Kamis, 02 Oktober 2014

Garam dan Telaga



Suatu ketika, hiduplah orang tua yang bijak. Pada suatu pagi datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masaalah. Langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. Tamu itu, memang tampak sebagai orang yang tidak bahagia. 

Tanpa membuang waktu orang itu menceritakan semua masalalahnya.  Pak tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu di aduknya perlahan. "Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya,.." ujar pak tua itu.

"Pahit, Pahit sekali", jawab sang tamu sambil meludah ke samping. 

Pak tua itu sedikit tersenyum, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga ke dalam hutan tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. 

Pak tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, pak tua berkata lagi, "bagaimana rasanya?"

"Segar" sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam dalam air itu?" tanya pak tua lagi. "Tidak" jawab si anak muda. 

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah, pahitnya kehidupan adalah layaknya segegnggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

"Tetapi kepahitan yang kita rasakan, akan sangat bergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari tempat perasaan kita menempatkan segalanya. (Kumpulan Motivasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar