Sebuah artikel yang mulai bicara heboh ISIS
Indonesia Mendadak ISIS?
Jakarta, Berita Protes
– DALAM kurun waktu beberapa tahun terakhir, kian marak ulah nekat dan
kelakuan vulgar Wahabi Takfiri beserta kroni-kroninya di negeri kita.
Mereka yang getol dan masif memecah belah NKRI atas nama agama ‘sok
benar sendiri,’ membuat sebagian besar orang mulai berpikir: Kalau ini
terus dibiarkan, Indonesia bisa-bisa tak bakal lagi nyaman dihuni.
Apa yang dulu tabu, kini mulai menjadi biasa. Dulu, mana ada
sekelompok orang yang berani terang-terangan mengusung bendera resmi
Al-Qaeda di negeri kita? Lalu dengan vulgar menyatakan bahwa mereka
mendukung penuh gerakan ‘jihadis’ itu? Tapi lihatlah sekarang.
Kelompok-kelompok semacam itu mulai berani tampil ke permukaan. Mereka
tak sungkan dan takut lagi menyuarakan keberpihakannya yang nyata kepada
organisasi semacam Al-Qaeda dan ISIS (Islamic State of Iraq and Syam).
Agak sedikit berbeda dengan Al Qaeda, ISIS memiliki tujuan utama
hendak mendirikan satu pemerintahan Islam skala global berpusat di Irak
di bawah kepemimpinan satu orang penguasa bernama Abu Bakar Al Baghdadi.
Itulah sebabnya, mereka pun mendeklarasikan baiat terbuka tanda
kesetiaan dan kepatuhan kepadanya. Baiat dari Indonesia, yang mereka
klaim sebagai bagian wilayah Timur ‘Daulah Islam’ yang mereka
agung-agungkan itu.
Tentu saja bagi orang-orang yang selalu berikrar siap mati demi
tujuan mulia tegaknya satu kekhalifahan universal itu, hal ini bukan
cuma mimpi. Meski belum tentu juga, bagi kebanyakan orang yang masih
waras akalnya, akan sebegitu mudahnya rakyat kita terbujuk slogan dan
jargon-jargon yang selalu dikesankan ‘suci’ itu.
Alih-alih membuat masyarakat Indonesia bersimpati, kehadiran paham
pendatang dari Saudi itu akhirnya kian dirasa banyak pihak tak lebih
hanya ibarat tikus, kecoak dan nyamuk pengganggu saja. Karena konon
kabarnya, kelompok Wahabi Takfiri ini memang sudah ada dimana-mana. Di
media sosial dan media massa, juga di instansi-instansi penting seperti
MUI, Kemenag, Kemendagri, Kemenkominfo, bahkan banyak sumber terpercaya
yang menyebutkan bahwa ibarat kutil dan virus berbahaya, mereka pun
mulai banyak bercokol di tubuh TNI dan Polri.
Betapa mengerikan bila semua informasi itu benar adanya. Karena tak
mustahil negeri kita yang sekian lama menjunjung tinggi prinsip Bhinneka
Tunggal Ika ini akan menjadi kubangan perang ideologi (kalau tak dapat
disebut perang idiot) tanpa ujung seperti di Irak dan Afghanistan. Atau
minimal, semacam Suriah, sebuah negeri dengan konflik besar yang tak
kunjung usai, gara-gara kehadiran kelompok pengacau ISIS cs yang entah
sadar atau tidak telah dijadikan boneka mainan untuk memuluskan agenda
negara-negara Barat menancapkan kuku pengaruhnya di Timur Tengah.
Jadilah kelompok pemberontak itu menghalalkan segala cara demi
tercapainya kepentingan mereka. Tak peduli caranya berupa pemaksaan
kehendak, merebut kekuasaan dengan cara memobilisasi kekacauan
mengakibatkan banyak korban jiwa. Satu hal yang diharapkan, perang sipil
itu akan berakhir kudeta dan kejatuhan presiden Bashar al Assad dari
kursi pemerintahannya yang sah.
Kembali ke negeri kita. Dapatkah disebut bahwa fenomena perkembangan
takfirisme di Tanah Air memang tak dapat dipisahkan dari kondisi sosial
masyarakat Indonesia? Utamanya dalam hal pendidikan dan ekonomi? Dengan
kata lain, benarkah Wahabi Takfiri berpeluang besar untuk kian menjamur
dan tumbuh subur di sebuah negara dan di tengah bangsa yang tingkat
kemiskinan dan kebodohan masyarakatnya sangat tinggi? Ataukah
sesungguhnya memang sedang ada perang ideologi di sini, sebagai dampak
langsung kekacauan di Timur Tengah?
Kita semua tahu, sejak tumbangnya Orde Baru, ternyata di Era
Reformasi pun kebijakan pemerintah dalam dua aspek penting kehidupan itu
bisa dikata masih belum juga berpihak kepada rakyat kecil. Sehingga
ketimpangan sosial dalam bidang pendidikan dan ekonomi menjadi sebuah
keniscayaan tak terhindarkan.
Tengok saja dalam beberapa tahun belakangan, betapa angka
pengangguran dan kemiskinan naik tajam, sementara di sisi lain jumlah
SDM berpendidikan rendah (bahkan mereka yang sama sekali tak pernah
menyentuh bangku sekolah) kian meningkat jumlahnya seiring pertumbuhan
pesat jumlah penduduk kita.
Karena itu tak ayal mereka yang terjatuh dalam kondisi miskin dan
bodoh itu sangat mudah dijadikan sasaran doktrin Wahabi Takfiri hanya
dengan iming-iming beasiswa, sekolah gratis atau pemberian sejumlah uang
lelah asal bersedia menjadi ujung tombak dan pion-pion pekerja dakwah
dengan tugas utama mengkafir-sesatkan golongan lain di luar kelompok
Wahabi Salafi itu. Sampai kapan? (ERY-BP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar