KECERDASAN SAYYIDINA ALI RA
(Tulisan berikut admin Bloger ambil dari Blognya Hubabah Halimah Alaydrus)
RasulAllah SAW seringkali memuji sahabatnya atas hal yang berbeda-beda.
Abu bakar RA misalnya, dipuji beliau atas keimanan yang kuat mengakar di jiwanya.
Umar RA dipujinya atas kemampuannya menegakkan yang hak tanpa takut dicela.
Utsman RA dipujinya atas sifat malunya
yang bahkan membuat malaikatpun menjadi malu padanya, dan Ali bin Abi
Thalib dipujinya atas kecerdasan, ilmu dan pengetahuan yang
menjadikannya gerbang ilmu jika diibaratkan Nabi Muhammad adalah
kotanya.
Kawan, akan kuceritakan padamu sekelumit kisah, setetes dari lautan ilmu Sahabat nabi kita ini..
Seorang wanita di zaman kekhalifahan Abu bakar RA melahirkan padahal dia baru menikah 6 bulan sebelumnya. Dan hal tersebut menimbulkan fitnah dan pergunjingan di masyarakat. Merekapun menuduhnya berzina, dan menuntut pemerintah untuk merajam perempuan tersebut. Maka sebuah sidang diadakan untuk memutuskan apakah anak tersebut adalah hasil zina sehingga perempuan tersebut harus dihukum rajam ataukah dia adalah anak yang sah. Ali RA yang merupakan hakim pada masa tersebut pun didatangkan untuk membuat sebuah keputusan.
“Bayi itu adalah anak yang sah! Nasab dan waris diikutkan kepada ayahnya“
“Atas dasar apa keputusan itu kau buat wahai Ali?“ tanya sang khalifah
“Atas dasar Al-Quran firman Allah SWT, cobalah baca Quran surat Al-Ahqaf ayat 15 Allah SWT berfirman
(وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا)
(..hamil dan menyusui adalah 30 bulan.. )
Sementara dalam ayat yang lain Allah berfirman :
(وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْ)
(..dan wanita menyapih anak yang disusuinya setelah berusia 2 tahun..)
Dua tahun adalah 24 bulan. Maka jika
hamil dan menyusui adalah 30 bulan dan menyusui adalah 24 bulan,
bukankah berarti kehamilan itu adalah 6 bulan? Maka, hamil 6 bulan
adalah mungkin dengan penyaksian Al-Quran.
Dan khalifahpun memutuskan seperti yang telah disampaikan oleh Sayyidina Ali RA.
Kisah lain tentang kecerdasan beliau
Di masa kekhalifahan Sayyidina Umar RA, dua orang perempuan melahirkan di waktu yang hampir bersamaan di rumah seorang bidan. Seseorang diantara mereka melahirkan bayi laki-laki dan seorang lagi melahirkan bayi perempuan. Namun sang bidan yang meletakkan kedua bayi itu berjejeran begitu saja tidak ingat betul siapa ibu bayi laki-laki dan siapa ibu untuk bayi yang perempuan. Dan masalah menjadi pelik tatkala kedua ibu tersebut mengakui dan memperebutkan bayi laki-laki sebagai miliknya.
Masalah tersebut sampai di meja hijau kekhalifan Umar RA, dan beliaupun segera memanggil Sayyidina Ali RA untuk memberikan keputusan yang benar.
“Harap masing-masing dari kedua ibu tersebut mengeluarkan air susunya dan dimasukkan di gelas ini“
Kata beliau seraya menyerahkan 2 buah gelas kepada dua orang tersebut.
Setelah dua gelas tersebut berisi air
susu dari masing-masing ibu baru itu dan diberi tanda agar tidak
tertukar, beliaupun kemudian menimbang air susu tersebut dalam sebuah
timbangan. Dan ternyata sesuai perkiraan beliau satu gelas susu itu
lebih berat dari yang lainnya.
Beliau kemudian memutuskan bahwa pemilik susu yang berat adalah ibu dari bayi yang laki-laki, sementara ibu dengan air susu yang lebih ringan adalah ibu dari bayi yang perempuan. Tatkala ditanyakan dengan dalilnya. Beliaupun kemudian membacakan firman ALLAH SWT, An-Nisa ayat 11 :
(لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ ٱلْأُنثَيَيْنِ)
(..bagi laki-laki adalah dua kali jatah perempuan..)
Kisah yang ini terjadi di masa
kekhalifahan beliau sendiri di tengah perselisihan dan perpecahan umat
yang mulai berlangsung. Dan siang itu disaat khutbah jumat dengan beliau
bertugas sebagai khatib, seorang munafik mengangkat tangan mengajukan
tiga buah pertanyaan. Diawali dengan ucapan pedasnya :
“Wahai khalifah, Nabi Muhammad
mengatakan bahwa beliau adalah kota ilmu dan engkau adalah pintunya,
maka jika engkau benar-benar pintu dari kota ilmu, tentulah semua
pertanyaanku dapat engkau jawab dengan benar”
“Silahkan ajukan pertanyaanmu” kata Sayyidina Ali RA
“Pertanyaan pertama, berapa jarak antara timur dan barat bumi ini?”
Tanpa diam lama, Sayyidina Ali menjawab “Selama perjalanan matahari dari pagi hingga sore hari”
Semua jamaah Jum'at berdecak kagum atas
ketepatan jawabannya. Ya, bukankah matahari memang terbit di timur di
waktu pagi dan tenggelam di barat saat sore hari?
“Pertanyaan kedua, apa yang sedang Allah SWT kerjakan saat ini?”
Sayyidina Ali RA tidak menjawab pertanyaan tersebut. Beliau malah turun dari mimbar kemudian naik kembali dan berkata
“Yang sedang Allah lakukan saat ini
adalah menurunkan saya dari mimbar, menaikkan saya kembali, kemudian
menjawab pertanyaanmu ini“
Dengan jawaban beliau yang tak terbantahkan itu, diapun menjadi terlihat kesal dan kemudian berkata
“Pertanyaan terakhir, kenapa di zaman
khalifah Abu bakar dan Umar RA negeri ini aman dan damai, tidak ada
perselisihan dan perpecahan, sementara di masa engkau memerintah ini
negeri kita dipenuhi dengan huru-hara, keributan dan perselisihan antar
sesama umat islam?”
Sayyidina Ali RA tersenyum mendapati pertanyaan yang bukan ilmu pengetahuan tapi perdebatan yang memojokkan beliau ini. Kemudian beliau berkata
“Ya, tentu saja di zaman khalifah Abu
bakar dan Umar memerintah negeri kita damai, aman dan sejahtera sebab
pemimpinnya adalah mereka dan rakyatnya adalah orang-orang seperti saya.
Sementara di masa sekarang ini pemimpinnya adalah saya dan rakyatnya
adalah orang-orang sepertimu“
Orang tersebut terdiam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar