(salah satu gejala "the Lost of Adab" adalah mengalihkan perhatian umat dari para "ulama asli" untuk mengarahkan pandangan kepada para "ulama gadungan". Ciri dari ulama sejati tersebut adalah ketersambungan sanad ilmu yang benar-benar kokoh melalui jaringan ulama baik semasa ia hidup maupun jaringan ulama yang mendahului, dan antara sanad ilmu tersebut terjalin dari buah dari adab yang baik dan tidak dari rangkaian "kedurhakaan" sebagaimana kita amati dari para "ekstrimis" yang punca dari ilmu mereka kita temukan berujung kepada satu atau guru bersanad yang mana para guru tersebut memurkai dan tidak redho dengan mereka. Hati-hatilah kita dengan ilmu ber"sanad haram" seperti ini dan tetap fokus kepada para ulama ahlusunnah yang sejati Dalam artikel berikut ini dalam rangka mengenal lebih jauh tokoh-tokoh ulama sejati dari kalangan ahlusunnah waljamaah yang sebenarnya, penulis tampilkan sosok muhaddist besar Maroko yang keilmuannya di bidang hadist tidak diragukan lagi. Hal ini diindikasikan oleh jumlah guru yang memiliki ketersambungan sanad dengan beliau. Ketersambungan sanad ini adalah kunci untuk melihat keabsahan seorang ulama yang sejati, karena tanpa adanya jalur sanad yang jelas maka kita tidak bisa memastikan bahwa sebuah pemikiran atau pemahaman tidak disusupi oleh ketergesaan serta hawa nafsu sesaat atau pribadi. Adanya sanad bukan berarti menjadikan agama ini kaku dan jumud, karena jika kita telusuri, seandainya dengan pikiran yang jernih dan hati yang lapang, para ulama bersanad ini senantiasa menawarkan solusi baru yang segar serta penuh kearifan yang dihadapi oleh umat sesuai dengan aktualita yang terjadi. Memang kalau dibandingkan dengan sejumlah kelompok atau orang yang ditenggarai sebagai kaum "pembaharu" mereka terkesan lambat dalam memberikan solusi dan terkesan tidak "agresif", namun semua itu justru menunjukkan kematangan dan kekokohan bersikap sehingga jarang sekali mereka bersikap "plin-plan" yang senatiasa merubah pendapat gonta-ganti tak menentu.)

 (salah satu gejala "the Lost of Adab" adalah mengalihkan perhatian umat dari para "ulama asli" untuk mengarahkan pandangan kepada para "ulama gadungan". Ciri dari ulama sejati tersebut adalah ketersambungan sanad ilmu yang benar-benar kokoh melalui jaringan ulama baik semasa ia hidup maupun jaringan ulama yang mendahului, dan antara sanad ilmu tersebut terjalin dari  buah dari adab yang baik dan tidak dari rangkaian "kedurhakaan" sebagaimana kita amati dari para "ekstrimis" yang punca dari ilmu mereka kita temukan berujung kepada satu atau guru bersanad yang mana para guru tersebut memurkai dan tidak redho dengan mereka. Hati-hatilah kita dengan ilmu ber"sanad haram" seperti ini dan tetap fokus kepada para ulama ahlusunnah yang sejati

Dalam artikel berikut ini dalam rangka mengenal lebih jauh tokoh-tokoh ulama sejati dari kalangan ahlusunnah waljamaah yang sebenarnya, penulis tampilkan sosok muhaddist besar Maroko yang keilmuannya di bidang hadist tidak diragukan lagi. Hal ini diindikasikan oleh jumlah guru yang memiliki ketersambungan sanad dengan beliau. Ketersambungan sanad ini adalah kunci untuk melihat keabsahan seorang ulama yang sejati, karena tanpa adanya jalur sanad yang jelas maka kita tidak bisa memastikan bahwa sebuah pemikiran atau pemahaman tidak disusupi oleh ketergesaan serta hawa nafsu sesaat atau pribadi. Adanya sanad bukan berarti menjadikan agama ini kaku dan jumud, karena jika kita telusuri, seandainya dengan pikiran yang jernih dan hati yang lapang, para ulama bersanad ini senantiasa menawarkan solusi baru yang segar serta penuh kearifan yang dihadapi oleh umat sesuai dengan aktualita yang terjadi. Memang kalau dibandingkan dengan sejumlah kelompok atau orang yang ditenggarai sebagai kaum "pembaharu" mereka terkesan lambat dalam memberikan solusi dan terkesan tidak "agresif", namun semua itu justru menunjukkan kematangan dan kekokohan bersikap sehingga jarang sekali mereka bersikap "plin-plan" yang senatiasa merubah pendapat gonta-ganti tak menentu.)

 

Manaqib asy-Syeikh as-Sayyid Abdullah bin Muhammad bin Siddiq al-Ghumari

Written By Sya'roni As-Samfuriy on Minggu, 16 September 2012 | 19.37

Manaqib asy-Syeikh as-Sayyid Abdullah bin Muhammad bin Siddiq al-Ghumari

 

 

Beliau ialah al-Imam al-'Allamah al-Hafidz al-Muhaddits al-Ushuli al-Muhaqqiq al-Mudaqqiq Abul Fadhl Sayyid Abdullah bin Muhammad bin Siddiq bin Ahmad bin Muhammad bin al-Qasim bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul Mukmin bin Ali bin al-Hasan bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdullah bin Isa bin Sa'id bin Mas'ud bin al-Fudhoil bin Ali bin Umar bin al-'Arabi bin 'Allal bin Musa bin Ahmad bin Daud bin Maulana Idris al-Ashghor bin Maulana Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil bin al-Hasan al-Mutsanna bin Imam al-Hasan al-Mujtaba bin Amirul Mukminin Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah az-Zahra' binti Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw. Berkata Sayyid Abdullah al-Ghumari di dalam kitab beliau yang berjudul Sabil at-Taufiq dan Bida' at-Tafasir: Inilah susur galur keturunan kami yang populer di kalangan keluarga kami yang menetap di wilayah Ghumarah dan selainnya.

Kelahiran Beliau

 Beliau dilahirkan di kota Tonjah (Tangier), Morocco (Maroko) pada akhir bulan Jumadil Akhir atau awal bulan Rajab tahun 1328 H/1910 M.

Sayyid Abdullah al-Ghumari dilahirkan di kalangan keluarga yang terkenal dengan ketaqwaan, keilmuan, kesolehan dan kemuliaan ditambah dengan kesucian keturunan. Ayahanda beliau, Sayyid Muhammad Siddiq al-Ghumari merupakan syeikh para ulama Morocco. Beliau telah mendirikan Madrasah Siddiqiyyah yang terkenal banyak melahirkan para ulama yang berwibawa. Datuk beliau dari jalur ibu adalah Sayyid Ibnu 'Ajibah al-Hasani yang merupakan seorang ulama yang tidak asing lagi. Beliau merupakan pengarang kitab tafsir yang berjudul Bahr al-Madid serta Syarh Hikam 'Athaiyyah yang berjudul Iqadz al-Himam.

Kakak beliau, Sayyid Ahmad al-Ghumari merupakan seorang tokoh hadits yang terkemuka sehingga mencapai taraf al-Hafidz. Beliau juga telah menghasilkan banyak karya yang bernilai tinggi hingga mencapai ratusan buah.

Adik-adik beliau, Sayyid Abdul Aziz, Sayyid Abdul Hayy, Sayyid Ibrahim, Sayyid Hasan dan Sayyid Muhammad Zamzami juga merupakan tokoh-tokoh muhadditsin dan muhaqqiqin. Di kalangan mereka ada yang muncul sebagai pakar tafsir, usul fiqh, hadits dan ilmu-ilmu yang lain. Namun keluarga al-Ghumari memang terkenal dengan keilmuannya dalam bidang hadits di wilayah Tonjah sebagaimana halnya keluarga al-Kittani di wilayah Fas (Fez).

Latar Belakang Pendidikan Beliau

Sayyid Abdullah al-Ghumari memulai pendidikan awalnya sejak usia lima tahun. Ayahandanya memasukkan beliau ke pesantren dengan tujuan untuk menghafal al-Quran. Lalu beliau mulai menghafal al-Quran dengan riwayat Warasy. Setelah itu, beliau menghafal pula al-Quran dengan riwayat Hafsh. Disamping itu beliau turut menghafal sebagian besar matan-matan ilmu seperti nadzam al-Kharraz yang berjudul Maurid az-Zamaan, al-Arba'in an-Nawawiyyah, al-Ajurumiyyah, Alfiyyah Ibnu Malik, Bulughul Maram dan Mukhtashar Syeikh Khalil ibnu Ishaq dalam fiqh mazhab Maliki.

Setelah itu, dengan perintah ayahandanya, beliau hijrah ke wilayah Fas untuk melanjutkan pendidikannya di Masjid al-Qurawiyyin yang merupakan pusat pendidikan terkemuka di Morocco. Beliau menetap di sana selama kurang lebih 6 bulan. Kemudian beliau pulang terlebih dahulu ke kampung halamannya di Tonjah dan setelah itu beliau kembali hijrah mendalami keilmuannya di Fas.

Diantara ilmu-ilmu yang beliau pelajari di al-Qurowiyyin adalah:

1.      Nahwu       : Alfiyyah Ibnu Malik, Syarah Ibnu ‘Aqil, Hasyiah asy-Syuja’I, Syarah al-Makudi dan Hasyiah Ibnu Haj.

2.      Fiqh           : Mukhtashar Khalil, Syarah al-Khurasyi, Syarah az-Zurqani dan Syarah ad-Dirdir

3.      Hadits        : Syarah al-Qasthallani ‘ala Shahih al-Bukhari dan Hasyiah asy-Syinwani ‘ala Mukhtashar Ibnu Abi Jamrah.

4.      Tafsir         : Hasyiah ash-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain.

5.      Tauhid       : Kitab at-Tauhid lil Imam Ibnu 'Asyur.

6.      Usul Fiqh   : Jam'ul Jawami' dengan Syarh Jalaluddin al-Mahalli.

7.      Mantiq      : Syarh al-Quwaisani ‘ala Matn as-Sullam.

Beliau juga turut mendalami bidang-bidang ilmu yang lain kepada banyak guru-guru besar di sana. Setelah menamatkan taklim di Qurowiyyin, beliau pulang ke Tonjah untuk meneruskan pendidikannya di Madrasah Siddiqiyyah di bawah asuhan ayahandanya sambil mengajar para pelajar di madrasah tersebut. Dalam masa ini juga, ayahandanya memberi motifasi supaya beliau mulai menuliskan sebuah karya. Maka beliau memulainya dengan meringkas kitab Irsyad al-Fuhul ila Tahqiq al-Haq fi 'Ilm al-Ushul karangan Imam asy-Syaukani.

Beliau juga menulis syarah dari Matn al-Ajurumiyyah dalam ilmu Nahwu. Setelah selesai menulis syarah ini, beliau menunjukannya kepada ayahandanya untuk disimak dan dikoreksi. Setelah itu, kakaknya Sayyid Ahmad al-Ghumari menamakan syarah ini dengan judul Tashyid al-Mabani li Taudhih Ma Hawats al-Muqaddimat al-Ajurumiyyah min al-Haqaiq wa al-Ma'ani. Semua ini beliau lakukan ketika usia beliau masih belasan tahun.

Ketika berusia 21 tahun, dengan izin ayahandanya beliau hijrah ke Mesir bersama kakaknya Sayyid Ahmad dan adiknya Sayyid Muhammad Zamzami untuk melanjutkan pendidikannya di al-Azhar asy-Syarif. Di Mesir, beliau tenar sebagai seorang ilmuwan handal dan pakar hadits (muhaddits). Di kalangan rekan-rekannya beliau dikenal dengan kewibawaanya yang tinggi.

Beliau mendapatkan Syahadah 'Alamiyyah Khashshah (semacam ijasah atau daftar nilai) dalam 12 bidang ilmu agama yaitu; Usul Fiqh, Ma'ani, Bayan, Badi', Nahwu, Sharaf, Tauhid, Mantiq, Hadits, Musthalahul Hadits, Fiqh dan Tafsir dengan hasil yang sangat memuaskan.

Setelah itu, beliau juga mendapatkan Syahadah 'Alamiyyah al-Azhariyyah dengan 12 bidang yang sama seperti di atas hanya saja ditambah 3 yaitu ilmu al-Wadh'u, 'Arudh Qafiah dan Tasawwuf. Dalam perolehan ijasah di al-Azhar ini beliau juga mampu meraih nilai yang sangat memuaskan. Berita kehebatan beliau diliput di media Akhbar al-Ahram sehingga Syeikh Mahmud Syaltut yang saat itu merupakan Wakil Rektor Syari’ah al-Azhar asy-Syarif berkata: “Kita mengucapkan tahniah (selamat) kepada pemegang tertinggi Syahadah 'Alamiyyah al-Azhariyyah yang berhasil diraih oleh Syeikh Abdullah yang memang datang dari negaranya sudah menjadi orang yang alim.”

Pengabdian Beliau

Setelah menamatkan pendidikannya, beliau mulai mengajar di Masjid al-Azhar asy-Syarif dengan materi ilmu Nahwu, Mantiq, Usul Fiqh dan Balaghah. Disamping itu, beliau turut menyumbangkan karya-karya ilmiahnya ke berbagai macam penerbitan majalah diantaranya adalah:

1.      Majalah Hadyul Islami.

2.      Majalah al-Irsyad.

3.      Majalah ar-Rabithah al-Islamiyyah.

4.      Majalah asy-Syarq al-'Arabi.

5.      Majalah Nasyrul Fadhail wal Adabul Islamiyyah.

6.      Majalah al-Wasilah.

7.      Majalah al-Muslim yang diterbitkan oleh 'Asyirah Muhammadiyyah.

Selain itu, beliau mulai aktif mengarang berbagai macam kitab ilmiah yang bernilai tinggi terutama dalam bidang Hadits disamping mentahqiq beberapa kitab turats.

Hubungan beliau dengan organisasi & gerakan Islam di Mesir cukup banyak diantaranya yaitu:

1.      Al-Hidayah al-Islamiyyah yang dipimpin oleh Syeikh Muhammad al-Khidr al-Husain al-Tunisi.

2.      Al-‘Asyirah al-Muhammadiyyah dimana beliau merupakan salah seorang pemberi fatwa dan tenaga ahli di organisasi yang didirikan oleh Sayyid Muhammad Zakiyyuddin Ibrahim ini.

3.      Nasyrul Fadhail wal Adabul Islamiyyah.

4.      Ar-Robithah al-Islamiyyah.

5.      Al-Ikhwanul Muslimun yang didirikan oleh Imam asy-Syahid Hasan al-Banna. Sayyid Abdullah al-Ghumari berkata: “Saya mempunyai hubungan yang erat dengan al-Ustadz Hasan al-Banna, pemimpin gerakan al-Ikhwanul Muslimun dan ayahandanya al-Ustadz Ahmad Abdurrahman, pemilik sanad-sanad yang banyak dimana kami seringkali bersama dan saling kunjung mengunjungi.”

6.      Organisasi milik kaum hawa yang didirikan oleh Sayyidah Zainab al-Ghazali dimana beliau yang ditunjuk sebagai pengisi pengajian mingguan di pusat organisasi ini.

Guru-guru Beliau

Sayyid Abdullah al-Ghumari memiliki 62 orang guru sebagaimana yang disebutkan oleh beliau sendiri. Diantaranya adalah:

1.      Ayahanda beliau sendiri Sayyid Muhammad Siddiq al-Ghumari al-Idrisi al-Hasani.

2.      Kakak beliau al-Hafidz Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Siddiq al-Ghumari.

3.      Sayyid Ahmad Rafi’ ath-Thahthawi, musnid negara Mesir.

4.      Al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Zahid al-Kautsari.

5.      Al-‘Allamah Syeikh Muhammad Duwaidar al-Kafrawi at-Talawi asy-Syafi’i.

6.      Al-‘Allamah al-Faqih al-Usuli Syeikh Muhammad ath-Thahir bin ‘Asyur at-Tunisi.

7.      Al-‘Allamah Syeikh Abdul Baqi al-Ansori al-Laknawi al-Madani.

8.      Muhaddits al-Haramain Syeikh Umar Hamdan al-Mahrasi at-Tunisi.

9.      Al-‘Allamah Syeikh Abdul Wasi’ bin Yahya al-Wasi’e al-Yamani.

10.  Al-‘Allamah al-Faqih Muhsin bin Nasir Baraqbah al-Hadhrami.

11.  Al-‘Allamah al-Faqih al-Musnid Abdul Qadir bin Taufiq asy-Syalabi at-Tarablasi al-Hanafi.

12.  Al-‘Allamah al-Faqih Muhammad bin Muhammad al-Halabi al-Misri asy-Syafi’i.

13.  Al-‘Allamah Muhammad Imam bin Ibrahim as-Saqa.

14.  Syeikh Darul Hadits Damsyiq al-Muhaddits Badruddin Muhammad bin Yusuf al-Hasani.

15.  Sayyidah al-Musnidah Ummul Banin Aminah binti Abdul Jalil bin Salim ad-Dimasyqiyyah.

16.  Dan lain-lain lagi di berbagai negara Islam seperti Makkah al-Mukarramah, Emirat Arab Bersatu, Jordan, Sudan dan Qatar.

Murid-murid Beliau

Banyak dari murid-murid beliau yang kemudian hari menjadi seorang ulama besar, diantaranya yaitu:

1.      Adik-adik beliau sendiri; Sayyid Abdul Aziz, Sayyid Abdul Hayy, Sayyid Hasan, Sayyid Ibrahim dan Sayyid Muhammad Zamzami.

2.      Al-‘Allamah Syeikh Muhammad al-Hamid al-Hamawi.

3.      Al-‘Allamah Syeikh Abdul Aziz ‘Uyun as-Sud al-Himsi.

4.      Al-‘Allamah al-Muhaddits Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah al-Halabi.

5.      Al-‘Allamah Syeikh Muhammad ‘Awwamah al-Halabi.

6.      Al-‘Allamah Syeikh Muhammad Ali al-Murad al-Hamawi.

7.      Dr. Abdul Wahhab Abdul Latif.

8.      Dr. Ali Jum’ah al-Misri, Mufti Republik Arab Mesir.

9.      Sayyid Soleh al-Ja’fari, Imam Masjid al-Azhar dulu.

10.  Syeikh Hamdi Aslan al-Albani.

11.  Dr. Mahmud Sa’id Mamduh al-Misri.

12.  Syeikh Mahmud Hasan asy-Syeikh.

13.  Dr. Hanafi Hasanain.

14.  Syeikh Husain al-Batanuti.

15.  Dr. Faruq Hammadah.

16.  Dr. Muhammad Fuad al-Barazi

17.  Dan masih banyak lagi yang lainnya yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

Karya-karya Beliau

Sayyid Abdullah al-Ghumari telah menghasilkan banyak karya-karya yang bermutu tinggi hingga mencapai 81 buah dalam pelbagai bidang ilmu agama terutamanya ilmu Hadits. Seorang ulama pernah berkata: “Kami menyangka bahwa tiada lagi ulama ahli Hadits di Mesir dan negeri Timur selain Syeikh Rasyid Ridha dan Syeikh Ahmad Syakir. Namun setelah kami membaca hasil kajian Anda (Sayyid Abdullah al-Ghumari) dan semakan-semakan Anda di dalam bidang Hadits, maka kami mengatakan Andalah orang yang ketiga.”

Diantara karya-karya beliau dalam berbagai bidang ilmu agama yaitu:

a.       Usuluddin: Itqan ash-Shun’ah fi Tahqiq Ma’na al Bid’ah, Irsyad al-Jahil al-Ghabiy ila Wujubi I’tiqad anna Adam Nabiy, Irgham al-Mubtadi’ al-Ghabiy bi Jawaz at-Tawassul bi an-Nabiy, at-Tahqiq al-Bahir fi Ma’na al-Iman Billah wa al-Yaum al-Akhir, Ithaf al-Azkiya’ bi Jawaz at-Tawassul bi al-Anbiya’ wa al-Auliya’, Iqamat al-Burhan ‘ala Nuzul ‘Isa fi Akhir az-Zaman dan lain-lain lagi.

b.      Ulum al-Quran: Al-Ihsan fi Ta’aqqub al-Itqan, Bida’ at-Tafasir, Bayan Shahih al-Aqawil fi Tafsir Ayat Bani Israil, Taudhih al-Bayan li Wushul Thawab al-Quran, Dzauq al-Halawah bi Bayan Imtina’ Naskh at-Tilawah, ar-Ru’ya fi al-Quran wa as-Sunnah dan lain-lain lagi.

c.  Ulum HaditS: Al-Ahadits al-Muntaqah fi Fadhoil Sayyidina Rasulillah, al-Arba’un Haditsan ash-Siddiqiyyah, al-Arba’un al-Ghumariyyah fi Syukr an-Ni’am, Asanid al-Kutub as-Sab’ah fi al-Hadits, Nihayat al-Amal fi Shihhah wa Syarh Hadits al-‘Amal dan lain-lain lagi.

d.    Fiqh dan Usul Fiqh: Husn at-Tafahhum wa ad-Dark li Masaalat at-Tark, al-Adillah ar-Rajihah 'ala Fardhiyyah Qira'at al-Fatihah, al-Istiqsha' li Adillah Tahrim al-Istimna', I'lam ar-Raki' as-Sajid bi Ma'nat-Tikhadz al-Qubur Masajid dan lain-lain lagi.

e.       Dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang belum tercantumkan di sisni.

Siapapun yang membaca di setiap karangan beliau, pasti akan merasakan kekaguman akan ketinggian ilmu beliau yang menunjukkan bahwa kajian beliau amat luas ditambah dengan kekuatan dalil yang dikemukakan dalam setiap masalah yang beliau beberkan.

Ujian Hidup Beliau

Sayyid Abdullah al-Ghumari pernah dipenjara pada masa pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasir atas tuduhan menjadi mata-mata Perancis. Padahal tuduhan itu adalah tuduhan palsu yang memang sengaja dirancang oleh beberapa pihak tertentu yang merasa terganggu oleh keberanian dan ketegasan beliau. Pada asalnya beliau dijatuhi hukuman mati, namun setelah mahkamah mendapati beliau tidak bersalah, beliau dikenakan hukuman penjara selama 11 tahun dimulai dari tanggal 15 Oktober 1959 hingga 26 Desember 1969. Walaupun berada dalam penjara, tidak menjadi penghalang bagi beliau untuk tetap mengarang beberapa karya yang tidak kalah hebatnya.

Kepulangan ke Maroko dan Kewafatannya.

Setelah keluar dari penjara, beliau pulang ke Morocco untuk meneruskan perjuangannya dalam bidang ilmu. Sayyid Abdullah al-Ghumari telah berada di Mesir selama 40 tahun dan beliau pulang ke tanah airnya untuk mengabdi kepada bangsanya disamping meneruskan kelangsungan Madrasah Siddiqiyyah yang telah didirikan oleh ayahandanya. Setelah mengabdi di Morocco selama kurang lebih 23 tahun, akhirnya beliau mendapat panggilan Ilahi pada hari Kamis 19 Sya'aban 1413 Hijrah/11 Februari 1993 dalam usia 85 tahun. Jasad beliau dimakamkan bersebelahan denagn pusara ayahanda dan bundanya yang terletak di Madrasah Siddiqiyyah. Kepergian beliau merupakan pukulan berat bagi para pecintanya dan orang-orang yang mengenal dekat dengan beliau.

 

Sheikh Abdullah bin as-Siddiq al-Ghumari

The Biography of Abu al_Fadl ^Abdullah bin as-Siddiq al-Ghumari who died in the year 1413AH

Translated by Riad Nachef

Name

He is Shaykh Abu al-Fadl ^Abdullah the son of the grand scholar Abu ^Abdillah Shamsid-Din Muhammad the son of the great pious Waliyy, my master, Mohammad as-Siddiq the son of my master Ahmad the son of Mohammad the son of Qasim the son of Mohammad the son of Mohammad the son of ^Abdilmu’min al-Ghumari at-Tanji the son of Mohammad the son of ^Abdilmu’min the son of ^Aliyy the son of al Hasan the son of Mohammad the son of ^Abdullah the son of Ahmad the son of ^Abdullah the son of ^Isa the son of Mas^ud the son of al-Fudayl the son of ^Aliyy the son of ^Umar the son of al-^Arabi ^Alal the son of Musa the son of Ahmad the son of Dawud the son of mawlana Idris the son of mawlana Idris al Akbar the son of ^Abdullah the son of al Hasan al Muthanna the son of our master al Hasan the son of Imam ^Aliyy may Allah accept his deeds.

Birth

He, may Allah endow His Mercy upon him, was born on the last day of Jumada-l-akhirah in the year 1328 AH- 1910 G in stronghold of Tangier.

Upbringing and Travels

He grew up under the care of his father, may Allah endow His Mercy upon him. He memorized the Glorious Qur’an according to the recitation of Warsh, then Hafs, then he proceeded to memorize some religious texts. He memorized most of Mandhumat al Kharraz which is named “Mawrid ath-Tham’an”, a large part of al-Alfiyyah, al Arba^in an-Nawawiyyah, al ‘Ajirrumiyyah and a part of Bulugh al Maram and of Mukhtasar Khalil.

He read under the tutoring of his brother Abu al Fayd the explanation of al “Ajirrumiyyah by al-Azhariyy. Prior to that he had briefly covered the meanings of its terms with his maternal uncle As-Sayyid Ahmad the son of ^Abdilhafidh the son of ^Ajibah.

At the orders of his father he traveled to Fas to seek the knowledge at the university of al-Qurawiyyin. He read the explanation of al-Alfiyyah by al Makkudi under the tutoring of shaykh ash-Sharif al Habib al Mahaji, also he read the explanation by al Makkudi along with Hashiyat Ibn al Hajj under the Tutoring of shaykh Mohammad the son of al Hajj the son of al Muhashshi and he attended the explanation of Ibn ^Aqil and the Hashiyah of as-sija^iyy under the tutoring of shaykh Mohammad al Hajj the cousin of the one previously mentioned.

He attended the beginning of the explanation of Mukhtasar Khalil by al Kharshi under the tutoring of shaykh al Habib al Mahaji, and the book of al Jinayat wa Ma Ilayha under the tutoring of shaykh Ahmad al Qadiri. He read the chapter of al Buyu^ (dealings) and what is after under the tutoring of shaykh Mohammad as-Sinhaji, and other chapters under the tutoring of shaykh Mohammad the son of the aforementioned al Hajj and the grand scholar Ahmad the son of al Jilani, and a part of al Mukhtasar the explanation of az-Zarqani under the tutoring of of the grand scholar ^Abdullah al Fudayli. He studied the chapter of al ‘Ijarah up to the end of al Mukhtasar the explanation of ash-Shaykh ad-Dardir under the tutoring of ^Abdur-Rahman the son of al Qurashi.

He  attended  Fara’id al Mukhtasar the explanation of al kharshi and Hashiyat Ahmad the son of al Khayyat under the tutoring of Abu ash-Shita’ as-Sinhaji.

He attended the explanation of al Bukhari by al Qastalani under the tutoring of shaykh Mohammad the son of al Hajj in the Mosque of Mawlay Idris, and he attended the circles of shaykh al Husayn al ^Iraqi in the Mosque of ^Abdur-Rahaman al Mlili, and he attended Hashiyat al Shinwani ^Ala Ibn Abi Jamrah under the tutoring of the grand scholar ^Abdul Hayy al Kittani in the Mosque of al Qurawiyyin.

He attended Jam^ al Jawami^ the explanation of al Mahalli from its beginning up to the segment of as-Sunnah under the tutoring of shaykh al Husayn al ^Iraqi, and al Muqaddimat of the same book under the tutoring of the grand scholar ^Abdullah al Fudayli, and major portion of the same under the tutoring of shaykh al-^Abbas Binani and under his tutoring he took al Maqulat al ^Ashr and at-Tawhid by Ibn ^Ashir.

He attended Risalat al Wad^ under the tutoring of shaykh ^Abdullah al Fudayli and the explanation of al Quwaysini ^Ala Assalam under the tutoring of shaykh al Habib al Mahaji.

During his stay in Fas he met as-Sayyid Mohammad the son of Ja^far al Kattani, and was authorized to narrate by as-Sayyid Mahdi al ^Azuzi who narrates from the route of two people from as-Sayyid Murtada az-Zabidi who died in the year 1205 AH .

He returned to Tangiers after he embibed knowledge and skill and stood out among his peers and he taught al ‘Ajirrumiyyah and Risalat al Qayrawani at az-Zawiyah as-Siddiqiyyah. He used to attend his fathers lessons in Sahih al Bukhari and al ‘Ashbah Wa an-Nadha’ir by as-Suyuti and Mughni al-Labib and reviewed the explanation of ad-Damamini and Hawashi al’Amir and ad_Dusuqi and ^Abdulhadi Naja al ‘Abiari and other than that.

In the midst of all of that he wrote the first of his compiled works which is an elaborate explanation of al ‘Ajirrumiyyah which was named by his brother al-Hafidh Abu al Fayd “Tashyid al-Mabani Litawdih Ma Hawathu al-Muqaddimah al-‘Ajirrumiyyah Min al-Haqa’iq Wa al-Ma^ani.”

Toward the end part of Sha^ban 1349AH-1930G he traveled to Egypt and joined al-Azhar al-Ma^mur and attended the explanation of al-Malwi ^Ala as-Salam and Hashiyat as-Sabban under the tutoring of shaykh ^Abdulqadir az_Zantani at-Tarabulusi. He also attended Jam^ al-Jawami^ the explanation of al-Mahalli from the chapter of al-Qiyas up to its end and ar-Risalah as-Samarqandiyyah Fi ‘Adab al-Bahth Wa al-Munadharah under the tutoring of the grand scholar Mohammad Hasanayn Makhluf al-^Adawi al_Maliki.

He attended the explanation of al-Asnawi ^Ala Minhaj al-‘Usul lil-Baydawi under the tutoring of shaykh Hamid Jad and Tahdhib as-Sa^d Bi Sharh al-Khabisi Fi al Mantiq under the tutoring of shaykh Mahmud Imam ^AbdurRahman al-Mansuri al-Hanafi and he heard from him al-Hadith al-Musalsal Bil-Awwaliyyah.

At the orders of his father he directed himself toward the Shafi^iyy Fiqh and attended al-Manhaj for shaykh Zakariyya under the tutoring of shaykh Mohammad ^Izzat and read Sharh al Khatib ^Ala Abi Shuja^ under the tutoring of shaykh ^Abdulmajid ash-Sharqawi. He attended the lessons of shaykh Mohammad Bakhit al-Muti^iyy in at-Tafsir Wa al-Hidayah in the Hanafi Fiqh and his Hashiyah ^Ala Sharh al-“Asnawi ^Ala Minhaj al-‘Usul and he authorized him an all inclusive authorization (‘Ijazah ^Ammah).

He attended lessons in Sunan at-Tirmidhiyy under the tutoring of shaykh Mohammad as-Samalutiyy who authorized him an all inclusive authorization (‘Ijazah ^Ammah)just as other scholars have also authorized him.

In the year 1350AH-1931G he took the test of ^Alamiyyat al-Ghuraba’ which encompasses twelve kinds of knowledge and he passed, and he obtained the degree of ^Alamiyyat al-Ghuraba’ and then he obtained ^Alamiyyat al-Azhar.

His Teaching

He taught Jam^ al-Jawami^ Bi Sharh al-Mahilli, Sharh al-Millawi ^Ala as-Salam, Sullam al-Wusul Ila ^Ilm al-‘Usul Li Ibn Abi Hijab, al-Jawhar al-Maknun Fi al-Balaghah Lil Akhdari, Sharh al-Makkudi ^Ala al-Alfiyyah, Tafsir an-Nasafiyy, al-Ahkam Lil ‘Amidiyy, Al-Khabisi ^Ala Tahdhib as-Sa^d Fi al-Mantiq, and Tafsir al-Baydawi.

His Shaykhs

Morocco:

1.                  His father, as-Sayyid Muhammad ibn as-Siddiq, may Allah endow His mercy on him.

2.                  His brother, al-Hafidh, the Grand Scholar, Abu al-Fayd Ahmad.

3.                  The Grand Scholar ash-shaykh Muhammad ibn al-Hajj as-Sulami

4.                  The Grand Scholar, ash-shaykh al-Qadi al-^Abbas ibn Abi Bakr Binani.

5.                  The Grand Scholar, al-Muhaqqiq, as-sayed Ahmad ibn al-Jilani al-Amghariyy

6.                  Ash-shaykh Fathullah al-Binani ar-Ribati.

7.                  The grand scholar, ash shaykh ar-Radi as-Sinani, known by al Hamsh.

8.                  The grand scholar Abush-shita’ ibn al-Hasan as-Sinhaji.

9.                  The grand scholar, ash-shaykh Muhammad as-Sinhaji, the brother of the previous listed one

10.              The grand scholar, as-Sayyed Ahmad ibn at-Tayyib, al-Qadiri.

11.              The grand scholar, ^Abdullah al-Fudayli.

12.              The grand scholar, as-Sayed ^Abdur-Rahman ibn al-Qurashiyy, al-^Alawiyy.

13.              Ash-Sharif, al Habib, al-Mihaji.

14.              Al-Muhaddith, ^Abdil-Hayy al-Kittani.

15.              The grand scholar, al Qadi al Husayn al ^Iraqiyy.

16.              The grand scholar, as-Sayed Muhammad al-Makiyy, ibn Muhammad al-Batawiriyy.

17.              As-Sayed al Mahdiyy ibn al-^Arabi, ibn al-Hashimiyy az-Zarhuniyy.

18.              The king Idris ibn Muhammad al Mahdiyy ibn the grand scholar Muhammad ibn ^Aliyy as-Sanusiyy ash-sharif al-Hasaniyy.

19.              Al-Qadi al Musnid al Kabir ^Abdil-Hafidh ibn Muhammad ibn ^Abdil Kabir al-Fasiyy al Fihriyy.

20.              The grand scholar the sufi Abul Qasim ibn Mas^ud ad-Dabbagh.

21.              The grand scholar, al Muhaddith, as-Sayyed Muhammad ibn Idris al Qadiri al Hasaniyy al Fasiyy.

Tunisia

1. The shaykh of Jam^ az-Zaytunah shaykh Tahir ibn ^Ashur at-Tunisiyy al Malikiyy

Egypt

1.      Ash shaykh Muhammad Bakhit al-Muti^iyy al Hanafiyy.

2.      The Musnid of the era, ash-Shaykh Ahmad ibn Muhammad ibn ^Abdul ^Aziz ibn Rafi^ al Husayniyy at-Tahtawiyy.

3.      Ash-shaykh Muhammad Imam ibn Burhan ad-Din Ibrahim, famous by as-Saqqa ash-Shafi^iyy.

4.      Ash-shaykh Muhammad ibn Ibrahim al-Hamidiyy as-Samalutiyy al Malikiyy.

5.      Ash-shaykh Muhammad ibn Muhammad ibn Khalifah al-Azhariyy ash-Shafi^iyy.

6.      Ash-shaykh Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad ad-Dalbashaniyy al Musiliyy al-Qahiriyy.

7.      As-Sayyed Baha’uddin Abun-nasr ibn Abi Mahasin al Qawuqji at-Tarabulsiyy.

8.      Ash shaykh Muhammad al Khadir ibn Husayn at-Tunisiyy.

9.      Abul Wafa’ Khalil ibn Badr ibn Mustafa al Khalidiyy al Hanafiyy.

10.  The grand scholar ash-Shaykh Muhammad Dwidar al Kafrawiyy at-Tillawiyy ash-Shafi^iyy.

11.  Ash-Shaykh Taha ibn Yusuf ash-Sha^biniyy ash-Shafi^iyy.

12.  Ash-Shaykh Abdil Majid ibn Ibrahim ibn Muhammad al-Labban.

13.  Abdil Wasi^ ibn Yahya as-San^aniyy al Yamaniyy.

14.  Al-Ustadh ^Uwayd ibn Nasr al Khuza^iyy al Makkiyy.

15.  Ash-Shaykh Muhsin ibn Nasir Baharbah al Yamaniyy al Hadramiyy ash-Shafi^iyy.

16.  Ash-Shaykh Abdil Ghaniyy Tamum al Hanafiyy.

17.  Ash-Shaykh Muhammad ibn Ibrahim al-Bablawiyy al Malikiyy.

18.  Ash-Shaykh Muhammad ibn ^Abdil-Latif Khudayr ad-Dimyatiyy ash-Shafi^iyy.

19.  Muhammad ibn Muhammad Zabarah as-San^aniyy al Hasaniyy.

20.  Ash-Shaykh Mahmud ibn ^Abdir Rahman al Mansuriyy al Hanafiyy al-Azhariyy.

21.  Ash-Shaykh Muhammad Zahid ibn al-Hasan al Kawthariyy.

22.  Ash-Shaykh Muhammad ibn Hasanayn ibn Muhammad Makhluf al ^Adawiyy al-Malikiyy.

23.  Ash-Shaykh ^Abdil Majid ash-Sharqawiyy.

24.  Ash-Shaykh Muhammad ^Izzat.

Al-Hijaz

1.                  Ash-Shaykh, al Muhaddith, ^Umar Hamdan al-Mahrisi.

2.                  Ash-Shaykh al-Muhaddith, ^Abdil Qadir ibn Tawfiq ash-Shalabiyy at-Tarabulsiyy.

3.                  Ash-Shaykh Muhammad al-Marzuqiyy ibn ^Abdur-Rahman Abu al-Husayn al Makkiyy al Hanafiyy.

4.                  Ash-Shaykh Salih ibn al-Fadl at-Tunisiyy thumma al Madaniyy al Hanafiyy.

5.                  The great scholar ^Abdul-Baqi ibn Mulla ^Aliyy ibn Mulla Muhammad Mu^in al-Laknawiyy al-Ansariyy al-Madaniyy al-Hanafiyy.

Ash-Sham

1.                  Ash-Shaykh Muhammad Sa^id ibn Ahmad al-Farra ad-Dimashqiyy al Hanafiyy.

2.                  The grand scholar, Badruddin ibn Yusuf al Hasaniyy ad-Dimashqiyy, ash-Shafi^iyy, the shaykh of Dar Al-Hadith in Damascus.

3.                  Al-‘Ustadh, ash-Shaykh ^Abdil Jalil ibn Salim adh-dhara ad-Dimashqiyy.

4.                  Ash-Shaykh Muhammad Raghib ibn Mahmud at-Tabbakh al-Halabiyy al Hanafiyy.

5.                  Ash-Shaykh Yusuf ibn Isma^il ibn Yusuf an-Nabahaniyy ash-Shafi^iyy al-Bayrutiyy.

6.                  Ash-Shaykh ^Ata’ ibn Ibrahim ibn Yasin al-Kasm ad-Dimashqiyy al Hanafiyy.

His Shaykhs Among the Women

1.                  Umm al Banin ‘Aminah bint ^Abdil-Jalil ibn Salim adh-dhara ad-Dimashqiyy.

His Authored Works

He authored many compiled works some of which are:

1.                  Al ‘Ibtihaj Bitakhrij Ahadith al-Minhaj Lil Baydawi.

2.                  Takhrij Ahadith Luma^ Abi ‘Ishaq Ash-Shirazi Fi al-‘Usul.

3.                  ^Aqidat Ahl al-Islam Fi Nuzul ^Isa ^Alayhi Assalam Fi ‘Akhir az-Zaman.

4.                  Ar-Rad al-Muhkam al-Matin ^Ala Kitab al-Qawl al-Mubin.

5.                  Ithaf Al-Adhkiya’ bi Jawaz at-Tawassul bi Sayyed al-Ambiya’.

6.                  Al-Arba^un Hadithan al-Ghumariyyah fi Shukr an-Ni^am.

7.                  Al-Arba^un Hadithan as-Siddiqiyyah fi Masa’il Ijtima^iyyah.

8.                  Al-Istiqsa’ li Adillat Tahrim al-Istimna’.

9.                  Samir as-Salihin fi 3 Ajza’.

10.              Husnil Bayan fi Laylat an-Nusf min Sha^ban.

11.              Fada’il al-Qur’an.

12.              Tashyid al-Mabaniyy lima Hawathu al-‘Ajirrumiyyah Minal-Ma^ani.

13.              Fada’il Ramadan wa Zakat al-fitr.

14.              Misbah az-Zujajah fi Salatil-Hajah.

15.              Qisas al-Ambiya’.

16.              Qurrat al-^Ayn bi Adillat Irsal an-Nabiyy ila ath-Thaqalayn.

17.              Jawahir al-Bayan fi Tanasub Suwar al-Qur’an.

18.              Nihayat al-‘Amal fi Sharh wa Tashih Hadith ^Ard al-A^mal.

19.              Al-Hujaj al Bayyinat fi Ithbat al-Karamat.

20.              Wadih al-Burhan ^Ala Tahrim al-Khamr fil Qur’an.

21.              Dilalat al-Qur’an al Mubin ^Ala annan-Nabiyya Afdal al-^Alamin.

22.              An-Nafhah al-Ilahiyyah fis-Salat ^Ala Khayril-Bariyyah.

23.              Sharh al-Irshad fi Fiqh al-Malikiyyah.

24.              I^lam an-Nabil bi Jawaz at-Taqbil.

25.              Al-Fath al-Mubin bi Sharh al-Kanz ath-Thamin.

26.              Al-Qawl a-Masmu^ fi Bayan al-Hajr al-Mashru^.

27.              As-Subh as-Safir fi Tahrir Salat al-Musafir.

28.              Ar-Ra’yy al-Qawim fi Wujub Itmam al-Musafir Khalfa al-Muqim.

29.              Khawatir Diniyyah (3 volumes).

30.              Tafsir al-Qur’an al Karim (incomplete).

31.              Itqan as-Sun^ah fi Bayan Ma^na al-Bid^ah.

32.              Tawdih al-Bayan li Wusul Thawab al-Qur’an.

33.              At-Tahqiq al-Bahir fi Ma^na al-‘Iman Billah wal Yawm al-‘Akhir.

34.              Tanwir al-Basirah bi Bayan ^Alamat as-Sa^ah al-Kabirah.

35.              Al-Ghara’ib wal-Wahdan fil Hadith ash-Sharif.

36.              At-Tanassul wal-Infisal min Fadihat al-‘Ishkal.

37.              Kayfa Tashkur an-Ni^mah.

38.              Kayfa Takun Muhaddithan.

39.              Al-‘I^lam bi Anna at-Tasawwuf min Shari^at al-Islam.

40.              Dhawq al-Halawah bimtina^   Naskh at-Tilawah.

41.              Husn at-Tafahhum wad-Daraku li Mas’alat at-Tark.

42.              Al-‘Adillah ar-Rajihah ^Ala Faradiyyat Qira’at al-Fatihah.

43.              Ajwibah Hammah fi at-Tibb.

44.              ‘Izalat al-Iltibas ^Amma Akhta’a fihi Kathir min an-Nas.

45.              ‘Ithaf an-Nubala’ bi Fadli ash-Shahadah wa Anwa^ ash-Shuhada’.

46.              Al-Mahdi al Muntadhar.

47.              Al-Ihsan fi Ta^qib al-Itqan fi ^Ulum al-Qur’an.

48.              Tamam al-Minnah bi Bayan al-Khisal al-Mujibah lil Jannah.

49.              Kamal al-Iman fi at-Tadawiyy bil Qur’an.

50.              Istimdad al-^Awn fi Bayan Kufr Fir^awn.

51.              Tanbih al-‘Awwah Ila Fawa’id as-Salah.

52.              Awliya’ wa Karamat.

53.              Tawjih al-^Inayyah bi Ta^rif al-Hadith Riwayatan wa Dirayatan.

54.              Ghunyat al-Majid bi Hujjiyat Khabar al-Wahid.

55.              Sabil at-Tawfiq fi Tarjamat ^Abdullah ibn as-Siddiq Tarjamah Dhatiyyah.

56.              Murshid al-Ha’ir li Bayan Wad^ Hadith Jabir.

57.              Al-Qawl al-Muqni^ fir-Radd ^Ala al-Albani al-Mubtadi^.

58.              Irgham al-Mubtadi^ al-Ghabiyy bi Jawaz at-Tawassul bin-Nabiyy fir-Radd ^Ala al-Albani al-Wabiyy.

59.              Irshad al-Jahil al-Ghawiyy ila Wujub I^tiqad anna ‘Adam Nabiyy.

He examined several books among which are:

1.                  Al-Maqasid al-Hasanah lis-Sakhawiyiy.

2.                  Tanzih ash-Shari^ah li Ibn ^Iraq.

3.                  Al-Bahr az-Zakhkhar fi Madhahib ^Ulama’ al-‘Amsar.

4.                  Al-Iklil fi Istimbat at-Tanzil lis-Suyutiyy.

5.                  Akhlaq an-Nabiyy, sallallahu ^alayhi wa salam, li Abi ash-Shaykh.

He achieved printing tens of volumes pertaining to al-Hadith and other books from their original manuscripts.

 He died, may Allah endow His mercy on him, in the year 1413 after the Hijrah – 1993 G in Tangiers and was buried therein next to his father.

---

[1] See Tashnif al-Asma^ bi Shuyukh al ‘Ijazah wa as-Samma^ for Abu Sulayman Mahmud bin Sa^id bin Muhammad Mamduh ps. 346-354, also Sabil at-Tawfiq fi Tarjamat ^Abdullah bin as-Siddique.