Rabu, 15 Oktober 2014

Keyakinan dan Prasangka Baik


Pada suatu hari 40 pencuri keluar kota untuk melakukan pekerjaannya. Ketika malam tiba, mereka memasuki sebuah kota. Di kota itu, mereka tidak memiliki teman yang dapat disinggahi atau tempat untuk istirahat. Mereka bertanya kepada penghuni kota di mana mereka bisa istirahat. Orang kota itu menyarankan agar mereka tinggal di pondok pesantren. Mereka kemudian menyamar sebagai penuntut ilmu dan pergi ke suatu pesantren. Sesampainya di sana mereka mengetuk pintu.
"Siapa ya...?" tanya seorang santri.
"Kami hendaK menuntut ilmu di sini," jawab mereka.


Pintu pun lalu dibuka dan mereka mempersilahkan masuk. Malam itu juga mereka menjadi santri di pondok pesantren. Ketika para santri telah lelap dalam tidurnya, mereka melasanakan pekerjaan mereka. Namun, mereka pulang dengan tangan kosong, karena tidak dapat menemukan barang yang pantas dicuri.


Pemilik pesantren memiliki  seorang anak yang telah bertahun-tahun tak mampu berjalan. Ketika melihat para pencuri tadi berwudhu, ia mengambil air bekas wudhu mereka lalu mengusapkan air itu kekaki anaknya dengan niat untuk mendapat berkah mereka. "Semoga Allah menyembuhkan penyakitnya," katanya dalam hati dengan penuh keyakinan.


Ketika para pencuri itu kembali dari pekerjaannya, mereka melihat anak itu berjalan padahal setahu mereka anak ini selama bertahun-tahun hanya bisa duduk saja.


"Bagaimana ia dapat berjalan, bukankah sebeumnya ia hanya bisa duduk saja?" tanya mereka keheranan.


"Benar, ini berkat kalian. Aku mengambil air bekas wudhu kalian dan mengusapkan ke kakinya. Rupanya Allah berkenan menyembuhkannya," jelas pemilik pesantren.


Pencuri itu saling berbisik, "Tuhan memperlakukan kita dengan baik, sedangkan kita selalu bermaksiat kepada-Nya. Kami akan bertobat dan akan bersungguh-sungguh menuntut ilmu."
Mereka semau lalu benar-benar menjadi santri dan selalu tekun menuntut ilmu. Karena kesungguhan mereka, Allah kemudian memberi mereka fath (penyingkapan pemahaman yang besar).


Keyakinan adalah suatu hal yang besar. Disebut dalam sebuah syair.


Jika seseorang meyakini
namun, kenyataan lain dari yang disangka
ia tak akan kecewa
karena Allah akan tetap memberi karunia.

(Dikutip dair kitab Tuhfa al-Asyraf, yaitu kitab yang memuat kalam Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin 'Abdurrahman as-seqqaf yang ditulis oleh muridnya, Habib Ahmad bin 'Alwi al-Jufri.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar