Ulama Mekkah yang nenek moyangnya berasal dari Padang
Sumatra Barat, adalah sosok ulama Indonesia yang namanya Terukir dengan
Tinta Emas karena keluasan ilmu yang dimilikinya. Beliau bergelar
“Almusnid Dunya” (ulama ahli sanad dunia), keahlian dalam hal ilmu
periwayatan hadist ini, maka banyak para ulama-ulama dunia
berbondong-bondong untuk mendapat Ijazah Sanad hadist dari beliau.
Bahkan Al-‘Allamah Habib Segaf bin Muhammad Assegaf salah seorang ulama
dan waliyulloh dari Tarim Hadromaut sangat mengagumi keilmuan Syekh
Yasin Al-Fadani hingga menyebut Syekh Yasin dengan ”Sayuthiyyu Zamanihi"
(imam Al Hafid Assayuthy pada zamannya)
Nama lengkapnya Abu Al-Faidh’ Alam Ad Diin Muhammad
Yasin bin Isa Al-Fadani, lahir di Mekkah tahun 1915. Sejak kecil Syekh
Yasin sudah menunjukan kecerdasan yang luar biasa, Bahkan menginjak usia
remaja Syekh Yasin mampu mengungguli rekan-rekannya dalam hal
penguasaan ilmu hadist, fiqih bahkan para gurunya pun sangat
mengaguminya. Syekh Yasin mulai belajar dengan ayahnya Syekh Muhammad
Isa, dilanjutkan ke Ash-Shautiyyah guru-gurunya antara lain Syekh
Muhktar Usman, Syekh Hasan Al-Masysath, Habib Muhsin bin Ali Al-Musawa.
Sekitar tahun 1934 terjadi konflik yang menyangkut
nasionalisme, direktur Ash-Shautiyyah telah menyinggung beberapa pelajar
asal Asia Tenggara terutama dari Indonesia, maka Syekh Yasin
mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Mekkah, banyak
dari pelajar Ash-Shautiyyah yang berbondong-bondong pindah ke Madrasah
Darul Ulum, padahal madrasah tersebut belum lama didirikan. Syekh yasin
menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Mekkah, disamping
itu Syekh Yasin mengajar di berbagai tempat terutama di Masjidil haram.
Materi materi yang disampaikan Oleh Syekh Yasin mendapat sambutan yang
luar biasa terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara. Syekh Yasin
juga dikenal sebagai sosok ulama yang sering minta Ijazah dari para
ulama-ulama terkemuka sehingga Beliau memilki sanad yang luar biasa
banyaknya.
Dan yang sangat menarik adalah sosok Syekh Yasin
Al-Fadani adalah kesederhanaannya, walaupun beliau seorang ulama besar
namun beliau tidak segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul, dan
menenteng sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan
memakai kaos oblong dan sarung, Syekh Yasin juga sering nongkrong di
warung teh sambil menghisap Shisah (rokok arab). tak ada seorang pun
yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang dimiliki Syekh
Yasin. Dan jika musim haji tiba Syekh Yasin mengundang ulama-ulama
dunia dan pelajar untuk berkunjung kerumahnya untuk berdiskusi dan tak
sedikit dari para ulama yang meminta Ijazah Sanad hadist dari Syekh
Yasin. Namun biarpun lewat dari musim haji rumah Syekh Yasin pun selalu
ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.
Ulama kelahiran abad 20 ini menghasilkan karya-karya
yang tak kurang dari 100 judul, yang semuanya tersebar dan menjadi
rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Mekkah
maupun di Asia Tenggara. Susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta
isinya yang padat menjadikan karya Syekh Yasin banyak digunakan oleh
para ulama dan pelajar sebagai sumber referensi. Diantaranya:
-
Pertama, Fathul ‘allam Syarah dari kitab Hadist Bulughul Maram
-
Kedua, Ad Durr Al-Madhud fi Syarah Sunan Abu Dawud 20 jilid
-
Ketiga, Nail Al-Ma’mul Hasyiah ‘Ala Lubb Al-Ushul Fiqh
-
Keempat, Al Fawaid Al-Janiyah ‘Ala Qawaidhul fiqihiyyah, dan masih banyak karya beliau lainnya.
Beliau banyak dipuji oleh para Ulama dan para
gurunya, seperti seorang ulama Hadist bernama Sayyid Abdul Aziz
Al-Ghumari menjuluki Syekh Yasin sebagai ulama kebanggaan Haromain
(Mekkah dan Madinah).
Prof.Dr. Ali Jum’ah salah satu Mufti Mesir dalam
kitab Hasyiyah Al-mam Baijuri A’la Jawahir al Tauhid yang di tahqiqnya
mengatakan bahwa dia mendapat Ijazah sanad dari Syekh Yasin Al Fadani.
Syekh M Zainuddin sewaktu mengajar di madrasah
Ash-Shaulatiyyah mengalami kesulitan dan memaksa dirinya membolak balik
berbagai kitab-kitab yang relevan, namun setelah terbitnya Kitab
Qowaidhul Fiqih karya Syekh Yasin Al-Fadani menjadi ringanlah segala
bentuk kesulitan-kesulitan yang biasa ia alami waktu mengajar.
Syekh Yasin juga sering mengadakan
kunjungan-kunjungan keberbagai negara terutama di Indonesia yang
merupakan asal dari nenek moyangnya, tak sedikit dari para ulama-ulama
yang bertemu Syekh Yasin ingin dianggap murid oleh beliau dan minta
ijazah sanad hadist. Dan kejadian yang menarik adalah sewaktu Syekh
Yasin berkunjung ke Indonesia banyak dari para ulama dari berbagai
daerah di Indonesai berbondong-bondong menemui Syekh Yasin untuk
dianggap murid salah satunya adalah KH Syafi’i Hadzmi. KH. Syafii datang
menemui Syekh Yasin Al-Fadani untuk diangkat sebagai murid namun Syekh
Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka atau ada hal lain. Namun Syekh
Yasin Menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan beliau
mengatakan bahwa dirinyalah yang pantas menjadi Murid KH Syafi”i
Hadzami. Syekh yasin menilai bahwa kedalaman ilmu yang dimiliki KH
Syafi’i Hadzami tak diragukan lagi. KH Syafi’i Hadzami begitu terkenal
namanya di Mekkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan
ilmu.
Begitulah sosok Syekh Yasin Al-Fadani yang sangat
menghargai para ahli ilmu. Dan pernah salah seorang murid Syekh Yasin
Al-Fadani, KH Abdul Hamid dari Jakarta, sewaktu beliau dihadapi
kesulitan dalam mengajar beliau mendapat sepucuk surat dari Syekh Yasin
Al-Fadani, begitu membuka isi surat tersebut ternyata adalah jawaban
dari kesulitan yang dihadapinya. KH Abdul hamid pun heran bagaimana
Syekh Yasin bisa tahu kesulitan yang sedang beliau hadapi?
Pernah juga salah seorang Murid Syekh Yasin di
Mekkah menceritakan bahwa dirinya diperintahkan Syekh Yasin untuk
dibuatkan teh, setelah teh tersebut diminum dirinya pergi ke Masjidil
Haram dan terasa tidak percaya bahwa dirinya melihat Syekh Yasin sedang
membawa kitab sehabis mengajar dari masjidil haram padahal baru tadi
Syekh Yasin minum teh dirumahnya.
Syekh Yasin Al-Fadani tampil sebagai sosok ulama
yang mampu mencetak murid-murid yang sangat mencintai ilmu diantara
murid Beliau adalah Syekh Muhammad Ismail Zaini Al-Yamani, Syekh
Muhammad Muhktaruddin, Habib Hamid Al-Kaff, KH. Ahmad Damhuri (Banten),
KH Abdul Hamid (Jakarta),KH Maimun Zubair (Rembang), KH Sahal Mahfudz
(Pati, Jateng), KH. Ahmad Muthohar (Mranggen, Demak), KH Ahmad Muhajirin
(Bekasi), KH Zayadi Muhajir, Kh Syafi’i Hadzami, dan di antara
murid-murid yang pernah berguru dan mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits
dari beliau adalah Al-Habib Umar bin Muhammad (Yaman), Prof Dr.Syekh .
Ali Asshabuni (ulama ahli tafsir, Syam), Doctor M. Hasan Addimasyqi,
Syekh Isma’il Zain Alyamani, Prof.DR. Ali Jum’ah (Mufti Mesir), Syekh
Hasan Qathirji, Tuan Guru H. M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan) dll…
Masih banyak murid beliau yang tersebar di pelosok
penjuru dunia yang meneruskan perjuangan Syekh Yasin Al-Fadani. Bangsa
Indonesia pun boleh berbangga bahwa bangsa kita memilki Ulama-ulama yang
sangat terkenal dan diakui ketinggian ilmunya di Mekkah maupun di dunia
Sebut saja Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani, Syekh Mahfudz Termas,
Syekh Baqir bin Nur Al Jogjawi, Syekh Yasin Al-Fadani (Padang), Syekh
Ahmad Khatib Sambas (Kalimantan), Syekh Muhammad Zainuddin Al-Fanshuri
(Lombok) dan lain-lain.
Tahun 1990 Syekh Yasin Al-Fadani dipanggil menghadap
Allah SWT, seluruh dunia merasa kehilangan sosok ulama hadist yang
mumpuni dan menjadi sumber rujukan ilmu. Dan kebesaran Allah ditampakan
oleh para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan ulama besar
tersebut. Begitu Jenazah dimasukkan ke liang lahat bukan liang yang
sempit dan lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi
lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang
harum dan menyegarkan. Subhanalloh Ya Allah jadikan para ulama-ulama
Indonesia saat ini menjadi ulama-ulama yang istiqomah, yang berjuang
mensyiarkan agama Allah dengan penuh keikhlasan seperti ulama-ulama
terdahulu yang telah Engkau Rahmati Amiiiiin.
Mengenang Syekh Yasin al-Fadani
Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadani lahir
di kota Mekah pada tahun 1917 dan wafat pada tahun 1990. beliau adalah
ulama besar yang pernah sekolah di Madrasah Shaulatiyyah. Beliau adalah
pencetus ide berdirinya Madrasah Darul-Ulũm sekaligus menjadi murid
pertama madrasah itu.
Konon sebab tercetusnya ide membangun Madrasah
tersebut disebabkan karena tindakan dan perlakuan direktur Madrasah
Shaulatiyyah yang sangat menyinggung (hususnya) pelajar yang kebanyakan
dari Asia Tenggara saat itu. Hal ini terbukti dengan berpindahnya 120
orang pelajar dari Shaulatiyyah ke Madrasah Darul-Ulum yang baru
didirikan. Ini hampir tidak pernah dialami oleh Madrasah-madrasah yang
baru dibuka mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul-Ulũm.
Dalam sebuah situs dinyatakan bahwa pada tahun 1934,
karena suatu konflik yang menyangkut kebanggaan nasional orang
Indonesia, guru dan murid ‘Jawah’ telah keluar dari Shaulatiyah dan
mendirikan madrasah Darul Ulum di Makkah.
Mengenai kesehari-harian beliau, dari cerita yang
saya dengar dari ayah saya, yaitu Ustaz Sukarnawadi H. Husnuddu’at:
“Syekh Yasin orangnya santai, sederhana, tidak menampakkan diri, sering
muncul menggunakan kaos biasa, sarung, dan sering nongkrong di “Gahwaji”
untuk Nyisyah (menghisap rokok arab)… tak seorangpun yang berani
mencela beliau karena kekayaan ilmu yang beliau miliki… Yang ingkar
kepada beliau hanyalah orang-orang yang lebih mengutamakan tampang
dhahir daripada yang bathin…
PUJIAN PARA ULAMA
Syekh Zakaria Abdullah Bila teman dekat pendiri
Nahdlatul Wathan yaitu Syekh M. Zainuddin pernah berkata, “waktu saya
mengajar Qawa’idul-Fiqhi di Shaulatiyyah, seringkali mendapat kesulitan
yang memaksa saya membolak balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan
kesulitan tersebut. Namun setelah terbit kitab Al-Fawa’idul-Janiah
karangan Syekh Yasin… menjadi mudahlah semua itu, dan ringanlah beban
dalam mengajar.
Seorang ahli Hadits dari Maroko yang terkenal bernama
AsSayyid Abdul Aziz Al-ghumari Al Hasani pernah memuji dan menjuluki
beliau sebagai kebanggaan Ulama Haramain dan sebagai Muhaddits.
Prof .Doctor Abdul Wahhab bin Abi Sulaiman (Dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas Ummul Qura) di dalam kitab: الجواهر الثمينة في بيان أدلة عالم المدينة
berkata: Syekh Yasin adalah Muhaddits, Faqih, Mudir Madrasah
Darul-Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu Ulama Masjid Al-Haram…
Syekh Umar Abdul-Jabbar berkata didalam surat kabar
Al-Bilad (jumat 24 Dzulqaidah 1379H/ 1960M): “…bahkan yang terbesar dari
amal bakti Syekh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362H.
Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat
mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan…
Assayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman
Al-Ahdal sebagai Mufti negeri Murawah Yaman saat itu, mengarang sebuah
syiir yang panjang husus untuk memuji Syekh Yasin Al-Fadani Berikut saya
nukilkan satu bait saja yang berbunyi:
أنت في العلم والمعاني فريد…… وبعقد الفخار أنت الوحيد
“Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat, Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya”.
Doctor Yusuf Abdurrazzaq sebagai dosen kuliah
Ushuluddin Universitas Al-Azhar cairo juga memuji beliau dengan
perkataan dan syiir yang panjang, saya nukilkan satu bait saja yang
bunyinya:
أنت فينا بقية من كرام……لا ترى العين مثلهم إنسانا
“Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat, tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka.”
Ustaz Fadhal bin M. bin Iwadh Attarimi-pun berkata:
فيا طالب العلم لب نداء……ياسين وافرح بهذا القرى
“Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin, bergembiralah dengan sajian yang ia sajikan,”
Doctor Ali Jum’ah yang menjabat sebagai Mufti Mesir
dalam kitab Hasyiah Al-Imam Al-Baijuri Ala Jauharatittauhid yang
ditahqiqnya, pada halaman 8 mengaku pernah menerima Ijazah Sanad Hadits
Hasyiah tersebut dari Syekh Yasin yang digelarinya sebagai مسند الدنيا (Musnid Addunia)…
Al-Habib Assayyid Seggaf bin Muhammad Assagaf seorang
tokoh pendidik di Hadramaut (pada tahun 1373H) menceritakan kekaguman
beliau terhadap Syekh Yasin, dan menjulukinya sabagai “Sayuthiyyu
Zamanihi”. Beliau juga mengarang sebuah syiir untuk memuji beliau,
berikut saya nukilkan dua bait saja yang bunyinya sebagai berikut:
لله درك يا ياسين من رجل……أم القرى أنت قاضيها ومفتيها
في كل فن وموضوع لقد كتبا ……يداك ما أثلج الألباب يحديها
“Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau seorang tokoh,
dari Ummul Qura engkau Qhadi dan Muftinya.”
“Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu,
Alangkah sejuknya akal pikiran rasa terhibur olehnya.”
Assayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki sebagai guru Madrasah Al-Falah dan Masjid Al-Haram, Syekh M. Mamduh Al-Mishri dan Al-Habib Ali bin Syekh Bilfaqih Siun Hadramaut dan Ulama lainnya, pernah memuji karangan-karangan beliau…
Doctor Yahya Al-Gautsani bercerita, pernah ia
menghadiri majlis Syekh Yasin untuk mengkhatam Sunan Abu Daud. Ketika
itu hadir pula Muhaddits Al-Magrib Syekh Sayyid Abdullah bin Asshiddiq
Al-Gumari dan Syekh Abdussubhan Al-Barmawi dan Syekh Abdul-Fattah Rawah.
Seorang tokoh agama Najd dari Ibukota Riyadh (Pusat
Paham Wahabi) yaitu Jasim bin Sulaiman Addausari pada tahun 1406H pernah
berkata:
أبلغوا مني سلاما من صبا نجد……ذكيالأبي الفيض فداني
مسند الوقت بعيد عن نزول……هابط أما لما يعلو فداني
فدى أسر الروايات فلوتنطق……لقالت: علم الدين فداني
KARYA TULIS & MURID-MURID BELIAU
Jumlah karya beliau mencapai lebih dari 97 Kitab, di
antaranya 9 kitab tentang Ilmu Hadits, 25 kitab tentang Ilmu dan Ushul
fiqih, 36 buku tentang ilmu Falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang
lain…
Di antara murid-murid yang pernah berguru dan
mengambil Ijazah sanad-sanad Hadits dari beliau adalah Al-Habib Umar bin
Muhammad (Yaman), Syekh M. Ali Asshabuni (Syam), Doctor M. Hasan
Addimasyqi, Syekh Isma’il Zain Alyamani, Doctor Ali Jum’ah (Mesir),
Syekh Hasan Qathirji, Tuan Guru H. M. Zaini Abdul-Ghani (Kalimantan)
dll…
Dan di antara murid-murid beliau yang di samping
mengambil Sanad Hadits, mendapatkan Ijazah ‘Ammah dan Khasshah, juga
diberi izin untuk mengajar di Madrasah Darul-Ulum adalah: H. Sayyid
Hamid Al-Kaff, Dr. Muslim Nasution, H.Ahmad Damanhuri, H.M.Yusuf Hasyim,
H.M. Abrar Dahlan, Dr. Sayyid Aqil Husain Al Munawwar dll.
KEKERAMATAN BELIAU
Seseorang bernama Zakariyya Thalib asal Syiria pernah
mendatangi rumah Syekh Yasin Pada hari jumat. Ketika Azan jumat
dikumandangkan, Syekh Yasin masih saja di rumah, ahirnya Zakariyya
keluar dan solat di masjid terdekat. Seusai solat jum’at, ia menemui
seorang kawan, Zakariya pun bercerita pada temannya bahwa Syekh Yasin
ra. tidak solat Jum’at. Namun dibantah oleh temannya karena kata
temannya, “kami sama-sama Syekh solat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syekh
Hasan Massyat ra. yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau”…
H.M. Abrar Dahlan bercerita, suatu hari Syekh Yasin
pernah menyuruh saya membikin Syai (teh) dan Syesah (yang biasa diisap
dengan tembakau dari buah-buahan/rokok tradisi bangsa arab). Setalah
saya bikinkan dan syekh mulai meminum teh, saya keluar menuju
Masjidil-Haram. Ketika kembali, saya melihat Syekh Yasin baru pulang
mengajar dari Masjid Al-Haram dengan membawa beberapa kitab… saya
menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang
beliau baru pulang dari masjid.
Dikisahkan ketika K.H.Abdul Hamid di Jakarta sedang
mengajar dalam ilmu fiqih “bab diyat”, beliau menemukan kesulitan dalam
suatu hal sehingga pengajian terhenti karenanya… malam hari itu juga,
beliau menerima sepucuk surat dari Syekh Yasin, ternyata isi surat itu
adalah jawaban kesulitan yang dihadapinya. Ia pun merasa heran, dari
mana Syekh Yasin tahu…? Sedangkan K.H.Abdul Hamid sendiri tidak pernah
menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini..!
Syekh. Mukhtaruddin asal Palembang bercerita, pernah
ketika pak Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat
khusus untuk menjemput Syekh Yasin. Ahirnya pak Soeharto pun sembuh
berkat do’a beliau. .
Semoga Allah swt. merahmati beliau, amin ya Rabbal-Alamin….
Al Fatihah….
**dari berbagai sumber....wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar