan kehilangan makna akibat miskin nya kontemplasi dan pikir karena begitu tenggelamnya dengan hal-hal yang bersifat rutin. Di antara hal yang banyak kupikirkan adalah apakah sebenarnya yang perlu dipelajari seorang makhluk bernama manusia semumur hidupnya. Tidak diragukan lagi umur manusia ini sangat singkat dan ilmu yang ada nyaris tidak bertepi dan mustahil dipelajari semua. Apalagi jika kita perhatikan perkembangan sains dan teknologi modern yang nyaris tak henti2nya bahkan dalam hitungan waktu yang singkat. Perangkat-perangkat baru teknologi yang dikembangkan dari ilmu-ilmu dasar terus berkembang dengan cepat bahkan dalam hitungan jam. Sains juga berkembang cepat, jurnal-jurnal ilmiah dan banjir informasi dan data tidak terperikan diera informasi dan teknologi ini. Sebagai contoh jika kita ketikkan di google suatu topik ilmiah yang sederhana maka segera kita temukan beribu-ribu informasi yang terkadang jangankan membacanya, memilah-milah semua informasi tersebut nyaris tidak mungkin. Sebagai contoh lagi aku mencoba mengumpulkan sebuah perpustakaan virtual berupa file-file buku hasil downloadan dari berbagai sumber web, terkumpullah dalam jumlah ribuan dan bahkan sudah dalam hitungan Tera byte, bayangkan lah waktu yang bisa disediakan untuk membacanya,...? tentu semua buku itu nyaris dibaca,..dan itupun baru secuil informasi yang sedikit dari semua ilmu manusia yang beredar di dunia ini.

Di era kemajuan informasi, ilmu dan teknologi ini kita juga merasakan keberlimpahan informasi ternyata tidaklah membuat kita bertambah bijak, bertambah dewasa,..bahkan dari waktu ke waktu kita perhatikan kualitas manusia semakin menurun, pertikaian dan kriminalitas semakin hari tidak menunjukkan penurunan, yang semua ini menunjukkan bahwa keberlimpahan informasi ini juga menimbulkan efek kebingungan dan hilangnya makna. Hilangnya makna ini karena ilmu-ilmu yang berlimpah ruah tersebut tidak lagi tersusun dalam adab-adab ilmu, tetapi telah menjadi suatu kekacauan data yang tidak terperikan,..ilmu tidak lagi membawa kepada hikmah dan kearifan,...kenapa ini terjadi? hal ini salah satunya disebabkan kebingungan dalam memilah-milah segi-segi ilmu yang memanusiakan dan menambah kearifan,...memilah ilmu-ilmu yang penting dalam skala prioritas kemanusiaan universal. Dalam istilah islam urutan-urutan ilmu berdasarkan tingkat kefardhuannya, apakah itu tergolong ilmu fardhu a'in, atau fardhu kifayah atau mubah, atau bahkan ilmu yang haram yang harus dijauhi.

Ilmu-ilmu yang dihukumkan mempelajarinya merupakan suatu Fardhu 'Ain ialah tiga:
  1. Pertama: Ilmu Tauhid yang dinamakan ilmu Usuluddin, juga dinamakan ilmu 'AqidaH
  2. Kedua : Ilmu syariat yang dinamakan ilmu Furu', juga dinamakan ilmu Fiqih
  3. Ketiga: Ilmu Batin yang dinamakan ilmu suluk dan ilmu Tariqat, juga dinamakan Tassawuf (sairussalikin syeikh abdussomad al Palimbani).
Semua itu termasuk dalam hadist nabi muhammad saw:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ
yang artinya: "Menuntut ilmu itu wajib atau fardhu di atas setiap muslim (yang aqil balig)"(HR. Ibnu Majah nomor 224 dengan sanad shahih).

Menurut syeikh Abdushomad al Palembani lebih lanjut, di antara hal-hal penting menyangkut ilmu Tauhid yang wajib dipelajari tersebut ialah mengetahui Allah Ta'ala, sifat-sifatNya, yaitu sifat salbiah dan sifat tsubutiyah dan semua perbuatanNya, begitu juga mengenal mengenal (ma'rifat) akan junjungan kita Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mengetahui semua Rasul alaihimus-shalatu-wassalam dan ajaran-ajaran yang mereka sampaikan, dan beriman dengan semua itu sebagaimana dinyatakan dalam ilmu Tauhid atau ilmu Ushuluddin atau ilmu 'Aqaid.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar