Jumat, 11 Juli 2014

Pengantar Belajar Bahasa Arab

Belajar Bahasa Arab

 Pengantar Ilmu Bahasa Arab

Ilmu bahasa arab memiliki beberapa cabang ilmu diantaranya ilmu nahwu, ilmu mantiq, ilmu balaghoh dan ilmu aruth dll. Namun di antara sekian banyak cabang ilmu bahasa arab, ada 2 ilmu yang harus dikuasai oleh pemula yakni ilmu nahwu & ilmu shorof. Dengan mempelajari ilmu nahwu & ilmu shorof insyaAllah kita bisa membuat kalimat dalam bahasa arab yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab. Adapun ilmu-ilmu yang lain seperti ilmu nahwu, ilmu mantiq, ilmu balaghoh dan ilmu aruth, ini sudah tidak lagi membicarakan bagaimana cara membuat kalimat yang benar dalam bahasa arab tetapi sudah sampai level bagaimana membuat kalimat yang indah baik susunannya maupun maknanya.

Jadi kita sebagai pemula, wajib untuk menguasai ilmu nahwu&ilmu shorof. Pada dasarnya ilmu shorof adalah bagian dari ilmu nahwu. Lalu apa bedanya antara ilmu nahwu dengan ilmu shorof?

Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari kedudukan kata dalam sebuah kalimat, sedang ilmu shorof adalah ilmu mempelajari perubahan kata dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasanya ilmu shorof itu menyediakan kata-katanya sedangkan ilmu nahwu itu memberikan kita kaidah bagaimana cara menyusun kalimat yang benar dan termasuk di dalamnya bagaimana memberikan harokat yang benar karna di dalam bahasa arab perbedaan harokat bisa menyebabkan perbedaan makna.

Baiklah...untuk kita bisa lebih memahami perbedaan antara ilmu nahwu&ilmu shorof silahkan dibuka diktat halaman 1.
Di situ kita bisa mengambil contoh kalimat:

جَلَسَ زَيْدٌ
Zaid telah duduk.
Kalau kita lihat kalimat ini maka kita bisa melihat peran ilmu shorof&peran ilmu nahwu dalam menyusun kalimat ini.
Ada alasan kenapa kata kerja yang dipilih adalah جَلَسَ dan adapula alasan kenapa زَيْدٌ itu memiliki harokat dhommahtain, tidak جَلَسَ زَيْدًا atau جَلَسَ زَيْدٍ.
Ada alasan juga kenapa kata جَلَسَ lebih didahulukan dari kata zaidun, bukan زَيْدٌ جَلَسَ.
Nah, yang kita bahas disini adalah nahwu karna kita mempelajari susunan kalimat, bagaimana cara kita menempatkan suatu kata dalam suatu kalimat.
Adapun ilmu shorof dalam susunan kalimat ini (جَلَسَ زَيْدٌ) memberikan peran dalam kata جَلَسَ ini. Kenapa yang dipilih adalah جَلَسَ,sedang kita ketahui bahwa kata جَلَسَ itu memiliki 14 bentuk, ada bentuk جَلَسْتُ (saya telah duduk),ada جَلَسْتَ (kamu telah duduk), sedangkan جَلَسَ itu adalah kata kerja orang kedua tunggal laki-laki.
Nah, kita mempelajari perubahan bentuk jalasa جَلَسَ menjadi jalasta جَلَسْتَ,menjadi jalastu جَلَسْتُ atau bentuk lainnya dalam ilmu shorof.

Contoh ke 2, untuk kita lebih memahami perbedaan ilmu nahwu dengan shorof adalah misal kita gunakan kata yang sama ألـْحَمْدُ, di dalam AlQur'an kita kadang menjumpai alhamdu dibaca dengan dhomah yaitu pada Alfatihah (alhamdu lillaahi robbil 'aalamiin), namun di kesempatan lain kita mendengar para khatib membuka khutbahnya dengan إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ innal hamda lillahi.
Kita perhatikan bahwa dalam kata alhamd pada kalimat pembuka khutbah ini dibaca dengan harokat fathah, bukan dhommah sebagaimana yang di Alfatihah. Di lain kesempatan kita melihat seorang ulama Al Imam Baiquni (pengarang kitab hadits), beliau memulai kitabnya dengan mengatakan أَبْدَأُ بِالْحَمْدِ abdau bil hamdi, beliau membaca alhamd dengan kasroh.

Nah, perbedaan penyebutan harokat dari alhamdu, alhamda dan alhamdi pada 3 contoh yang sudah saya jelaskan tadi, ini dibahas dalam ilmu nahwu karna dalam ilmu nahwu harokat itu sangatlah penting bahkan perbedaan harokat bisa menyebabkan perbedaan makna, contohnya misalkan kalau kita membuat kalimat sebagai berikut :

ضَرَبَ زَيْدٌ بَكْرًا
Kalau kita membaca kalimat dengan dhoroba zaidun bakron maka maknanya adalah Zaid memukul Bakr, akan tetapi jika kita membacanya dengan:
ضَرَبَ زَيْدًا بَكْرٌ
maka ini maknanya adalah Bakr memukul Zaid.

Kita perhatikan bahwa perbedaan harokat bisa merubah pelaku menjadi korban atau objek.
Nah, insyaAllah akan dibahas dalam ilmu nahwu. Ini adalah pengaplikasian ilmu nahwu.
Selanjutnya kita akan melihat pengaplikasian ilmu shorof. Kita masih menggunakan kata yang tersusun dari ha,min dan dal. Sering kita menjumpai banyak kata yang tersusun dari huruf ha,mim&dal dan semua kata ini memiliki akar makna yang sama yakni tidak jauh dari arti pujian.
Contoh pada Alfatihah:
ألْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
( Segala puji bagi Allah, rabb seluruh alam)
kemudian kita sering mendengar istilah tahmid (تَحْمِيْدـ) kata ini yang tidak jauh maknanya dari kata pujian. Tahmid adalah bentuk istilah dzikir dari alhamdulilaah, kemudian nama Rasul kita adalah Muhammad مُحَمَّد, lihat...ada unsur ha, mim&dal dalam Muhammad yang artinya adalah orang yang dipuji/orang yang terpuji. Kemudian Rasulullah dinamai dengan Ahmad أَحْمَدُ,lihat...ada unsur ha, mim&dal dalam kata tersebut, dan ahmad ini maknanya orang yang paling terpuji. Kemudian kita sering melihat nama-nama islami yang digunakan kaum muslimin seperti contoh Hamid (حَامِدُ) dan maknanya orang yang memuji. Kemudian kita sering mendengar nama Mahmud (مَحْمُوْدُ) adalah artinya orang yang dipuji. Kita pernah mendengar nama Hamdi (حَمْديِ) dan maknanya adalah pujianku. Kita bisa melihat bahwa huruf ha, mim dan dal punya banyak variasi kata. Inilah yang dibahas di dalam ilmu shorof.

Kesimpulannya,
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari susunan kalimat baik harokatnya maupun letaknya.
Adapun ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk dari suatu kata ke bentuk yang lainnya.
Ilmu nahwu&ilmu shorof ini sering disebut para ulama dengan istilah ilmu alat karna memang ilmu ini adalah alat atau kunci membuka cakrawala islam, kunci mempelajari seluruh cabang ilmu islam. Tidak mungkin kita bisa mempelajari ilmu tafsir dengan baik kecuali setelah mempelajari bahasa arab, tidak mungkin kita bisa mempelajari hadits dengan baik kecuali setelah mempelajari bahasa arab, tidak mungkin kita bisa memahami lautan ilmu yang luas dari para ulama yang bisa kita jumpai pada kitab-kitab mereka kecuali setelah kita mempelajari bahasa arab.
Benarlah perkataan seorang penyair yang mengatakan:

أَلنَّحْوُ أَوْلَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَ * إِذِ الْكَلاَمُ دُوْنَهُ لَنْ يُفْهَمَ
Ilmu nahwu (yang mencakup ilmu shorof) adalah ilmu pertama yang paling utama untuk dipelajari karna perkataan (baik perkataan Allah dalam Alqur'an, perkataan Rasulullah dalam haditsnya, perkataan ulama dalam kitab-kitabnya, tidak dapat dipahami kecuali setelah kita memahami ilmu nahwu&ilmu shorof). Oleh karna itu yaa ikhwah, marilah kita berdo'a kepada Allah supaya kita diberi kemudahan untuk mempelajari ilmu nahwu&ilmu shorof.



NAHWU adalah kaidah-kaidah  Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod) atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah pembahasan SHOROF. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu, yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya ketika mufrodnya.

Jadi secara garis besar, pembahasan Nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan keadannya ketika belum tersusun (mufrod) , semisal bentuk Isim Fa’il mengikuti wazan فاعل, Isim Tafdhil mengikuti wazan أفعل, berikut keadaan-keadaannya semisal cara mentatsniyahkan, menjamakkan, mentashghirkan dll. Juga pembahasan keadaan kata ketika sudah tersusun (murokkab) semisal rofa’nya kalimah isim ketika menjadi fa’il, atau memu’annatskan kalimah fi’il jika sebelumnya menunjukkan Mu’annats dll.
Satu kata dalam Bahasa Arab disebut Kalimah (الكَلِمَة) yaitu satu lafadz yang menunjukkan satu arti.
Kalimat atau susunan kata dalam Bahasa Arab disebut Murokkab (المُرَكَّب). Jika kalimat / susunan kata tersebut telah sempurna, atau dalam kaidah nahwunya telah memberi pengertian dengan suatu hukum ” Faidah baiknya diam” maka kalimat sempurna itu disebut Kalam (الكَلاَم) atau disebut Jumlah (الجُمْلَة).
Kalimah-kalimah dalam Bahasa Arab, diringkas menjadi tiga macam:
1. Kalimah Fiil (الفِعْلُ) = Kata kerja
2. Kalimah Isim (الإِسْمُ) = Kata Benda
3. Kalimah Harf (الحَرْفُ) = Kata Tugas.
Khusus untuk Kalimah Fi’il, bisa dimasuki: قد, س, سوف, Amil Nashob ان dan saudara-saudaranya, Amil Jazm, Ta’ Fa’il, Ta’ Ta’nits Sakinah, Nun Taukid, Ya’ Mukhotobah.
Khusus untuk Kalimah Isim, bisa dimasuki: Huruf Jar, AL, Tanwin, Nida’, Mudhof, Musnad.
Khusus untuk Kalimah Harf, terlepas dari suatu yang dikhusukan kepada Kalimah Fiil dan Kalimah Isim.
Menurut wazannya, asal Kalimah terdiri dari tiga huruf, 1. Fa’ fi’il, 2. ‘Ain Fi’il, 3. Lam Fi’il (َفَعَل). Apabila ada tambahan asal, maka ditambah 4. Lam fi’il kedua (َفَعْلَل). Apabila ada tambahan huruf bukan asal. maka ditambah pula pada wazannya dengan huruf tambahan yang sama, semisal  ٌمُسْلِم ada tambahan huruf Mim didepannya, maka ikut wazan مُفْعِلٌ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar