Taksononi Bloom
Bloom's taxonomy is a way of distinguishing the fundamental questions within the education system. It is named after Benjamin Bloom, who chaired the committee of educators that devised the taxonomy. He also edited the first volume of the standard text, Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals.[1]
Bloom's taxonomy refers to a classification of the different objectives that educators set for students (learning objectives). It divides educational objectives into three "domains": cognitive, affective, and psychomotor (sometimes loosely described as "knowing/head", "feeling/heart" and "doing/hands" respectively). Within the domains, learning at the higher levels is dependent on having attained prerequisite knowledge and skills at lower levels.[2] A goal of Bloom's taxonomy is to motivate educators to focus on all three domains, creating a more holistic form of education.[1]
Bloom's taxonomy is considered to be a foundational and essential element within the education community.[3] A mythology has grown around the taxonomy, possibly due to many people learning about the taxonomy through second hand information. Bloom himself considered the Handbook "one of the most widely cited yet least read books in American education"
Bloom's taxonomy refers to a classification of the different objectives that educators set for students (learning objectives). It divides educational objectives into three "domains": cognitive, affective, and psychomotor (sometimes loosely described as "knowing/head", "feeling/heart" and "doing/hands" respectively). Within the domains, learning at the higher levels is dependent on having attained prerequisite knowledge and skills at lower levels.[2] A goal of Bloom's taxonomy is to motivate educators to focus on all three domains, creating a more holistic form of education.[1]
Bloom's taxonomy is considered to be a foundational and essential element within the education community.[3] A mythology has grown around the taxonomy, possibly due to many people learning about the taxonomy through second hand information. Bloom himself considered the Handbook "one of the most widely cited yet least read books in American education"
Taksonomi Bloom adalah cara untuk membedakan pertanyaan fundamental dalam sistem pendidikan. Taksonomi ini dinamai menurut nama Benjamin Bloom yang mengetuai sebuah komite para pendidik yang merancang taxonomi tersebut. Beliau juga editor dari volume pertama text satndar, Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals.
Taksonomi Bloom mengacu kepada klasifikasi tujuan berbeda-beda yang disiapkan oleh para pendidik kepada para siswa (learning objectives). Taksonomi ini terbagi atas tiga "domain": Kognitif, Afektif, dan Psikomotor (terkadang secara salah digambarkan sebagai "knowing/head", "feeling/heart" and
"doing/hands")
Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
A. Taksonomi sebelum revisi
Roda Bloom, menurut kata kerja yang disusun oleh Bloom serta tipe asesmen yang sesuai. Kata kerja tersebut dirancang terukur. |
1. Pengetahuan (knowledge),
Berisikan
kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg
berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk,
2. Pemahaman (comprehension),
Tingkatan
yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan
penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa
diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat
menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya
dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
3. Aplikasi (apply),
Di
tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai
contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di
produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum
dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone
diagram
4. Analisis (analysis),
Di
tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk
dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang
lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali
serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg
rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah
penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan
dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat
keparahan yg ditimbulkan.
5. Sintesis (synthesis),
Satu
tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap
semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (evaluation)
Dikenali
dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg
ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh,
di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif
solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi,
nilai manfaat, nilai ekonomis,
B. Taksonomi Bloom Setelah Direvisi
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) dimensi proses kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:
1. Remember (Mengingat)
Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
a. Recognizing (mengenal kembali).
Recognizing
adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka
panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing,
siswa mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang
identik atau hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika
menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan
dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang
cocok.
b. Recalling (mengingat)
Recalling
adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka
panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah.
Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam Recalling, siswa
mencari sebagian informasi dalam memori jangka panjang, kemudian
membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.
2. Understand (Memahami)
Memahami adalah
kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu
mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa
mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang
baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing (membandingkan), dan Explaining (menjelaskan)
a. Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya.
b. Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.
c. Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying
dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan
bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau
konsep tertentu. Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d. Summarizing (menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
e. Inferring (menduga)
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika
siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari
contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari
masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan
antara contoh-contoh tersebut.
f. Comparing (membandingkan)
Comparing adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
g. Explaining (menjelaskan)
Explaining
adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah
sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan
hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
3. Apply (Menerapkan)
Menerapkan
adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah.
Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui
prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori
menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).
a. Executing (melakukan)
Dalam Executing,
jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui
prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering
memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing
lebih cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan
algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma
memiliki ciri sebagai berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih
berurutan 2) jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil
yang akan diperoleh juga pasti benar.
b. Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing,
siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang
belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah
tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand dan Create.
Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum
mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinan
prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan
beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan
dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode
memiliki dua ciri: 1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart
daripada langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa
titik tujuan, 2) jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat
mungkin terjadi jika setiap langkah dilakukan dengan benar.
4. Analyze (Menganalisis)
Menganalisis
meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian
dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan
yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis
menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi
bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat
analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih
kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing) dan memberi simbol (Attributing)
a. Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b. Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c. Attributing (Memberi simbol)
Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
5. Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement
berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan
adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi,
sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
a. Checking (mengecek)
Cheking
adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan
pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b. Critiquing (mengkritik)
Critique adalah kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria
dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh
berdasarkan suatu prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban
yang benar
6. Create (Berkreasi)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create
di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu
kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang
koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat
membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam
bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya.
Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya.
Proses Create
dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah diberikan, dimana siswa
mencoba untuk memahami soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin;
perencanaaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa kemungkinan dan
memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di
mana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena itu, proses kreatif
dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana
akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam sebagaimana
yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal (Generating).
Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa
memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan
kegiatan (Planning). Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Producing).
Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui
siswa sehingga siswa mampu memahami suatu masalah atau memecahkan
masalah tersebut. Pengetahuan konseptual adalah
pengetahuan-pengetahuan dasar yang saling berhubungan dan dengan
struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara
bersama-sama. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai
bagaimana untuk melakukan sesuatu ; metode untuk mencari sesuatu , suatu
pengetahuan yang mengutamakan kemampuan, algoritma, teknik dan metode.
Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang melibatkan pengetahuan
kognitif secara umum. (Anderson dan Krathwohl, 2001:45-56). Pada
penelitian ini hanya akan dibahas Revised Bloom’s Taxonomy dari salah satu dimensi saja yaitu dimensi proses kognitif (the cognitive process dimension).
Perbandingan Taksonomi Bloom Lama dan Taksonomi Bloom Revisi
Dahulu
kita mengenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif
Bloom menjadi enam tingkatan, mulai dari C1 sampai C6. Klasifikasi
hirarkhis itu masih digunakan lagi dalam revisi taksonomi Bloom tersebut
sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama sekali
baru dalam taksonomi Bloom yang baru ini. Sistem hirarkhis yang dulu
digunakan dalam Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi
dalam klasifikasi tersebut, yaitu dimensi proses kognitif. Hanya saja
dalam dimensi proses kognitif, pada taksonomi yang baru mengalami revisi
seperti yang akan diuraikan berikut ini.
Tingkatan Ranah Kognitif
|
Lama
|
Baru/ Dimensi
|
C1
|
Knolwdge
|
Remember
|
C2
|
Understand
|
Understand
|
C3
|
Apply
|
Apply
|
C4
|
Analyze
|
Analyze
|
C5
|
Aynthesis
|
Evaluate
|
C6
|
Evaluate
|
Create
|
Tabel di atas menunjukkan secara singkat perbedaan C1 sampai dengan C6 secara singkat.
Hal
yang sama sekali baru adalah munculnya dimensi yang lain dalam
taksonomi Bloom, yaitu dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi pengetahuan
kognitif dibedakan pula secara hirarkhis menjadi empat kategori yaitu:
pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,
serta pengetahuan metakognitif.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi)
Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David McKay.Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd ed. New York: Macmilan Publishing.
Krathwohl, D. R. ed. et al. (1964), Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective Domain. New York: David McKay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar