(Tidak diragukan lagi, kelompok yang rajin mengkafirkan, menyesatkan dan membid'ahkan umat ini benar-benar bentukan Zionis Internasional dengan segala kedoknya. Demi kesatuan negara kesatuan Indonesia, sudah saatnya faham-faham ini ditumpas habis hingga ke akar-akarnya)
Minggu, Agustus 03, 2014
ISIS, Teroris Bentukan Inteljen AS, Ingris dan Israel
....Snowden
menjelaskan, badan intelijen dari tiga negara tersebut membentuk sebuah
organisasi teroris untuk menarik semua ekstremis di seluruh dunia.
Mereka menyebut strategi itu dengan nama sarang lebah.....
Sejak menguasai
kota di Iraq, Mosul di Tikrit, sebulan lalu, nama kelompok Islam
militan yang dikenal sebagai Negara Islam Iraq dan Syria (Islamic State
of Iraq and Syria/ISIS) terus menjadi perbincangan. Taktik brutal
ekstrem yang dilakukan kelompok pimpinan ulama Iraq Abu Bakar Al
Baghdadi itu mengundang pertanyaan, kepada kekuatan politik mana di
Timur Tengah mereka berpihak?
Mantan pegawai
Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden, Sabtu
(2/8) menyatakan bahwa ISIS merupakan organisasi bentukan dari kerja
sama intelijen tiga negara. Dikutip dari Global Research, sebuah
organisasi riset media independen di Kanada, Snowden mengungkapkan bahwa
satuan intelijen dari Inggris, AS, dan Mossad Israel bekerja sama untuk
menciptakan sebuah negara khalifah baru yang disebut dengan ISIS.
Snowden
menjelaskan, badan intelijen dari tiga negara tersebut membentuk sebuah
organisasi teroris untuk menarik semua ekstremis di seluruh dunia.
Mereka menyebut strategi itu dengan nama sarang lebah.
Dokumen NSA
yang dirilis Snowden kemarin menunjukkan bagaimana strategi sarang lebah
tersebut dibuat untuk menempatkan semua ekstremis di dalam satu tempat
yang sama sehingga mudah dijadikan target. Bukan hanya itu, adanya ISIS
juga akan memperpanjang ketidakstabilan di Timur Tengah, khususnya di
negara-negara Arab.
Berdasar
dokumen tersebut, pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pun mendapat
pelatihan militer setahun penuh dari Mossad Israel. Al Baghdadi juga
memperoleh kursus teologi dan retorika dari lembaga intelijen Zionis
itu.
Pengamat Timur
Tengah dan pemikiran Islam Haidar Bagir mengatakan, gerakan ISIS
berpotensi berkembang pesat di Indonesia. Terutama di wilayah-wilayah
yang tidak ada kesetaraan sosial ekonomi. ”Contohnya di Solo,
Karanganyar, dan Ciputat,” ucap direktur Grup Penerbit Mizan tersebut.
Di Makassar, Sulawesi Selatan, ujar dia, juga ada dukungan kepada ISIS. ”Ini bisa terjadi di mana pun.”
Dengan tidak adanya kesetaraan sosial ekonomi, proses rekrutmen menjadi mudah. Kelompok gerilyawan, kata Haidar, mendekati masyarakat yang tersisih. ”Yang tidak mendapatkan perhatian. Ada keterasingan,” ujarnya.
Menurut Haidar,
di Indonesia terdapat situs yang terang-terangan mendukung aksi ISIS.
”Jangan lupakan warga Indonesia alumni perang Afghanistan. Mereka punya
jaringan puluhan tahun dalam rekrutmen.”
Haidar menilai
kepolisian sudah cukup baik dalam mengatasi terorisme. Namun, bibit
terorisme belum sepenuhnya habis. ”Masih ada jaringan yang merekrut
orang masuk ISIS,” beber dia, ”seperti Jamaah Islamiyah.”
Seberapa besar
pendukung ISIS di Indonesia" Menurut Direktur Institute for Policy
Analysis of Conflict Sidney Jones, masih sulit mengetahui secara pasti
jumlah warga Indonesia pendukung ISIS. Namun, jika merujuk pada jumlah
pendukung ISIS di Iraq dan Syria, jumlah pendukung ISIS masih lebih
kecil daripada pendukung kelompok teroris jaringan Al Qaeda, Al Nusra,
atau Front Pembela Rakyat Syria yang menentang kepemimpinan Presiden
Syria Bashar Al Assad.
Namun, kata
Sidney, besarnya jumlah pendukung ISIS di Indonesia dapat diperkirakan
dari jumlah anggota dan pendukung setiap kelompok ekstremis yang telah
mendeklarasikan diri sebagai pendukung Baghdadi.
Kekejaman Teroris ISIS |
Di Indonesia dukungan terbuka kepada ISIS dan Baghdadi kali pertama muncul pada 8 Februari 2014.
Mengenai
anggota atau pendukung ISIS, pola rekrutmennya lebih banyak menggunakan
media sosial seperti Facebook dan Twitter daripada mendekati
kampus-kampus atau organisasi-organisasi gerakan ekstremis. ”Mereka
betul-betul ahli memakai social media,” ujar Sidney.
Mereka bahkan mendirikan media online untuk memberitakan kegiatan ISIS di berbagai negara. (sumber www.jpnn.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar